Waspada Angin Puting Beliung

Waspada Angin Puting Beliung

Waspada Angin Puting Beliung
(Foto: Google)

SURABAYA (Suaramuslim.net) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa awal musim hujan 2018/2019 akan terjadi pada Oktober-November-Desember 2018. Sebagian daerah memiliki tanda akan memasuki musim pancaroba, yaitu masa peralihan dari musim kemarau menuju musim hujan. Karakteristiknya panas yang melebihi biasanya, turun hujan mendadak, disertai angin kencang.

Terjadinya Puting Beliung

Kepala Stasiun Meteorologi Juanda Surabaya Mohammad Nur Huda, S.T. dalam talkshow Ranah Publik Suara Muslim Surabaya 93.8 fm (12/11) mengatakan, saat ini di beberapa wilayah sudah memasuki musim penghujan. Potensi hujan lebat disertai kilat/petir dan angin kencang berdurasi singkat akan terjadi kapan pun. Salah satunya yang perlu diwaspadai adanya fenomena angin puting beliung.

“Apa itu angin? Secara bahasa ilmiah, angin itu udara yang bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Fenomena yang terjadi saat angin menyebabkan kerusakan, masyarakat menyebut itu angin puting beliung, padahal angin yang menghancurkan itu tidak selalu puting beliung,“ paparnya.

Nur Huda menyebut ada beberapa ciri angin disebut puting beliung dan angin kencang. Jika di suatu wilayah terjadi angin menyebabkan kerusakan yang merata maka ini bukan puting beliung, tetapi angin kencang.

“Namun jika kerusakan dalam suatu wilayah tidak merata dengan pola zig zag, berarti itu angin puting beliung. Biasanya angin puting beliung bergerak secara lurus dan berlalu setelah maksimal 15 menit. Meski terbilang singkat, angin ini bisa menyebabkan kerusakan atau menghancurkan apa saja yang ada di depannya. Bahkan kejadian alam ini juga bisa menelan korban jiwa,” jelasnya.

Nur Huda menjelaskan, fase terjadinya puting beliung memiliki kaitan yang erat dengan fase tumbuh awan Cumulonimbus. Kondisi akan terjadinya puting beliung sebenarnya bisa diketahui kalau teliti. Hal ini bisa dirasakan ketika seseorang merasakan cuaca panas yang tidak seperti hari-hari biasa. Cuaca itu secara tiba-tiba digantikan oleh hujan yang lebat.  

“Cirinya pada saat malam hari udara terasa panas hingga menyebabkan gerah, pada pagi hari di langit ada pertumbuhan awan atau awan putih yang membentuk gerombolan berlapis-lapis dengan cepat. Biasanya angin puting beliung terjadi sore hari atau menjelang Maghrib, dan sangat jarang terjadi di pagi hari,” paparnya.

Menurut Nur Huda angin kencang dan puting beliung, jelas berasal dari awan cumulonimbus atau CB. Di dalam awan ini, terdapat pergerakan angin yang cukup kuat. Pergerakan angin yang kuat dari dalam awan ini bisa keluar hingga permukaan bumi dan menyebabkan terjadinya puting beliung.

Selain itu, awan CB juga berpotensi menimbulkan petir. Masyarakat diimbau untuk waspada apabila melihat gumpalan awan hitam. Warga perlu menjauhi pohon dan sumber angin CB. Untuk menghindari petir, agar tidak berdiri di tanah lapang, serta segera mematikan benda elektronik yang melekat di tubuh dan rumah/kantor. Petir bisa terjadi sebelum hujan, bersamaan dengan hujan, mau pun sesudahnya.

“Jika sudah melihat gumpalan awan hitam pekat, perhatikan pergerakan awan itu kemana, jika mendekat baiknya kita menjauh, yang lebih penting kita mempersiapkan hal itu dengan salah satunya menebang pepohonan di sekitar yang sudah lapuk sebelum musim hujan,” ungkapnya.

Antisipasi Pohon Tumbang

Kepala Pusat Studi Kebencanaan dan Perubahan Iklim LPPM ITS Dr. Ir. Amien Widodo, M.S. dalam talkshow Ranah Publik Suara Muslim Surabaya 93.8 fm (12/11) mengatakan tindakan preventif sangat diperlukan untuk meminimalisir kerusakan yang ditimbulkan.

“Kita sudah melakukan penelitian di beberapa tempat, sifat angin puting beliung itu tidak bisa dicegah, karena sifatnya anugerah. Melakukan antisipasi bagi kita belum terbiasa, maka upaya yang harus dilakukan adalah mengugah semua orang termasuk stakeholder,” tuturnya.

Amien Widodo menyebut, ada salah satu karakter yang bisa dilihat saat angin kencang itu datang, pasalnya tidak semua reklame roboh, atau pepohonan yang tumbang. Ini yang penting untuk diperhatikan bersama.

“Saat kita menanam pohon atau memasang baliho di suatu tempat padat pemukiman atau di taman yang banyak orangnya, maka kita harus memberlakukan sesuatu yang didirikan harus ada monitoring dan harus ada evaluasi,” jelasnya.

Amin bercerita sekitar tahun 2017, pohon tua yang menjadi salah satu dari 600 koleksi tertua di Kebun Raya Bogor cukup dikenal dan menjadi fenomenal karena usianya yang mencapai 194 tahun bisa roboh karena dimakan rayap.

“Orang kan tidak mungkin berpikir bahwa pohon yang usianya ratusan tahun, tidak ada angin bisa roboh. Jadi berada dimana pun pohon itu harus ada monitoring. Ingat, tidak semua pohon roboh saat diterjang angin kencang, yang roboh itu banyak kropos dan ada rayap,” tambahnya.

Amien menyebut, jenis tanaman pohon yang banyak ditanam di perkotaan memakai stek, sehingga akar pohon menjadi serabut. Bahkan pohon ditanam di atas aspal dan akar tidak kuat menancap ke dalam tanah. Sehingga ketika terjadi angin kencang apalagi puting beliung, tanaman tersebut mudah tumbang.

“Kita sebagai warga harusnya turut memeriksa pohon yang ada di sekitar, dan turut melaporkan kepada pemerintah. Termasuk papan reklame perlu dilakukan pengecekan berkala karena bisa jadi bautnya hilang, bahkan tiang pancangnya sudah kropos,” pungkasnya

Reporter: Dani Rohmati

Editor: Muhammad Nashir

 

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment