Suaramuslim.net – Sesungguhnya wanita dan lelaki di mata hukum Islam adalah setara. Terkait kewajiban salat, puasa, haji, zakat dan lainnya baik wanita dan lelaki sama hukumnya. Demikian pula terkait kesunnahan sebuah amal saleh, keharaman dan kemakruhan dari sebuah larangan di mata hukum semuanya sama.
Jika seorang perempuan beramal saleh akan mendapatkan balasan yang sama ketika lelaki beramal saleh, demikian juga sebaliknya yang beramal toleh.
Allah berfirman dalam Surat An-Nahl ayat 97, sebagai berikut:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Barang siapa yang mengerjakan amal saleh; baik laki-laki maupun perempuan; dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik: dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan.
Dari ayat tersebut, semua manusia baik laki atau perempuan sama saja terkait hukum. Dan akan mendapatkan balasan yang juga sama.
Memang ada pengecualian tertentu terkait kodrat perempuan, sehingga hukum berbeda karena kodrat kewanitaan itu. Seperti hukum terkait haid, nifas, kelahiran, persusuan dan lainnya.
Secara umum, siapa pun yang beramal saleh akan mendapatkan pahala, dan siapa pun yang beramal tholah tholeh akan mendapat siksa di akhirat.
Karena itu bagi muslimah, harus meningkatkan dirinya agar menjadi pribadi yang salehah. Di antara cara menjadi pribadi salehah, adalah dengan bercermin untuk mengambil pelajaran dari wanita-wanita yang digambarkan Al-Qur’an dari masa ke masa.
Para wanita yang dikisahkan Al-Qur’an ini hidup ribuan tahun lalu. Namun karakteristik dan sifatnya tetap abadi sampai sekarang untuk bisa diambil pelajarannya. Hal ini sesuai dengan ayat Al-Qur’an surat An Nur ayat 34;
وَلَقَدْ أَنزلْنَا إِلَيْكُمْ آيَاتٍ مُبَيِّنَاتٍ وَمَثَلا مِنَ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ وَمَوْعِظَةً لِلْمُتَّقِينَ
Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kamu ayat-ayat yang memberi penerangan, dan contoh-contoh dari orang-orang yang terdahulu sebelum kamu dan pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
Di antara contoh orang orang terdahulu adalah tipologi atau tipe wanita yang digambarkan bermacam-macam. Intinya bermuara kepada tipologi wanita salehah dan tolah-tolehah.
Kedua tipe utama itu berkembang kepada tipe pejuang yang kokoh keimanannya. Ada perempuan salehah yang tangguh dalam ibadah dan konsisten menjaga kesucian diri. Ada pula tipe penghasut, penggoda dan pengkhianat. Terserah kita mau pilih yang mana. Bila memilih tipe pertama dan kedua, maka kemuliaan dan kebahagiaan yang akan kita dapatkan. Sedangkan bila memilih tiga tipe wanita terakhir, penderitaan di dunia dan akhirat yang bakal menimpa. Termasuk yang manakah Anda?
- Tipologi pejuang
Perempuan tipe pejuang memiliki kepribadian kuat. Ia berani menanggung risiko apa pun saat keimanannya diusik dan kehormatannya dilecehkan. Tipe wanita ini diwakili oleh Siti Asiyah binti Mazahim, istri Fir’aun. Meski berada dalam cengkraman Fir’aun, Asiyah mampu menjaga akidah dan harga dirinya sebagai pemegang teguh agama Islam. Asiyah lebih memilih istana di surga daripada istana di dunia yang dijanjikan Fir’aun. Allah SWT mengabadikan doanya,
وَضَرَبَ الَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ آمَنُوا امْرَأَتَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
Dan Allah membuat istri Fir`aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir`aun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim. (At-Tahrim: 11).
- Penjaga kesucian
Tipe ini diwakili Maryam binti Imran. Hari-harinya ia isi dengan menjalankan perintah agama Islam. Ia pun sangat konsisten menjaga kesucian dirinya. Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina? Demikian ungkap Maryam (QS Maryam: 20).
Karena keutamaan inilah, Allah SWT mengabadikan namanya sebagai nama salah satu surat dalam Al-Qur’an (Surat Maryam). Maryam pun diamanahi untuk mengasuh dan membesarkan Kekasih Allah, Isa putra Maryam (Maryam: 16-34). Allah SWT memuliakan Maryam bukan karena kecantikannya, namun karena kesalehan dan kesuciannya.
Perhatikan kisahnya yang diabadikan Allah;
فَاتَّخَذَتْ مِنْ دُونِهِمْ حِجَابًا فَأَرْسَلْنَا إِلَيْهَا رُوحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا
Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. (Maryam: 17).
قَالَتْ إِنِّي أَعُوذُ بِالرَّحْمَٰنِ مِنْكَ إِنْ كُنْتَ تَقِيًّا
Maryam berkata: “Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan Yang Maha pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa.” (Maryam: 18).
قَالَ إِنَّمَا أَنَا رَسُولُ رَبِّكِ لِأَهَبَ لَكِ غُلَامًا زَكِيًّا
Ia (jibril) berkata: “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci.” (Maryam: 19).
قَالَتْ أَنَّىٰ يَكُونُ لِي غُلَامٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ وَلَمْ أَكُ بَغِيًّا
Maryam berkata: “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!” (Maryam: 20).
- Tukang Fitnah dan Gosip
Tipe ini diwakili Arwa binti Harb binti Muayyah atau Ummu Jamil atau dipanggil juga dengan Aura, istrinya Abu Lahab. Al-Qur’an menjulukinya sebagai “pembawa kayu bakar” alias penyebar fitnah. Dalam istilah sekarang perempuan penyiram bensin.
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya ia akan binasa. Demikian pula istrinya, pembawa kayu bakar yang di lehernya ada tali dari sabut. (QS Al Lahab: 1-5). Bersama suaminya, bahu-membahu menentang dakwah Rasulullah, menyebar fitnah dan melakukan kezaliman. Isu yang awalnya biasa, menjadi luar biasa ketika diucapkan Si Aura ini.
- Penggoda
Tipe wanita yang ini diperankan seorang perempuan saat menggoda Nabi Yusuf, Al-Qur’an tidak menyebut nama perempuan ini. Petualangan perempuan diungkapkan dalam Al-Quran di antaranya.
وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الأبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ
Dan wanita yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata, “Marilah ke sini.” Yusuf berkata, “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik. Sesungguhnya orang-orang yang zalim tidak akan beruntung.” (Yusuf: 23).
Ketampanan Nabi Yusuf tidak mampu menahan perempuan itu untuk jatuh cinta dan menjatuhkan hasrat kepada Yusuf alaihis salam, dengan mengajaknya berzina.
وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ وَهَمَّ بِهَا لَوْلا أَنْ رَأَى بُرْهَانَ رَبِّهِ كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ
Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan darinya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih. (Yusuf: 24).
Para ahli tafsir menyebut nama perempuan itu dengan Zulaikhah atau Zalikhah. Dan menurut Al-Qurthubi, Zulaikhah bertaubat dan akhirnya menikah dengan Nabi Yusuf ketika sudah menjadi janda.
- Pengkhianat
Allah mengisahkan dan mengecam perempuan yang berkhianat kepada suaminya (yang saleh). Istrinya Nabi Nuh dan Nabi Luth mewakili tipe wanita ini. Saat suaminya memperjuangkan kebenaran, dengan membawa risalah kenabian mereka malah menjadi pengkhianat dakwah.
Allah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir.
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ (9) ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا لِلَّذِينَ كَفَرُوا اِمْرَأَةَ نُوحٍ وَامْرَأَةَ لُوطٍ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَقِيلَ ادْخُلا النَّارَ مَعَ الدَّاخِلِينَ
Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah neraka Jahanam, dan itu adalah seburuk-buruk tempat kembali. Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang kafir, istri Nuh dan istri Lut. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya), “Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka).” (At-Tahrim: 9-10).
Bahwa keduanya tidak berbuat serong (zina). Adapun pengkhianatan yang dilakukan oleh istri Nuh ialah karena dia memberitahukan (kepada kaumnya) bahwa Nuh gila. Sedangkan pengkhianatan yang dilakukan oleh istri Lut ialah karena dia memberi tahu kaumnya akan tamu-tamu lelaki suaminya.
So… Dari kisah-kisah di atas tentang tipologi wanita dalam Al-Qur’an, tentu kita mengambil pelajaran. Yaitu jadilah wanita yang berkepribadian salehah dengan selalu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, serta mengaplikasikan dalam ketakwaan makan akan mendapatkan kebahagian hidup di dunia dan akhirat. Yang selalu hidup menjadi keluarga duniawi dan surgawi.
هُمْ وَأَزْوَاجُهُمْ فِي ظِلَالٍ عَلَى الْأَرَائِكِ مُتَّكِئُونَ
Mereka dan isteri-isteri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan. (Yasin: 56).
Wallahu A’lam
Disampaikan di Radio Suara Muslim Surabaya 93.8 FM dalam program Talkshow Motivasi Al-Qur’an edisi Kamis 30 Januari 2020.