Suaramuslim.net – Pengakuan sepihak Presiden Amerika Serikat Donald Trump atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel beberapa waktu lalu membuat masyarakat dunia mengecam keras pengakuan itu.
Dosen Hubungan Internasional Universitas Airlangga Siti Rahmawati Susanto memaparkan sejak tahun 1995 ada rencana pemindahan Kedutaan Besar Amerika di Tel Aviv ke Yerusalem namun kebijakan itu belum dieksekusi oleh Presdien Amerika sebelumnya seperti Bill Clinton hingga Barack Obama karena akan mengancam perdamaian dunia. Berbeda dengan pendahulunya, Donald Trump yang merupakan sosok Presiden Amerika penuh kontroversi justru berani mengeksekusi kebijakan itu sekarang.
“Keputusan sepihak Trump ini akan menyebabkan turbulensi atau ketidakstabilan perdamaian dunia dan sepertinya Trump tidak menggubris gejolak itu. Keputusan Trump ini sangat tidak strategis karena Amerika yang dikenal menjaga dan merancang perdamaian dunia justru saat ini menjadi pemicu konflik dunia”. kata Siti Rahmawati dalam Dialog Ranah Publik Suara Muslim Radio Network Senin(11/12).
Sementara itu perwakilan Sahabat Al-Aqsa Haryono mengatakan umat Islam di seluruh dunia memiliki emosi yang sama terhadap Yerusalem, tapi ketegasan juga tergantung dari sikap pemimpin Islam di kawasan Arab. Bisa dikatakan ironi bahwa negara Arab seperti Putera Mahkota Arab Saudi justru memberikan alternatif ibukota Palestina yaitu Abu Dis dan merelakan Yerussalem sebegai ibukota Israel. Hal ini berbeda dengan Turki yang kian gencar dan “galak” dalam membela kedaulatan dan kemerdekaan Palestina. Tidak hanya dari segi politik tapi dari sisi ekonomi Turki juga membantu dengan berinvestasi ruko-ruko di Yerusalem untuk kegiatan ekonomi.
Haryono berharap Indonesia bisa melakukan sesuatu terhadap Palestina dengan kembali pada jalan para penakluk Baitul Maqdis yaitu Nabi Yusya’ bin Nun, Umar Bin Al-Khattab dan Salahuddin Al-Ayyubi yaitu dengan ilmu dan ketegasan serta kekuatan. Jika tidak paham tentang Baitul Maqdis akan mustahil bisa menguasainya kembali.
Reporter : Nurul Adha Nia
Editor : Muhammad Nashir