Saat di Puncak Ketenaran Memilih Hijrah

Saat di Puncak Ketenaran Memilih Hijrah

Pevi Permana Putra: Saat di Puncak Ketenaran Memilih Hijrah
(Foto: breakingnews.co.id)

SURABAYA (Suaramuslim.net) – Tren hijrah dikalangan artis bukan hal yang baru, di televisi, media sosial, banyak dijumpai mereka yang mengaku sudah berhijrah. Teuku Wisnu, Shireen Sungkar, Arie Untung, Cinta Penelope, Fenita Arie, Dewi Sandra, Peggy Melati Sukma dan sederet artis lainya adalah contoh yang biasa dijumpai, meski niat hijrahnya belum ada yang mengetahui, namun dari postingan keseharian, mereka sering mengunggah konten keislaman dan kajian.

Hijrah sendiri memiliki makna yang luas, bila hijrah di zaman Rasulullah maka hijrahnya berarti pindah, berpindah dari Makkah menuju Madinah. Bila hijrah mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) maka hijrah bermakna berpindah atau menyingkir untuk sementara waktu dari suatu tempat ke tempat lain yang lebih baik dengan alasan tertentu (keselamatan, kebaikan, dan sebagainya). Dalam konteks tulisan ini, memaknai hijrah sebagai berpindah untuk belajar kebaikan.

Ada banyak alasan hijrah, begitupun yang dialami Pevi Permana Putra, seorang atlet skateboard yang memilih hijrah di puncak ketenaranya demi belajar islam. Saat uang bergelimang di keseharian, saat apapun bisa dibeli, saat itulah dia merasa bahwa hatinya masih ada yang kosong, banyaknya uang masih menjadikanya dia kekurangan.

Bulan kemarin, Pevi Permana Putra menjuarai skateboard di turnamen Asean Games dalam urutan ketiga dengan medali perunggu. Tentu hal ini menjadi kebanggaan bagi Indonesia sekaligus bagi karirnya, sebab sejak tahun 1999 dia harus latihan, patah kaki, cedera engkel, dan tak sedikit luka yang harus diderita.

Saat Memilih Hijrah

Pevi sering merasa kosong, hatinya selalu resah. Namun Pevi tidak sendirian, Pevi sadar bahwa dirinya harus menemukan kedamaian, menemukan sesuatu yang membuat hidupnya nyaman dan tenteram, disitulah Pevi ketemu dengan Mas Inong yang sudah lebih dulu ikut kajian Ustaz Hanan Attaqi.

Pevi diajak ikut kajian, sering setiap kajian diajak, namun Pevi takut, takut dengan kajian, nanti ditanya yang macam-macam, ditanya surah-surah dalam Al Quran. Sampai 2 tahun dirinya menolak bila diajak ikut kajian.

Setelah terus-menerus terdapat ketidaktenteraman dalam hati, Pevi memberanikan ikut kajian. Meski masih ada rasa takut, namun memberanikan pada awalnya, saat itu Pevi dikenalkan Ustaz Hanan Attaqi oleh Mas Inong.

Saat kajian, Ustaz Hanan Attaqi selalu menceritakan hal yang indah-indah di dalam islam. Seperti terbalik 180 derajat, dari ketakukan dulu kini hilang sama sekali, Pevi semakin tertarik dengan apa yang diceritakan Ustaz hanan Attaqi untuk mempelajari islam lebih dalam, seperti enak belajar islam, ternyata menjadi muslim tidak seseram yang dibayangkan.

Akhirnya, dia semakin memperdalam ilmu agama, berkumpul dengan orang-orang baru, hingga terus belajar dan kini semakin istiqomah dalam menjalankan perintah agama.

Setelah beberapa kali kajian, ada ide untuk mendirikan komunitas hijrah untuk anak-anak hijrah yang di gagas oleh Ustaz Hanan Attaqi. Kemudian Pevi ikut menjadi salah seorang penggeraknya dan mengajak anak muda di Indonesia dengan tagline “banyak main kurangi dosa”.

Beberapa kali agenda besar komunitas shift dia ikuti dan menjadi bagian didalamnya, seperti acara ngabuburit bareng, nongkrong bareng. Di kota-kota lain, Pevi selalu menunjukkan kebolehanya bermain skateboard sambil mengajak anak-anak muda untuk berbuat baik.

Kini, penggerak komunitas hijrah Shift tak kurang dari 500 orang termasuk Pevi didalamnya. Dikajian yang lebih besar lagi, hingga setiap kajian yang diasuh Ustaz Hanan Attaqi ada sekitar 3-5 ribu orang. Komunitas Hijrah ini menginspirasi seluruh Indonesia.

Selain aktif di komunitasnya, Pevi tidak meninggalkan kecintaanya sebagai pemain skateboard profesional. Baginya hal itu semakin memberikan semangat untuk berlatih lagi dan lebih baik, terdapat semacam inspirasi tersendiri saat mengajak orang banyak.

Sebelum ditutup, sharing Pevi sambil tersenyum dan kemudian berlari lagi menggunakan skateboard kesayanganya dia bilang, “Berkarir tidak meninggalkan agama, dan beragama sangat mendukung karir,” pungkasnya.

Di balik Alasan Hijrah

Tren hijrah sebenarnya bukan hal baru, mungkin yang menjadi baru karena peran media sosial yang dapat menjangkau setiap HP android kalangan masyarakat. Bila menengok ke belakang, tahun 2006, gitaris eks-Sheila on 7 yang bernama Sakti memilih mundur dengan alasan ingin memperdalam agama. 2010, saat muncul dihadapan publik kembali, dia sudah berbeda, janggut tebal, celana cinkrang, dan peci putih sudah dipakainya.

Hari ini pun tidaklah jarang melihat anak-anak muda yang hijrah, dulu dikenal sebagai perempuan yang tidak berhijab, kini sudah berhijab, dulu yang jarang sekali di masjid, kini bicaranya terus mengenai keislaman, dulu mainya di bar, malam minggu pacaran, sekarang nongkrong di masjid mengikuti kajian.

Selain seribu alasan berhijrah, ada alasan yang mendasar yakni kekosongan hati, dibalik ketenaran dalam dunia yang mereka gandrungi, ada kekosongan yang terus menghantui mereka. Ada yang menyebutnya panggilan hati nurani.

Reporter: Teguh Imami
Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment