Al Quran pada Periode Mutaakhirin (Abad 4 – Abad 12 H)

Al Quran pada Periode Mutaakhirin (Abad 4 – Abad 12 H)

Al Quran pada Periode Mutaakhirin (Abad 4 – Abad 12 H)

Suaramuslim.net – Setelah agama Islam meluaskan sayapnya ke daerah-daerah yang berkebudayaan lama, seperti Persia, Asia tengah, India, Syiria, Turki, Mesir, Etiopia dan Afrika Utara, terjadilah persinggungan dan pergeseran antara kebudayaan Islam yang sudah diolah, berkembang serta mempunyai kekuatan dan keuletan.

Maka sejak waktu itu mulailah kaum Muslimin mempelajari pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki oleh penganut-penganut kebudayaan tersebut. Karena itu mulailah kaum Muslimin mempelajari ilmu logika, ilmu falsafah, ilmu eksakta, ilmu hukum, ilmu ketabiban, dan sebagainya, sehingga dalam beberapa waktu saja telah dapat dimiliki dan dibukukan ilmu-ilmu gaya bahasa, ilmu-ilmu keindahan bahasa dan segala hal yang berhubungan dengan ilmu bahasa.

Perubahan ini menimbulkan pula perubahan dalam penyusunan dan pemikiran tentang kitab-kitab tafsir. Ahli-ahli tafsir tidak lagi hanya mengutip riwayat dari sahabat, tabi’in, tabi’in tabiat saja, tetapi telah mulai bekerja, menyelidiki, meneliti dan membandingkan apa-apa yang telah dikerjakan oleh orang-orang yang dahulu dari mereka. Tidak hanya sampai demikian saja, bahkan para mufasir telah mulai menafsirkan dari segi gaya bahasa, keindahan bahasa, tata bahasa, di samping mengolah dan menafsirkan dari segi gaya bahasa, keindahan bahasa tata bahasa, di samping mengolah dan menafsirkan ayat-ayat Al Quran sesuai dengan pengetahuan-pengetahuan yang telah mereka miliki. Karena itu terdapatlah kitab-kitab tafsir yang dikarang dan ditinjau dari berbagai-bagai segi yaitu:

  1. Golongan yang meninjau dan menafsirkan Al Quran dari segi gaya bahasa dan keindahan bahasa. Yang menyusun ini ialah Az Zamakhsyari dalam tafsirnya Al Kasysyaaf, kemudian diikuti oleh Baidhawy.
  2. Golongan yang meninjau dan menafsirkan Al Quran dari segi tata bahasa, kadang-kadang mereka menggunakan syair-syair Arab untuk mengkokohkan pendapat mereka, seperti Az Zajjaad dalam tafsirnya: Maa’anil Qur’an, Al Waahadi dalam tafsirny, Al Basith, Abu Hayyaan Muhammad bin Yusuf Al Andalusi dalam tafsirnya Al Bahrul Muhiith.
  3. Golongan yang menitik beratkan pembahasan mereka dari segi kisah-kisah dan cerita-cerita yang terdahulu termasuk berita-berita dan cerita-cerita yang berasal dari orang-orang Yahudi dan Nasrani, bahkan kadang-kadang berasal dari kaum Zindik yang ingin merusak agama Islam. Dalam menghadapi tafsir yang sepert ini sangat diperlukan penelitian dan pemeriksaan oleh kaum Muslimin sendiri. Penafsir yang melakukan cara seperti ini adalah Ats Tsalabi, ‘Alaauddin bin Muhammad Al baghdadi (wafat 741 H), tafsir Al Khaazin juga termasuk golongan ini.
  4. Golongan yang mengutamakan penafsiran ayat-ayat yang berhubungan dengan hukum, menetapkan hukum-hukum fikih, penafsiran yang seperti ini telah dilakukan oleh Al Qurthuby dengan tafsirnya Jami’ Ahkaamul Qur’an, Ibnul Araby dengan tafsirnya Ahkaamul Quran, Al Jashshaash dengan tafsirnya Ahkaamul Qura, Hasan Shiddiq Khan dengan tafsirnya Nailul Maaram.
  5. Golongan yang menafsirkan ayat-ayat Al Quran yang berhubungan dengan sifat-sifat Allah. Ayat-ayat itu seakan-akan berlawanan dengan sifat-sifat kesucian dan ketinggian Allah. Lalu dengan penafsiran itu teranglah bahwa ayat-ayat itu tidak berlawanan dengan sifat-sifat Allah yang sesungguhnya. Penafsiran yang terkenal menafsirkan ayat seperti tersebut diatas ialah Imam Ar Razy (meninggal 610H) dengan tafsirnya Mafaa’tihul Ghaib.
  6. Golongan yang menitik beratkan penafsirannya kepada isyarat-isyarat Al Quran yang berhubungan dengan ilmu Suluk dan Tashawwuf, seperti At Tasturi, susunan Abu Muhammaad Sahl bin Abdullah At Tasturi.
  7. Golongan yang hanya memeperkatakan lafadz Al Quran yang gharib (yang jarang) terpakai dalam perkataan sehari-hari), seperti kitab Mu’jam Ghariibil Quran, nukilan Muhammad Fuad Abdul Baaqi dari Shahih Bukhari.

Di samping itu masih kita dapati kitab-kitab tafsir seperti:

Aliran Mu’tazilah

Banyak sekali, bahkan ratusan kitab-kitab tafsir yang dikarang menurut aliran ini sesuai dengan dasar-dasar pokok aliran Mu’tazilah. Tetapi yang sampai kepada generasi sekarang amat sedikit sekali jumlahnya, seperti kitab Majaalisusy Syariif al Murtadha. Menurut pendapat sebagian ahli tafsir kitab  Majaalisusy Syariif al Murtadha bernafaskan aliran Syi’ah Mu’tazillah. Kumparan tafsir ini sekarang telah dicetak di Mesir dengan nama Amali Al Murtadha.

Tafsir Aliran Syi’ah

Kaum Syi’ah banyak menghasilkan kitab-kitab tafsir. Penafsiran mereka ditujukan kepada pengagungan Ali dan keturunannya, penghinaan terhadap Abu Bakar, Umar, Utsman dan sebagainya. Mereka berani melakukan ta’wil yang jauh sekali untuk kepentingan aliran mereka.

Sumber: Al Quran Al Karim
Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment