Umur Pendek Manusia Akhir Zaman

Umur Pendek Manusia Akhir Zaman

Umur Pendek Manusia Akhir Zaman

Suaramuslim.net – Tidak terasa kita telah memasuki tahun 2019, itu pertanda umur kita bertambah dan sekaligus kontrak hidup di dunia ini semakin berkurang. Karena bertambahnya usia kita, membuat semakin berkurangnya masa hidup di dunia.

Kelak ketika sudah berada di alam akhirat semua manusia akan berteriak untuk minta dipanjangkan umurnya (hidup lebih lama lagi di dunia), padahal Allah sudah memanjangkan umurnya.

Perhatikan Firman Allah ini;

وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ (٣٧)

“Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan”. Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun.” (QS Fathir: 37).

Ibnu Abbas berkata, “Batas usia seseorang di mana Allah telah cukup memberinya kesempatan untuk sadar dan berpikir –sesuai dengan ayat 37 surah Fathir– adalah 40 tahun.” Pendapat ini diambil Ibnu Jarir dalam menafsirkan ayat tersebut.

Namun, ada juga pendapat lain dari Ibnu Abbas yang juga diriwayatkan Ibnu Jarir: “Usia manusia di mana Allah tidak lagi memberinya kesempatan untuk beralasan dan menyesali perbuatannya –seperti dalam surah Fathir ayat 37– adalah 60 tahun”. Riwayat ini lebih sahih dan lebih mengena, karena sesuai dengan keterangan hadis yang akan kami sebutkan, tidak seperti pendapat yang dipilih Ibnu Jarir.

Dalam hadis shahih, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَعْذَرَ اللَّهُ إِلَى امْرِئٍ أَخَّرَ أَجَلَهُ حَتَّى بَلَّغَهُ سِتِّينَ سَنَةً

“Allah memberi udzur kepada seseorang yang Dia akhirkan ajalnya, hingga sampai usia 60 tahun.” (HR Bukhari 6419).

Al-Hafiz Ibnu Hajar mengatakan, “Makna hadis bahwa udzur dan alasan sudah tidak ada, misalnya ada orang mengatakan, “Andai usiaku dipanjangkan, aku akan melakukan apa yang diperintahkan kepadaku.””

Ketika dia tidak memiliki udzur untuk meninggalkan ketaatan, sementara sangat memungkinkan baginya untuk melakukannya, dengan usia yang dia miliki, maka ketika itu tidak ada yang layak untuk dia lakukan selain istigfar, ibadah ketaatan, dan konsentrasi penuh untuk akhirat. (Fathul Bari, 11/240).

Memang dalam hadis-hadis shahih disebutkan bahwa Nabi pernah bersabda, “Umur umatku antara 60-70.” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Ats-Tsa’labi, Al-Qudha’i, Al-Hakim, dan Al-Khatib).

Bandingkan denga usia Nabi Nuh sebelum peristiwa banjir bandang terjadi. Nabi Nuh telah berdakwah selama 950 tahun. Allah subhanahu wa ta’ala mengabarkan dalam Al Quran;

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلا خَمْسِينَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ (14) فَأَنْجَيْنَاهُ وَأَصْحَابَ السَّفِينَةِ وَجَعَلْنَاهَا آيَةً لِلْعَالَمِينَ (15) }

“Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun.” (QS Al-‘Ankabut: 14).

Selama itu, Nabi Nuh menyeru kaumnya agar menyembah Allah Yang Esa. Sebelum diutus menjadi Rasul, usia Nuh sudah 350 tahun. Sesudah terjadinya banjir bandang yang dahsyat, ia masih hidup selama 350 tahun lagi. Jadi, total usianya sekitar 1.650 tahun. (Tafsir al-Thabari, juz 20).

Namun jangan khawatir. Dengan usia umat Nabi Muhammad yang pendek, Allah menganugerahkan kemuliaan;

1. Allah ingin memberikan pesan, bahwa umur kita ini pendek, karena itu jangan menunda suatu kebaikan.

Imam Fudhail menyebutkan sebuah naiehat, yang layak dicatat dengan tinta emas,

تُحْسِنُ فِيمَا بَقِيَ يُغْفَرُ لَكَ مَا مَضَى وَمَا بَقِيَ , فَإِنَّكَ إِنْ أَسَأْتَ فِيمَا بَقِيَ أُخِذْتَ بِمَا مَضَى وَمَا بَقِيَ

“Berbuat baiklah di sisa usiamu, dengan itu akan diampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang. Karena jika kamu masih rajin bermaksiat di sisa usiamu maka kamu akan dihukum karena dosamu yang telah lalu dan dosamu yang akan datang.” (Hilyah Al Awliya’, 8/113).

2. Agar umat Islam kalau toh pun berbuat dosa biar tidak terlalu lama.

3. Allah menekan kualitas amalan, sekalipun usianya pendek, karena itu Rasulullah pernah mengadukan pendeknya usia umat beliau itu kepada Allah. Dengan penuh kasih, Allah menjelaskan, meski usia umat Islam lebih pendek dari umat lain, Allah telah menganugerahkan banyak keutamaan. Diantaranya;

A. Keutamaan yang berkaitan dengan tempat sehingga memaksimalkan pahala ibadah umat Islam. Seperti tempat di Masjidil Haram, Tanah Haram;

صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَصَلاَةٌ فِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ

“Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama daripada 1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Haram. Shalat di Masjidil Haram lebih utama daripada 100.000 shalat di masjid lainnya.” (HR Ahmad 3/343 dan Ibnu Majah no. 1406, dari Jabir bin ‘Abdillah).

Keterangan Imam Zarkasyi dalam kitabnya Ahkamul Masajid menyebut:

Apabila kita ingin pahala seperti salat fardhu lima waktu saja (1 hari ) di tanah haram Makkah, maka kita yang di luar haram Makkah harus shalat fardhu lima waktu selama 277 tahun + 9 bulan + 20 hari.

Masyaallah, itulah Nabi Muhammad justru menganjurkan shalat kapan pun di Masjidil Haram, karena begitu besarnya pahala yang tidak boleh disia-siakan.

Dalam hadis dari Jubair bin Muth’im radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berpesan kepada Bani Abdi Manaf.

Wahai Bani Abdi Manaf, jangan kalian melarang siapa pun untuk thawaf di Baitullah ini, dan melaksanakan shalat di waktu kapan pun yang dia kehendaki siang maupun malam. (HR Nasai 592, Turmudzi 877).

Itupun belum pahala berjemaahnya di Haram, juga pahala masuk masjid, pahala bacaan salatnya, zikirnya dan sebagainya.

B. Keutamaan yang berkaitan dengan waktu, sehingga umat Islam mendapatkan pahala yang setara dengan usia generasi terdahulu.

Lailatul Qadar, malam yang nilainya lebih dari seribu bulan.
Bayangkan, kalau seseorang memperoleh 10 lailatul qadar saja dalam hidupnya, itu sudah berapa ratus tahun hidupnya. Itu bisa melebihi usia Nabi Nuh ‘alaihis salam.

C. Keutamaan yang berkaitan dengan obral pahala dari Allah meski upaya yang dilakukan tidak besar oleh seorang muslim. Dan itu membuat maksimal usianya yang pendek secara angka.

Contoh Shalat fajr;

الْفَجْرِ خَيْرٌ مَنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat (sebelum) Subuh lebih baik daripada dunia seisinya.” (HR Muslim).

So. Umur kita yang kelihatan pendek ini akan jadi berharga jika;

1. Tidak menyia-nyiakan waktu yang ada;

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ

“Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat”. (HR Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah No. 3976.).

إن من إعراض الله عن العبد أن يشغله بما لا ينفعه

“Di antara tanda Allah berpaling dari seorang hamba, Allah menjadikannya sibuk dalam hal yang sia-sia.” (Hilyatul Awliya’, 10: 134).

2. Menyadari bahwa waktu yang terlewatkan akan dimintai pertanggung jawaban di sisi Allah.

لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ

“Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai: (1) umurnya di manakah ia habiskan, (2) ilmunya di manakah ia amalkan, (3) hartanya bagaimana ia peroleh dan (4) di mana ia infakkan dan (5) mengenai tubuhnya di manakah usangnya.” (HR Tirmidzi No. 2417, dari Abi Barzah Al Aslami)

الوقت كالسيف فإن قطعته وإلا قطعك، ونفسك إن لم تشغلها بالحق وإلا شغلتك بالباطل

“Waktu laksana pedang. Jika engkau tidak menggunakannya, maka ia yang malah akan menebasmu. Dan dirimu jika tidak tersibukkan dalam kebaikan, pasti akan tersibukkan dalam hal yang sia-sia.” (Lihat Madarijus Salikin, Ibnul Qayyim, 3: 129)

Jika manusia sudah melakukan dua hal tersebut, maka kelak di akhirat tidak lagi akan meminta-minta untuk dipanjangkan lagi umurnya agar mendapatkan kesempatan yang banyak di dunia. Karena dengan dua hal tersebut, manusia telah banyak berbuat manfaat di waktu yang sempit.

Wallahu A’lam

Disampaikan dalam program talkshow Dialog Motivasi Al Quran di radio Suara Muslim Surabaya 93.8 FM. Kamis 3 Januari 2019 pukul 05.30-06.30 WIB.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment