Judul Buku: Wasiat Rasul kepada Pembaca dan Penghafal Al Quran
Penulis: Dr Muhammad Musa Nashr
Penerbit: Al Qowam
Halaman: 200+xvii
Suaramuslim.net – Al Quran adalah kalamullah. Ia adalah yang paling mulia di antara seluruh perkataan yang ada. Membacanya adalah zikir paling utama. Ahli Quran dan para penghafalnya adalah ’kerabat’ Allah dan orang-orang khusus-Nya. Membacanya adalah sebab tercurahnya rahmat dan turunnya para malaikat. Bertadabbur dan memahami maknanya adalah ibadah dan bentuk pendekatan yang paling tinggi. Sedangkan berpaling dari Al Quran dan ayat-ayatnya adalah sebab datangnya kemarahan dan kemurkaan Allah.
Akhlak Ahlul Quran
Imam Al-Ajurri rahimahullah berkata, “Pertama-tama yang harus dicamkan oleh ahlul Quran, hendaknya ia bertakwa kepada Allah, baik sendirian maupun bersama banyak orang, dengan bersikap wara’ dalam makan, minum dan pekerjaannya.”
Dia menjaga lisannya dan berhati-hati dalam berbicara. Jika dia harus angkat suara, dia berbicara dengan ilmu, tentu dengan keyakinan bahwa ucapan tersebut benar. Dan jika mesti diam, diamnya pun atas dasar ilmu, tentu dengan meyakini bahwa diam adalah tindakan yang benar.
Wajahnya cerah dan ucapannya sopan, ahlul Quran juga menjaga anggota tubunya dari hal-hal yang dilarang. Jika berjalan, dia berjalan dengan ilmu. Jika duduk, dia duduk dengan ilmu. Dia bersikap tawadhu.
Dan dia tidak mencari makan dengan Al Quran. Serta mewajibkan dirinya berbakti kepada kedua orang tua. Dan dia senantiasa menyambung tali persaudaraan dan tidak suka memutusnya.
Adab dan Moral Pengemban Al Quran
Pertama-tama yang harus dilakukan orang yang mempelajari Al Quran adalah mengikhlaskan belajarnya hanya utuk Allah ta’ala. Berikutnya tidak boleh membiarkan dirinya bersikap hasad kepada sesama muslim.
Kata Ibnu Mas’ud, “Seorang pembaca Al Quran harus bisa dikenali pada malamnya ketika manusia sedang tidur, artinya bangun malam untuk qiyamul lail. Dikenal siangnya ketika manusia sedang makan, artinya puasa di siang hari. Dikenal dengan tangisnya ketika manusia tertawa. Dikenal dengan diamnya ketika manusia banyak menyumbang ucapan. Dikenal dengan kekhusyukannya ketika manusia berkhayal, dan dikenal dengan kesedihannya ketika manusia bergembira.”
Potret Generasi Salaf Membaca Al Quran
Ibnu Abi Maliah berkata, “Saya pernah menemani Ibnu Abbas ketika safar. Jika beliau singgah di suatu tempat, beliau bangun di tengah malam dan membaca Al Quran dengan tartil. Pada setiap huruf yang dibacanya, beliau berusaha sesering mungkin menangis.”
Kata Abdullah bin Urwah bin Zubair, “Aku pernah bertanya kepada nenekku, Asma’ binti Abu Bakar, apa yang dilakukan para sahabat Rasulullah ketika mendengar Al Quran? Beliau menjawab, ‘Air mata mereka mengucur dan kulit mereka merinding seolah-olah Allah menggertak mereka.’”
Membaca Tanpa Tadabbur
Dari Abu Sa’id Al-Khudri, ia berkata, ‘Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Akan muncul di antara kalian suatu kaum yang shalat kalian tidak sebanding shalat mereka, puasa kalian tidak sebanding dengan puasa mereka, dan amal kalian tidak sebanding dengan amal mereka. Mereka membaca Al Quran tetapi tidak melampaui kerongkongan mereka. Mereka terlepas dari agama sebagaimana anak panah terlepas dari busur.” (HR Tirmidzi dan Abu Dawud).
Apakah Al Quran Menjadi Hujjah yang Membela atau Menuntut?
Dari Abu Malik Al-Asy’ari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Menyempurnakan wudhu adalah bagian dari iman. Bacaan Alhamdulillah pahalanya memenuhi timbangan. Tasbih dan takbir memenuhi langit dan bumi. Shalat adalah cahaya. Zakat adalah bukti. Sabar adalah pancaran. Al Quran adalah hujjah yang membelamu atau justru menuntutmu. Setiap hari manusia keluar dengan menjual dirinya, maka ada yang memerdekakannya dan ada pula yang membinasakannya.
Aku wasiatkan kepadamu agar bertakwa kepada Allah, karena itu adalah pokok segala urusan! Dan agar kamu berjihad, karena itu adalah kerahiban dalam Islam! Dan agar kamu berdzikir kepada Allah dan membaca Al Quran, karena itu adalah ruhmu di langit dan zikirmu di bumi.” (Terjemah HR Ahmad).