JAKARTA (Suaramuslim.net) – Pendakwah Ustaz Adi Hidayat memberikan tanggapan soal disertasi hubungan seksual di luar nikah. Terlepas dari kesalahan telah membenarkan hubungan seksual di luar nikah, menurutnya kesalahan terbesar penulis adalah salah mengambil sumber referensi.
“Kesalahan terbesar dari penulis ini adalah salah dalam mengambil referensi,” kata Ustaz Adi di Masjid An-Nur Tanah Kusir, Jakarta Selatan, seperti dalam ceramahnya yang beredar di You Tube.
Melalui kanal resminya, UAH, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa Muhammad Syahrur, pemilik konsep ulang Milk Al Yamin, bukanlah ahli Quran dan hadis. Namun Muhammad Syahrur merupakan ahli di bidang Teknik Sipil atau arsitektur.
Menurutnya tidak pantas bila pendapat Muhammad Syahrur dijadikan referensi yang menyangkut muamalah Islam. Apalagi pendapatnya tentang Milk Al Yamin bertentangan dengan Alquran dan Sunnah.
“Siapa Muhammad Syahrur itu? Ini yang mau saya jelaskan,” katanya.
UAH mengaku pernah mempelajari materi terkait dengan konsep Milk Al Yamin satu tahun lamanya ketika kuliah pascasarjana.
“Karena saya mempelajari materi yang berkaitan dengan ini khusus satu tahun lamanya dan ini menjadi mata kuliah di S2 kami,” katanya.
UAH mempelajari konsep Milk Al Yamin langsung dari penulisnya ketika belajar di jenjang pascasarjana. Tradisi kampus tempat UAH mengambil pascasarjana itu saat belajar langsung mengundang penulisnya untuk berdiskusi.
Selain mengundang Syahrur, program pascasarjana UAH juga mengundang para tokoh orientalis, liberal, dan sekuler level internasional.
“Bahkan yang ngajar saya tokohnya, penulis bukunya, ini kitabnya saya bawa. Kami diajarkan ini setahun langsung sama penulisnya dan setiap materi yang membahasnya tentang manusia, orangnya, pemikirnya ada itu langsung diundang ke kampus kami. Saya diskusi dengan mereka,” katanya.
Muhammad Syahrur merupakan kelahiran Syiria Damaskus tahun 1938. Dia sekolah SD, SMP, dan SMA di sekolah umum.
Kemudian berhijrah dan pindah ke Soviet belajar arsitektur. Syahrur masuk jurusan teknik sipil Handasyah Madaniyah.
“Jadi bukan jurusan Alquran, dia teknik sipil S1 diselesaikaan di sana,” katanya.
UAH melanjutkan, setelah Muhammad Syahrur menyelesaikan sarjana Teknik Sipil di Soviet berangkat ke Irlandia mengambil jurusan yang sama di program S2 dan S3.
“Itu semua S1, S2, S3 di bidang arsitektur teknil sipil. Insinyur beliau itu, bukan ustaz. Jadi nggak pernah belajar tafsir, belajar hadis tidak ada pengetahuannya apalagi fikih,” katanya.
UAH menyimpulkan kesalahan terbesar Abdul Azis dalam hal ini mengambil masalah fikih bukan dari ahlinya.
“Ini kesalahan terbesar penulis disertasi, kok bicara masalah fikih ke arsitek? Kok bisa belajar fikih Islam ke teknik sipil? Kenapa jauh-jauh ke sana? Belajar ke ITB aja,” pungkasnya.
Reporter: Teguh Imami
Editor: Muhammad Nashir