Umat Islam Menghadapi Pilkada

Umat Islam Menghadapi Pilkada

Beginilah Sikap Umat Islam Saat Menghadapi Pilkada

Suaramuslim.net – Hidup ini memang kompleks, tidak sederhana, apalagi dalam tataran sosial/makro. Kasus Andalusia, Filipina, Cina, termasuk yang terbaru di Angola, produk umat Islam dalam bentuk bangunan-bangunan fisik megah termasuk bangunan sakralnya; masjid-masjid, yang dibangun susah payah oleh umat berpuluh tahun ternyata dalam ‘sekejap’ musnah karena beralih fungsi bahkan hilang lenyap dihancurkan gara-gara umat Islam kalah dalam persaingan politik. Kekuasaan diambil alih orang.

Kasus-kasus tersebut seharusnya mengingatkan kita pada perintah Al Quran dan percontohan Nabi bahwa berislam itu tidak cukup hanya dengan ritual dan amal sosial, berlomba membangun secara fisik yang megah; mesjid, sekolah, rumah sakit dan semacamnya, tapi lengah memenangkan dan mengokohkan bangunan Islam politik.

Islam itu berkibar jaya menjadi mercusuar menerangi peradaban umat manusia di dunia tatkala sukses dalam Islam politik di Madinah sesudah hijrah Nabi Muhammad. Pemimpin dunia plural yang berkualitas mukmin dengan kebijakan-kebijakan nasionalnya yang syar’i mampu membuat umat manusia terselamatkan dari eksploitasi sesama manusia dan lalu tersejahterakan hidup mereka dengan penuh keadilan. Fenomena ini tentu akan berlaku juga untuk kita, umat Islam Indonesia karena hal itu adalah sunnatullah.

Umat Islam Indonesia jangan bingung menentukan siapa yang harus dipilih dalam pilkada dan pilpres. Mengapa? Karena umat Islam itu rujukannya hanya satu yakni Al Quran dengan penjabarannya dalam bentuk hadits shahih dan sains teknologi yang valid.

Untuk kriteria pemimpin di dunia plural, petunjuk Al Quran sangatlah tegas, yaitu figur yang berkualitas mukmin, figur muslim yang pejuang Islam, taat syariat, bukan asal muslim apalagi yang munafikin, zalimin, jahilin.

Jangan lupa juga bahwa figur yang kita pilih itu jika terpilih menjadi pemimpin formal negeri/daerah, maka secara operasional dia nantinya akan bernaung, dibimbing, diarahkan/dikendalikan partai politik yang mengusungnya. Figur itu akan terikat pada partai yang mengusungnya. Oleh sebab itu, pilihlah figur yang nantinya juga akan terus dibimbing hizbullah, partai Islam, partai penegak tuntunan Allah subhanahu wa ta’ala.

Manusia memang diberi Allah subhanahu wa ta’ala kemampuan berfikir yang kompleks dan ruwet. Pasti manusia cerdas akan punya beribu alasan bahkan yang tidak masuk akal sekali pun untuk memenangkan target atau maunya, termasuk alasan elektabilitas, prestasi, darah biru, dll. Umat tidak boleh terkecoh oleh alasan-alasan semacam itu. Tetaplah kembali ke kriteria Al Quran saat memilih pemimpin, memenangkan Islam politik di negeri/daerahnya. Tidak hanya berlomba dalam ritual dan amal sosial Islam.

Dengan pedoman berislam di atas, maka dalam pilkada misalnya, kapan pun di mana pun, janganlah umat lupa untuk tetap istiqamah dalam memilih figur sesuai kriteria Islam. Demikian pula saat pilpres dan pileg.

Ringkasnya, umat Islam di mana pun daerahnya wajib hukumnya tetap memilih presiden, legislator, kepala daerah sesuai tuntunan al Quran.

Penulis: Fuad Amsyari*
Editor: Muhammad Nashir

*Ketua Umum Syarikat Islam Politik
*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment