Menemukan 4 Karakter Hebat pada Nabi Yusuf AS

Menemukan 4 Karakter Hebat pada Nabi Yusuf AS

Menemukan 4 Karakter Hebat pada Nabi Yusuf AS
Ilustrasi pria berdoa (Foto: ruangmuslimah.co)

Suaramuslim.net – Setiap orang tua senantiasa menginginkan buah hatinya tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter baik. Tak mudah memang, namun dengan kesungguhan dan komitmen yang tinggi dalam memahamkan dan membiasakan, anak-anak akan mudah diarahkan.

Mari ajak anak bercermin kepada Nabi Yusuf ‘alaihissalam. Kisah Nabi Allah yang diabadikan dalam satu surat khusus dalam Al Quran ini sangat layak diceritakan kepada anak-anak. Bahkan orang dewasa, para pemuda pun bisa mengambil pelajaran berharga tentang karakter hebat yang ada dalam kisah Nabi Yusuf.

Berbaki kepada Orang Tua

Yusuf bermimpi melihat 11 bintang, matahari, dan bulan, lantas dia pun menceritakannya kepada ayahnya, Nabi Ya’qub. Sang ayah lantas menasihatkan agar Yusuf tidak menceritakan mimpinya itu kepada saudaranya yang lain. Maka, Yusuf pun menaati ayahnya. Tak ada penolakan. Ada keyakinan bahwa ayahnya yang seorang nabi pasti berkata benar, karena Allah yang menuntunnya.

Itulah bukti bakti Yusuf kepada ayahnya. Apa yang terucap dari lisan sang ayah akan menjadi perhatian utama baginya. Kisah tentang mimpi ini ada dalam Al Quran QS Yusuf ayat 1-6.

Tawakkal, Menggantungkan Diri Hanya kepada Allah

Terlihat sekali kala Yusuf kecil dibuang di sumur oleh 10 saudaranya dari ibu yang berbeda. Meski sendirian, Yusuf kecil berusaha menyelesaikan masalahnya agar bisa keluar dari sumur. Dia panjat dinding sumur berkali-kali meski akhirnya gagal. Terlalu licin dan itu menyulitkannya. Yusuf kecil juga berteriak semampunya. Tapi, tak ada yang mendengarnya. Hingga hari gelap, Yusuf kecil tak henti menyingkirkan rasa takut. Hanya kepada Allah dia bergantung. Tawakkal meski dalam keadaan baju basah kuyup serta menggigil kedinginan.

Allah tak tinggal diam. Tawakkal itu membuahkan keajaiban. Yusuf kecil ditemukan kafilah dagang. Diberi kain dan makan, lantas mereka menjual Yusuf kecil di pasar. Awalnya tidak ada orang yang mau membelinya mengingat Yusuf kecil belum bisa dipekerjakan untuk melakukan sesuatu. Hingga akhirnya ada seorang menteri keuangan dari kerajaan Heksos (Mesir) yang bernama Qithfir mau membelinya. Sang Menteri yakin bahwa Yusuf kecil adalah anak yang cerdas dan potensinya sangat besar. Yusuf kecil pun tinggal di istana dengan segala kemewahannya.

Lembut sebagai Bekal Perubahan

Meski hidup bergelimang gelamor istana, Yusuf yang makin beranjak dewasa, menunjukkan akhlak yang mulia dan sederhana. Banyak yang terpesona dengan ketampanan wajah dan hatinya. Lembut adalah perangainya. Hingga wanita bangsawan menggodanya dengan ancaman penjara jika Yusuf tak menuruti keinginan mereka. Dengan lembut Yusuf menolak ajakan mereka dan lebih memilih penjara.

Akhirnya, Yusuf dikeluarkan dari penjara. Bukan karena Yusuf berhasil menafsirkan mimpi sang raja, meski hadiah bebas penjara hadiahnya. Bukan! Dia menolak hadiah itu. Nabuwa, seorang laki-laki yang pernah satu penjara dengan Yusuf berkata kepada raja, ”Yusuf ingin paduka bertanya kepada para wanita bangsawan yang dulu hadir di jamuan. Bagaimana sikap Yusuf atas godaan mereka saat itu?” Raja pun akhirnya mendapati bahwa Yusuf dijebak dan sesungguhnya tidak ada keburukan padanya. Yusuf bebas dan diangkat sebagai bendahara.

Ditangannya, kondisi ekonomi kerajaan meningkat bahkan bisa mengatasi kondisi paceklik yang melanda. Strategi yang juga merupakan tafsir mimpi raja beberapa waktu sebelumnya dijalankan Yusuf sehingga rakyat tak menderita kala kemarau panjang terjadi. Lumbung gandum masih penuh dibuka dan hasilnya diberikan kepada yang memerlukannya. Demikian juga susu dan hewan ternak. Rakyat Mesir merasa cukup meski sungai Nil surut, tanah retak sehingga panen gandum gagal, dan hewan ternak mati menahan lapar. Rakyat bahagia dan makin percaya dengan kemampuan Yusuf. Bahkan, bahan makanan yang melimpah ini pun dinikmati oleh 10 saudara yang pernah membuangnya, ayah, dan adiknya Bunyamin, tanpa disadari sebelumnya oleh mereka.

Yusuf Seorang Pemaaf

Yusuf sejak kecil sudah dibenci oleh 10 saudaranya itu dikarenakan Nabi Ya’qub lebih mencurahkan kasih sayang kepadanya. Makanya, Yusuf kecil dibuang oleh mereka dan mengabarkan kebohongan kepada ayahnya bahwa Yusuf dimakan serigala. Bahkan kebohongan itu masih mereka ucapkan tatkala mereka menghadap Yusuf meminta bahan makanan di waktu masa sulit kemarau. Yusuf menahan diri.

Pertemuan kedua kala 10 saudaranya itu menemuinya lagi untuk meminta bahan makanan dengan membawa Bunyamin, mereka belum mengenalinya. Yusuf ingin Bunyamin tinggal bersamanya, maka sebuah siasat dijalankan. 10 saudaranya tak berhasil membawa Bunyamin pulang. Bahkan 1 saudara dari 10 itu tertinggal di kerajaan untuk memastikan Bunyamin baik-baik saja. Sedang yang 9 saudara lainnya pulang menemui Nabi Ya’qub. Sang ayah malah menyuruh kembali mereka ke Mesir untuk mencari kabar saudaranya lagi.

Mereka mengiba kepada Yusuf. Melihat saudaranya seperti itu, Yusuf iba. Lantas dia bertanya,”Apakah kamu mengetahui keburukan apa yang kalian lakukan kepada Yusuf?” Mereka takut sekali. Bergegas mereka meminta maaf kepada Yusuf. Setelah dia membuka mahkota, saudara-saudaranya itu mengenali. “Aku tidak menghukum kalian. Mudah-mudahan Allah juga mengampuni kalian,” ucap Yusuf. Perasaan pun lega. Hati lapang karena tidak ada dendam

Sungguh, kisah Nabi Yusuf bukanlah seperti sinetron di televisi. Ini adalah kisah yang penuh hikmah. Jangan biarkan anak-anak tak bercermin dari kisah nabi yang bertabur 4 karakter hebat ini, sehingga terinternalisasi dalam diri.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment