SURABAYA (suaramuslim.net) – Bencana dan cuaca ekstrem yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia akhir-akhir ini menjadi sorotan penting terlebih lagi Indonesia berada di wilayah tropis dan rawan terhadap bencana. Memang bencana yang terjadi tidak bisa dihindari tapi bisa ditanggulangi dan antisipasi serta aksi cepat agar tidak menelan banyak korban.
Pakar Studi Kebumian Bencana dan Perubahan Iklim Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Amin Widodo mengatakan sampai saat ini antisipasi terhadap bencana masih sedikit. Pemerintah hanya menghimbau untuk waspada dan menanggulangi saja bukan mengantisipasi dan melakukan aksi nyata. Padahal bencana hidrometeorologi seperti banjir, kekeringan dan kebakaran hutan sudah ada catatannya sejak tahun 1800-an. Artinya belum ada proses belajar untuk mengantisipasinya sampai kini.
“Waspada bencana saja tidak cukup tapi juga perlu aksi nyata jika hanya waspada saja tanpa melakukan sesuatu akan menjadi sia-sia. Dalam hal ini negara berwenang dan bertanggungjawab akan terjadinya bencana” tegas Amin dalam dialog Ranah Publik di Suara Muslim Radio Network hari ini (4/12).
Sementara itu pakar Hukum Lingkungan Universitas Airlangga Surabaya Suparto Wijoyo menjelaskan sudah seharusnya pemerintah bertanggungjawab pada aksi tanggap bencana. Negara sudah menyediakan alokasi anggaran mulai dari pasca, era dan pra bencana
“Bencana adalah tanggungjawab bersama dalam konteks sosial , tapi dalam konteks konstitusional dan bernegara adalah tanggungjawab pemerintah dan negara telah memandatkan amanah itu mulai dari kepala desa hingga presiden”, ujar dosen yang akrab disapa Cak Jojo ini.
Suparto menyebut jika pemerintah abai dan lalai terhadap bencana di wilayah tertentu maka rakyat bisa menggugat pemerintah karena menyebabkan rakyat sengsara dan menderita. Seperti yang dilakukan oleh masyarakat Palangka Raya yang menggugat pemerintah saat terjadi kebakaran hutan beberapa waktu lalu yang menyebabkan rakyat menderita dan gugatan dimenangkan oleh rakyat sebagai penggugat.
Menanggapi hal itu Dewan Redaksi Suara Muslim Radio Network Fajar Arifianto mengajak media ikut peduli pada lingkungan, serta melakukan pemberitaan tentang antisipasi bencana karena selama ini pemberitaan hanya terjadi jika bencana telah menelan korban jiwa.
Reporter : Nurul Adha Nia
Editor : Muhammad Nashir