Waspada Gelombang Ekstrem dan Ombak Besar

Waspada Gelombang Ekstrem dan Ombak Besar

Waspada Gelombang Ekstrem dan Ombak Besar
Kepala Kelompok Prakirawan BMKG Maritim Perak Surabaya, Ari Wijayanto bersama Wakil Dekan IV Fak Teknologi Kelautan ITS Surabaya Haryo Dwito Armono, Ph.D dalam talkshow Ranah Publik di Suara Muslim Surabaya 93.8 FM (12/12/18).

SURABAYA (Suaramuslim.net) – Kepala Kelompok Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Maritim Perak kota Surabaya Ari Wijayanto dalam talkshow Ranah Publik Suara Muslim Surabaya 93.8 fm (12/12) mengatakan, saat ini sudah memasuki musim penghujan dimana angin muson sudah terbentuk, dengan ciri khasnya angin barat akan bertiup.

Angin muson, lanjut Ari, merupakan angin musiman yang bersifat periodik. Munculnya angin muson biasanya ditandai dengan curah hujan yang tinggi. Selain itu, beberapa bulan terakhir daerah Jawa Timur mengalami masa pancaroba. Proses pergantian itu otomatis membutuhkan penyesuaian karena perbedaan tekanan di belahan utara dan selatan.

“Kondisi itulah mengakibatkan wilayah Indonesia mengalami pola angin yang variabelitasnya cukup tinggi, maka munculah potensi angin puting beliung, cuaca ekstrem bahkan banjir,” tuturnya.

Ari menyebut, potensi gelombang tinggi yang seharusnya terjadi peningkatan pada November hingga Desember ini masih terlihat smooth. Itu dikarenakan kondisi wilayah kita saat ini baru memasuki angin barat dan potensinya akan membentuk pola angin yang sama dengan pancaroba, yaitu angin yang tidak terlalu kencang.

“Memang masa pancaroba yang memasuki musim penghujan, mungkin gelombang terlihat nyaman, tapi tunggu dulu jika dengan kondisi seperti masa pancaroba berarti potensi terjadinya awan kumulonimbus sangat mungkin dan disertai angin sangat kencang bahkan mungkin hujan yang cukup lebat,” jelasnya.

Menurut Ari, melalui data klimatologis yang baru dirilis, potensi tekanan rendah di utara Australia, tropical cyclone owen (badai laut) sudah mulai muncul. Dari pergerakannya, badai atau topan itu mengarah di barat dan pada akhirnya mendekati wilayah Indonesia. Meski demikian, posisi tumbuhnya badai masih di pesisir utara Australia yang nantinya jika terus bergerak akan melewati daratan.

“Jika badai melewati daratan berbeda dengan laut, di darat biasanya energi akan turun tetapi kita semua harus mewaspadai adanya gelombang air laut. Saat ini, tinggi gelombang laut berpeluang mencapai 2,5-3,5 meter, sedangkan gelombang maksimum diprakirakan lebih tinggi mencapai 3,5-4,5 meter dengan jangka waktu 12-24 jam,” jelasnya.

Meski begitu, Ari menjelaskan, nelayan saat ini tak perlu lagi memprediksi cuaca dengan melihat pergerakan awan. Mereka cukup memantau kondisi cuaca menggunakan data prakiraan melalui BMKG.  

“Sekarang ini, sebelum berangkat melaut nelayan mencari dulu referensi perkiraan cuaca, kecepatan angin hingga tinggi ombak laut, mereka dapat melihat rilis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Berikutnya nelayan siap mengambil keputusan melaut atau tidak,” pungkasnya.

Waspada Gelombang Tinggi Laut

Sementara itu, Pembantu Dekan IV Fakultas Teknologi Kelautan ITS Haryo Dwito Armono, ST., M.Eng., Ph.D. dalam talkshow Ranah Publik Suara Muslim Surabaya 93.8 fm (12/12) bertema Waspada Gelombang Ekstrem dan Banjir Rob menyatakan, selain gelombang yang perlu diwaspadai adalah fenomena penurunan tanah yang  terjadi di beberapa kota besar Indonesia seperti, Surabaya, Jakarta dan Semarang.

Penurunan ini, lanjut Haryo, akibat pengambilan air tanah yang cukup besar akan mempercepat penurunan terjadi. Ketika air laut naik kecepatan peningkatan air laut menyebabkan penurunan tanah lebih cepat.

“Penurunan muka tanah adalah sebuah peristiwa turunnya permukaan tanah yang disebabkan adanya perubahan pada volume lapisan batuan yang terkandung di bawahnya. Menurunnya muka tanah ini biasanya terjadi perlahan- lahan dalam jangka waktu yang lama sehingga manusia tidak langsung menyadari akan hal itu,” jelas Haryo.

Sehingga, imbuhnya, hal itu akan memperparah kondisi kita pada saat banjir rob, muka air laut pasang surut. Ketika terjadi kondisi yang parah terjadi badai maka gelombang akan masuk ke daratan.

“Kondisi Surabaya masih normal karena saat kita di pantai Kenjeran masih bisa melihat air surut sangat jauh, bahkan jika ke Tanjung Perak kita masih aman dari air laut karena tidak sampai menggenangi dermaga,”ungkapnya.

“Pasang surut terus berulang selama 18 tahun, jadi dalam kurun waktu itu ada air tertinggi dan terendah. Naiknya air laut disebut high tide, sedangkan penurunannya disebut low tide. Itulah yang akan memperparah kondisi ketika gelombang terjadi saat air posisi tertinggi. Namun, itu semua bisa diprediksi. Elevasi permukaan air laut,”paparnya.

Haryo mengimbau nelayan yang ingin beraktifitas dapat terlebih dahulu melihat kondisi cuaca yang sudah disediakan pada website BMKG. Hal ini karena bulan Desember akan mengalami peningkatan tinggi gelombang laut di seluruh Indonesia.

“Kita juga perlu waspada, bukan hanya mereka sebagai nelayan. Karena saat ini juga muslim liburan, ada baiknya siapa pun saat ingin berlibur ke alam bisa melihat prakiraan cuaca karena bulan Desember ini terjadi peningkatan intensitas cuaca yang cukup lebat. Data yang kami lihat, 10 hari terakhir Desember akan terjadi tinggi gelombang yang signifikan pada malam hari,” pungkasnya.

Kontributor: Dani Rohmati

Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment