5 Hikmah Idulfitri

5 Hikmah Idulfitri

Antara Idulfitri, Takwa, dan Konsep Manusia
Ucapan Eid Mubarak (Ils: Dribbble/@F.X. Kushartono)

Suaramuslim.net – Ketika Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam tiba di Madinah, kaum Anshar memiliki dua hari istimewa, mereka bermain-main di dalamnya, maka Nabi bersabda: “Allah telah memberi ganti bagi kalian dua hari yang jauh lebih baik, (yaitu) Idulfitri dan Iduladha.”

Jadi, dua hari raya ini langsung ditetapkan oleh Allah, sehingga dalam menyambutnya pun harus dengan benar sesuai syariah. Jika kita salah dalam menyambut hari raya, kesalahan itu akan terus berulang karena kita melaksanakannya setiap tahun. Sehingga terjebak pada mengulang kesalahan yang sama.

Dua hari raya, Idulfitri dan Iduladha dikaitkan langsung dengan dua rukun Islam. Idulfitri dengan puasa Ramadan dan Iduladha dengan haji. Artinya keduanya adalah bagian syiar Allah yang jika kita agungkan berfungsi sebagai bukti ketakwaan hati.

وَمَن يُعَظِّمۡ شَعَٰٓئِرَ ٱللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقۡوَى ٱلۡقُلُوبِ

“Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya hal itu timbul dari ketakwaan hati.” (Al-Hajj: 32).

Hikmah Idulfitri

Idulfitri punya banyak makna dan hikmah, di antaranya:

(1) Hikmah Kegembiraan/Suka Cita

Gembira sebagai ungkapan syukur atas nikmat Allah. Dinamakan ied karena dia berulang, kembali setiap tahun dengan kegembiraan yang baru.

Kita disunnahkan bergembira berdasar hadis Nabi, bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan, saat berbuka dan saat bertemu Rabbnya.

Kita gembira karena dalam sebulan bisa melaksanakan berbagai macam ketaatan, bukan gembira karena kemaksiatan. Gembira karena bisa makan kembali di pagi hari.

Gembira karena bisa berbagi lewat zakat fitrah.

Siapa yang bergembira karena kebaikan yang dia lakukan dan bersedih karena keburukan yang dia lakukan, itulah tanda keimanan.

(2) Hikmah Ketakwaan

Di hari raya kita disunnahkan untuk memperbanyak takbir, tahmid, tahlil, dan tasbih sebagai wujud dari pembaruan iman.

Rasulullah bersabda, “Perbaruilah iman kalian.” Para sahabat bertanya, “Bagaimana kami memperbarui iman kami?” Nabi menjawab, “Perbanyaklah membaca Laa ilaaha illa Allah.”

Saat kita bertakbir, bertasbih, tahmid, dan tahlil di momentum bahagia, diharapkan juga akan jadi kebiasaan pada waktu-waktu lain.

Makna zikir adalah mengingat Allah, dengan ingat Allah kita akan banyak berbuat ketaatan, dengan memperbanyak ketaatan akan menjauhkan dari kemaksiatan.

(3) Hikmah Kesucian/Fitrah

Agama Islam adalah agama fitrah. Diharapkan dengan berbagai ibadah di bulan Ramadan bisa menyucikan jiwa, diri dan harta kita.

Kesalahan seseorang bisa terhapus dosanya dengan puasa, sedekah dan salat.

Dalam hadis lain, barangsiapa yang berpuasa Ramadan dengan iman dan ihtisab, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

Hati yang suci adalah hati yang selamat, yaitu hati yang akan diterima oleh Allah.

وَلَا تُخۡزِنِي يَوۡمَ يُبۡعَثُونَ   يَوۡمَ لَا يَنفَعُ مَالٞ وَلَا بَنُونَ   إِلَّا مَنۡ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلۡبٖ سَلِيمٖ

“Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan. Yaitu pada hari yang anak-anak dan harta tidak berguna, kecuali yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih.” (Asy-Syu’ara: 87-89).

(4) Hikmah Kepedulian

Agama Islam adalah agama kepedulian. Sehingga umatnya harus punya jiwa peduli. Selama Ramadan, spirit kepedulian dipupuk terus menerus. Bahkan Rasulullah sebagai teladan umat, di bulan Ramadan kedermawanannya berhembus kencang melebihi hembusan angin.

Kita berharap, kepedulian ini tidak hanya di Ramadan tapi berlangsung sepanjang tahun.

Dalam Islam ada 3 ibadah harta yang mengikat setiap muslim sebagai bukti iman, yaitu infak, sedekah dan zakat. Infak berhubungan dengan materi, adapun sedekah lebih umum, mencakup materi dan non-materi.

Tasbih, tahmid, tahlil, takbir, amar makruf, nahyi munkar, menyingkirkan duri dari jalan, semua itu termasuk sedekah. Dan kebaikan-kebaikan tersebut bisa dirangkum dalam salat Dhuha.

Infak dan sedekah bukan hanya untuk orang kaya, si miskin pun dianjurkan untuk berinfak dan sedekah.

Suatu hari ada sahabat Nabi yang lapor minta kompensasi tidak berinfak karena dia miskin. Lalu Nabi menjawab, “Kalau Anda tidak berinfak, mau masuk surga dengan apa?”

Hal ini sejalan dengan firman Allah yang menjelaskan karakteristik muttaqin ahli surga adalah suka berinfak dalam kondisi lapang dan sempit.

وَسَارِعُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ  ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلۡكَٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ وَٱلۡعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Ali Imran: 133-134).

(5) Hikmah Kebersamaan

Suasana persatuan dan kebersamaan begitu kental terasa di bulan Ramadan. Kita mengawali Ramadan bersama-sama, salat berjamaah, tadarus berjamaah, buka bersama, iktikaf bersama, dan beridulfitri bersama.

Itu semua ibadah yang dilakukan secara kolektif di bulan Ramadan, harus dijaga dan ditingkatkan terus menerus. Karena ini adalah karakter yang harus melekat dalam diri seorang mukmin.

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٞ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (Al-Hujurat: 10).

Untuk mewujudkan persaudaraan dan persatuan, hilangkan penyakit hati dalam diri kita. Penyakit hasad, iri, dengki, dendam, suka adu domba, gibah, fitnah, hilangkan semua itu. Tutup mata dari aib saudara sesama muslim dan kalau bisa tutupi aib itu, jangan diumbar.

Penyakit-penyakit hati ini bisa menghilangkan pahala. Jangan sampai setelah Ramadan kita menjadi orang yang bangkrut karena habis ditransfer kepada orang yang kita gibah, setelah amal baik kita habis, malah amal buruknya ditransfer pula.

Persatuan adalah bagian terpenting pilar kekuatan umat Islam. Memang bersatu itu berat, tapi harus diwujudkan. Karena tidak mungkin kita melaksanakan tugas-tugas keumatan tanpa persatuan dan kebersamaan.

 

Agung Cahyadi, Lc. MA
Dewan Syariah Suara Muslim Radio Network

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment