Mitra Muslim pasti familiar dengan ayat;
الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (Al Fatihah: 3).
Dua sifat Allah yang agung, yang mulia, yang selalu terucap di lisan seorang muslim yang sholat.
Dua sifat dan nama Allah itu terbentuk dari kalimat rahmah (رحمة), yang memiliki arti;
Cinta yang kuat, peduli, dan murah hati.
Ketika kita mengucapkan rahmah untuk Allah, berarti secara tidak langsung, kita menyatakan Allah cinta kepada kita; Allah peduli kepada kita dan Allah sayang kepada kita.
Perhatikan hadis dari Abu Huroirah RA.
إن لله مائة رحمة أنزل منها رحمة واحدة بين الجن والإنس والبهائم والهوام، فيها يتعاطفون، وبها يتراحمون، وبها تعطف الوحش على ولدها، وأخر الله تسعا وتسعين رحمة يرحم بها عباده يوم القيامة
“Sesungguhnya Allah memiliki 100 rahmat. Salah satu di antaranya diturunkannya kepada kaum jin, manusia, hewan, dan tetumbuhan. Dengan rahmat itulah mereka saling berbelas kasih dan menyayangi. Dengannya pula binatang liar mengasihi anaknya. Dan Allah mengakhirkan 99 rahmat untuk Dia curahkan kepada hamba-hamba-Nya pada hari kiamat.” (Muttafaq ‘alaih; dalam Shahih Bukhari No. 6104 dan Shahih Muslim No. 2725).
Perhatikan hadis tersebut, di dunia hanya diturunkan satu rahmatNya, namun telah terasa begitu indah cintaNya, peduliNya dan murah hatiNya kepada seluruh makhluk di jagat alam ini.
Dalam rahmatNya, ada rahmanNya dan ada rahimNya.
Allah adalah Rahman dan Rahim kepada kita, apa perbedaan keduanya?
A. Rahman, menurut para ulama;
“Ar-Rahman artinya Yang memiliki rahmat, kasih sayang yang luas, karena wazan (bentuk kata) fa’lan (فَعْلانُ) dalam bahasa Arab menunjukkan makna luas dan penuh (mubalaghah). Semisal dengan kata ‘seorang lelaki ghadhbaan, غضبان’ artinya penuh kemarahan/sangat marah.
So… Dalam kalimat Ar Rahman ada 3 aspek yang melekat padanya;
1. Mubalaghah (sangat/penuh/ekstrim) yang melampau ekspektasi. Artinya cinta, peduli Allah begitu sangat besar, penuh dan melebihi harapan hambaNya untuk mendapatkan cintaNya.
2. Now… Langsung terjadi di saat sekarang. Di dunia ini, sudah dapat dirasakan kehadiran rahmatNya. Dapat dirasakan langsung, tanpa menunggu keimananmu sekalipun.
3. Sementara (temporal). Artinya cintaNya tidak permanen ada pada seseorang. Kalau seseorang itu ternyata tidak pantas dapat cintaNya, maka ya hilanglah rahmat itu pada dirinya di kemudian hari.
Dan memang setiap kalimat yang berwazan “fa’lan”, itu temporal..
Ada orang yang “ghadhban” (sangat marah), maka nanti marahnya akan redam dan hilang.
“Athsyan” sangat haus, kalau sudah minum ya hilang hausnya.
“Jau’an”, sangat lapar, kalau sudah makan ya hilang laparnya.
Dan jika Sang Rahman telah memberi rahmat melebihi ekspektasimu, maka jangan sekali-kali berbuat buruk, karena akhirnya rahmat itu hilang di kemudian hari.
B. Rahim
Berbeda dengan Ar Rahman, Ar Rahim hanya ada dua sifat yang melekat pada kalimat ini;
1. Permanen, selamanya melekat.
2. Tidak langsung sekarang. Artinya, rahmat akan diterima seseorang nanti dalam kehidupan di dunia lain, yaitu akhirat.
So… Saudaraku, bagaimana kita mendapatkan rahmat Allah yang penuh, permanen, sekarang dan akan datang?
Sudah pasti gabungkan dua sifat Allah tersebut “Ar Rahman Ar Rahim” dalam jiwa kita, dengan cara;
1. Sertakan di setiap pekerjaan Anda denga dua nama tersebut seraya berucap “bismillahirrahmanirrahim”.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ لاَ يُبْدَأُ فِيْهِ بِـ : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ فَهُوَ أَبْتَرُ
“Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan ‘bismillahirrahmanirrahiim’, amalan tersebut terputus berkahnya.” (HR. Al-Khatib dalam Al-Jami’, dari jalur Ar-Rahawai dalam Al-Arba’in, As-Subki dalam Thabaqathnya).
2. Bersemangat untuk selalu berbuat ihsan dan mengikuti ajaran Islam dengan optimal.
إِنَّ رَحْمَتَ اللّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ
“Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S. Al-A’raf: 56)
وَهَـذَا كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُواْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Dan Al Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.”(Q.S. Al-An’am: 155).
3. Selalu memberikan kasih sayang kepada sesama makhluk, maka rahmatNya akan bersemayam dalam kehidupannya.
الرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَانُ، اِرْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ
“Orang-orang yang mengasihi dirahmati oleh Ar-Rahman (Yang Maha Pengasih), kasihilah yang ada di bumi niscaya Yang di langit akan mengasihi kalian”. (HR Abu Dawud).
Lihatlah kisah ini;
عن عمر بن الخطاب ـ رضي الله عنه ـ قال : قدم على النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ سبى ، فإذا امرأة من السبي قد تحلب ثديها تسعى : إذا وجدت صبياً في السبي ـ أخذته فألصقته ببطنها ، وأرضعته ، فقال لنا النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ ” أترون هذه طارحة ولدها في النار ؟ قلنا : لا ،وهي تقدر على ألا تطرحه . فقال : لله أرحم بعباده من هذه بولدها” . رواه البخاري ومسلم
Dari Umar bin Al Khaththab RA berkata: “Didatangkanlah para tawanan perang kepada Rasulullah SAW. Maka di antara tawanan itu terdapat seorang wanita yang susunya siap mengucur berjalan tergesa-gesa – sehingga ia menemukan seorang anak kecil dalam kelompok tawanan itu – ia segera menggendong, dan menyusuinya”. Lalu Nabi Muhammad SAW bersabda: “Akankah kalian melihat ibu ini melemparkan anaknya ke dalam api?” Kami menjawab: “Tidak, dan ia mampu untuk tidak melemparkannya”. Lalu Nabi bersabda: “Sesungguhnya Allah lebih sayang kepada hamba-Nya, melebihi sayangnya ibu ini kepada anaknya”. (HR. Al Bukhari dan Muslim).
4. Bersabar dalam menghadapi musibah, dengan sabar “ngempet” dan sabar “nrimo”.
Karena bagi orang yang sabar, akan mendapat sholawat (berkah/pujian), rahmat (cinta dan peduliNya), serta bimbinganNya. Inilah yang dijanjikan Allah dalam ayatNya;
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. Al-Baqarah: 155-157).
Wallahu A’lam