XINJIANG (Suaramuslim.net) – Penduduk minoritas Uighur di provinsi Xinjiang, Tiongkok Barat, mengatakan mereka dipaksa makan daging babi dan minum khomer selama perayaan Tahun Baru Imlek, yang jatuh pekan lalu.
Seperti dilansir Al-Jazeera pada Ahad (10/02), warga Muslim di wilayah tersebut mengatakan mereka dipaksa menghadiri perayaan Tahun Baru Imlek yang di dalamnya dihidangkan daging babi dan minuman keras.
Pihak berwenang mengancam menangkap warga muslim dan memindahkannya ke kamp konsentrasi jika menolak menghadiri perayaan Imlek.
Sebuah gambar yang beredar di media melihatkan pihak berwenang Tiongkok di kota Yining, provinsi Xinjiang, juga berkeliling ke rumah-rumah warga muslim untuk membagikan daging babi pada malam perayaan Imlek.
Selain itu, warga muslim juga dipaksa memajang dekorasi Tahun Baru Cina seperti lentera merah di luar rumah masing-masing.
Seorang penduduk mengatakan dia terpaksa memakan daging babi. Sebelumnya ia mengaku tidak pernah sama sekali menyentuh daging yang diharamkan oleh agamanya itu.
Warga mengatakan bahwa pemerintah Tiongkok sejak tahun lalu memaksa seluruh warga, terutama muslim, untuk memakan babi dan memasang lampion di tahun baru Imlek. Hal itu dikatakan sebagai bentuk menghargai perayaan kebudayaan Tionghoa. Jika menolak, akan dihukum.
“Jika kami tidak menggantung lampion merah di luar rumah pada hari-hari perayaan, mereka mengatakan akan mengirim kami ke kamp pendidikan ulang,” kata seorang muslim Uighur.
Juru bicara sebuah kelompok Uighur yang berada di pengasingan, Dilksat Rakset, membenarkan hal tersebut kepada Daily Mail. Ia mengatakan bahwa ia mendengar berita seperti yang disebutkan tersebut.
“Menurut informasi yang saya terima, pemerintah Tiongkok meningkatkan kampanye untuk menghapus tradisi Islam di tengah-tengah warga muslim Uighur. Mereka dipaksa mengganti tradisi tersebut dengan budaya Tionghoa, di antaranya merayakan Tahun Baru Imlek,” jelas Rakset.
“Mereka juga memaksa orang Uighur untuk minum alkohol sampai mereka membuktikan bahwa mereka telah meninggalkan kepercayaan agama mereka dan bahwa mereka tidak meremehkan budaya tradisional Tiongkok,” lanjutnya.
Pada bulan Agustus, sebuah kelompok hak asasi manusia melaporkan bahwa Tiongkok menahan sekitar satu juta Muslim Uighur di kamp-kamp rahasia di Turkistan Timur untuk rehabilitasi politik.
Namun Beijing tidak mengakui tuduhan itu dan berbicara tentang “pusat pelatihan kejuruan” untuk memerangi “ekstremisme” Islam. Ini juga menekankan bahwa langkah-langkah keamanan di Xinjiang diperlukan untuk memerangi “ekstremisme” dan tidak menargetkan kelompok etnis tertentu.
Sumber: Al-Jazeera
Editor: Muhammad Nashir