Harus Diakui, Umat Islam Tombak Keberhasilan Kemerdekaan RI

Harus Diakui, Umat Islam Tombak Keberhasilan Kemerdekaan RI

Harus Diakui, Umat Islam Tombak Keberhasilan Kemerdekaan RI

Suaramuslim.net – Jika ada anggapan bahwa Islam adalah agama yang anti kebhinekaan, nampaknya harus segera direvisi. Fakta membuktikan, sejak zaman penjajahan hingga merdeka, begitu banyak tokoh muslim yang berperan dalam kemerdekaan.

Asumsi bahwa Islam adalah agama anti-perbedaan, anti NKRI, seolah ingin memberangus jasa para tokoh muslim yang memperjuangkan kemerdekaan. Seolah ingin menghapus sejarah bahwa kemerdekaan Indonesia tak terlepas dari agama Islam.

Dikutip dari setumedia.com, panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengakui bahwa darah Muslim memiliki peran penting dalam merebut kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah.  Ia menegaskan bahwa mayoritas Muslim Indonesia merupakan pemegang tonggak perjuangan kemerdekaan.

Hal ini bisa dilihat dari banyaknya darah muslim yang tertumpah dan jiwa yang gugur dalam merebut kemerdekaan bangsa Indonesia. Ia juga tak memungkiri, kelahiran TNI sangat berkaitan erat dengan pasukan umat muslim yang berjihad memerdekakan Indonesia. “Yang perjuangkan bangsa Indonesia jadi merdeka dengan keringat dan darah adalah yang mayoritas muslim. Santri jadi bagian tentara keamanan rakyat kala itu. Itulah cikal bakal TNI,” katanya yang disambut gemuruh teriakan takbir.

Banyak Tokoh Muslim Perjuangkan Kemerdekaan

Peran umat Islam bagi kemerdekaan Indonesia sangat besar. Banyak tokoh Muslim yang turun langsung memperjuangkan kemerdekaan. “Indonesia tidak mungkin terjadi tanpa perjuangan umat Islam,” kata Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Hidayat Nur Wahid saat berbicara pada Sosialisasi Empat Pilar yang digelar MPR RI di Jakarta yang dikutip oleh republika.co.id.

Menurut Hidayat, peranan umat Islam dalam perjuangan kemerdekaan juga telah diakui oleh para panglima TNI yang berjuang bersama dalam memerdekakan Indonesia. Karena itu, ia meminta generasi muda Muslim tidak melupakan sejarah, khususnya peran umat Muslim di Indonesia.

Panglima Besar Jenderal Sudirman misalnya. Ia mengatakan, Jenderal Sudirman merupakan pahlawan yang memiliki dua peran sekaligus, yakni sebagai seorang kiai serta pimpinan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sebagai Panglima TNI, Jenderal Sudirman tentu sangat diincar Belanda yang memiliki banyak mata-mata. Namun, lanjut Hidayat, Jenderal Sudirman mampu menjalankan tugasnya dengan baik, bahkan mungkin menjadi satu-satunya panglima TNI yang tidak mampu ditangkap oleh pihak Belanda.

Hidayat mengungkapkan, ada tiga hal mulia yang dilakukan Jenderal Sudirman pada masa hidupnya. Pertama, ia senantiasa menjaga diri dalam keadaan suci dengan cara menjaga wudhu. Jenderal Sudirman juga selalu berusaha shalat di awal waktu serta selalu berbakti kepada orang tua.

Tiga hal itu, menurut Hidayat, merupakan hal-hal baik yang diajarkan Islam dan terbukti dapat dirasakan manfaatnya oleh orang yang melaksanakannya. ”Itu betul-betul rahasia Jenderal Sudirman sehingga ia senantiasa dijaga Allah subhanahu wa ta’ala,” ujar Hidayat.

Selain peran Jenderal Sudirman, menurut Hidayat, masih banyak peran umat Islam yang lain dalam perjuangan kemerdekaan. Salah satunya, ketika umat Islam bersedia bersikap legawa dalam penghapusan tujuh kata di Piagam Jakarta yang merupakan salah satu bukti eksistensi Islam sebagai dasar negara.

“Karena kenegarawanan dari umat Islam yang menerima kondisi pelik itu, Indonesia ada,” ujar Hidayat.

Sependapat dengan Hidayat, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Muhyidin Junaidi juga mengakui peran besar umat Islam dalam kemerdekaan Indonesia.

“Yang jelas, Indonesia merdeka karena kontribusi umat Islam yang sangat besar. Itu tidak bisa dinafikan,” ujarnya kepada Republika, Senin (22/2).

Pengorbanan itu, telah mengantarkan seluruh manusia di bumi Indonesia dapat merasakan kemerdekaan. Namun ia menyayangkan, peranan besar tersebut belum dapat dirasakan timbal baliknya bagi umat Islam sendiri.

Pada hakikatnya, negeri ini dan umat Islam adalah satu tubuh dan bukanlah sesuatu yang terpisahkan. Keduanya telah saling berhubungan satu sama lain sejak zaman perjuangan hingga zaman kemerdekaan. (muf/smn)  

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment