JAKARTA (Suaramuslim.net) – Ulama-ulama internasional berkumpul di Jakarta Jum’at (6/7) membahas tiga kota suci, yakni Makkah, Madinah, dan Baitul Maqdis yang kini tengah terancam. KH Muhammad Zaitun Rasmin, Ketua Rabithah Ulama dan Dai Asia Tenggara menyerukan kepada umat Islam sedunia untuk melakukan pembelaan terhadap ketiga kota suci tersebut.
Seperti diketahui, Baitul Maqdis saat ini dikuasai oleh Zionis Yahudi. Serta Makkah dan Madinah terancam dengan upaya mencabut pengelolaannya dari pelayannya yang sah.
“Perjuangan membebaskan Baitul Maqdis dari cengkraman Zionis Yahudi sama pentingnya dengan menjaga dan melindungi Haramain dari usaha mengacaukan dan mencabutnya dari pelayannya yang sah,” ujar Zaitun saat membacakan pernyataan sikap usai seminar internasional Pembelaan terhadap Tanah Suci Umat Islam”, di Grand Hotel Cempaka, Jakarta Pusat.
Zaitun Rasmin mengatakan semua kota suci harus berada dalam penguasaan, pemeliharaan, dan penjagaan umat Islam sendiri.
“Karena hakikat kota suci itulah adalah keberadaan Rumah Allah, yaitu masjid-masjid suci, dan Allah hanya mengizinkan penjaga dan pemakmur masjid-masjid Allah itu adalah rang-orang yang beriman, bukan orang-orang yang kafir dan menyekutukan-Nya,” ungkap Zaitun.
Zaitun melanjutkan, patut disyukuri sampai saat ini dua kota suci Makkah dan Madinah masih terpelihara dan terjaga penuh oleh kaum muslimin di bawah kepemimpinan Raja Saudi Arabia sebagai pelayan dua kota suci.
Kemudian, Wakil Sekjen MUI Pusat ini menjelaskan upaya pencabutan pengelolaan Makkah dan Madinah dari Arab Saudi dinilai sangat berbahaya. Usaha-usaha untuk mengacaukan kedamaian dan stabilitas dua kota suci Mekah dan Madinah mulai didengungkan lagi, di antaranya dengan isu dan wacana internasionalisasi dua kota suci itu yang dipelopori oleh negara tertentu.
“Isu dan gagasan seperti itu tentu sangat berbahaya bagi negara pelayan dua kota suci khususnya, stabilitas kawasan, dan bagi umat Islam di seluruh dunia pada umumnya. Oleh sebab itulah kewajiban kaum muslimin di dunia untuk menolak gagasan tersebut dan bersatu padu untuk membela kesucian dan keselamatannya,” jelas Zaitun.
Namun demikian, kaum muslimin tidak boleh lupa dengan kondisi kota suci yang ketiga, yaitu Baitul Maqdis yang sudah lebih dari tujuh puluh tahun dalam cengkeraman penjajahan Zionis Israel hingga saat ini. “Sesungguhnya keberadaan tanah suci bagi agama apapun tidak bisa dipisahkan dari aqidah dan ibadah umatnya. Demikianlah keberadaan kota Mekah, Madinah, dan Baitul Maqdis tidak bisa dipisahkan dari aqidah dan ibadah kaum muslimin,” ujar Zaitun.
Sementara itu, di tempat dan waktu yang sama, Ketua Aliansi Indonesia untuk Pembebasan Baitul Maqdis, Ustaz Bachtiar Nasir mengatakan ada sejumlah langkah yang perlu dilakukan untuk menyelamatkan Baitul Maqdis. Untuk membebaskan Baitul Maqdis perlu langkah-langkah strategis.
“Perlu persatuan umat serta edukasi atau kampanye kepada umat. Indonesia harus memanfaatkan sebagai anggota Dewan Keamanan PBB tidak tetap untuk membebaskan Baitul Maqdis,” kata Ustaz Bachtiar.
Sekitar seratus ulama dunia mengikuti seminar internasional “Pembelaan terhadap Tanah Suci Umat Islam”. Acara ini merupakan rangkaian Pertemuan Ilmiah Internasional ke-5 yang digelar sejak Selasa, 3 Juli lalu. Hadir sebagai narasumber pada seminar ini Syekh Dr Murawih Nassar dan Syekh Dr Isa Al-Masmali.
Saat konferensi pers, selain dua narasumber utama, Zaitun Rasmin juga didampingi oleh Sekjen MIUMI sekaligus Ketua Umum Spirit of Aqsa Ustaz Bachtiar Nasir, Mudir Aam JATMAN KH Wahfiudin, dan beberapa ulama dari negara lain.
Reporter: Ali Hasibuan
Editor: Teguh Imami