Suaramuslim.net – Sepanjang perjalanan rutin saya setiap Senin, selalu terlewati hamparan sawah dan pegunungan. Karpet hijau itu membentang antara Sidoarjo, Pandaan dan Malang. Jalan sunyi ketenangan meringkih di sebatas perjalanan yang terlakukan.
Sambil sesekali membaca catatan-catatan persiapan selama perjalanan, saya dianugerahi sebuah tulisan sahabat-sahabat saya yang memilih jalan sunyi perjuangan dan adapula memilih jalan riuh dan gaduh, agar terlihat berjuang dan memperjuangkan rakyat serta terlihat sebagai “hero” dan suci.
Memulai tulisan ini saya menukil sebuah ungkapan David Goldman, “Marah merupakan wujud dari rapuhnya mekanisme pertahanan diri”. Memang setiap orang dalam perspektif kebutuhan, mempunyai kebutuhan aktualisasi, tetapi mengaktualisasi diri secara kurang tepat dan kurang bijak, justru akan semakin menampakkan siapa kita sebenarnya. Jadi mari bijak mengelola diri.
Saya membangun respek yang tinggi ketika kawan-kawan saya yang berlomba-lomba menempuh jalan sunyi membangun penyadaran akan pentingnya hidup saling menghargai melalui beberapa kegiatan pendidikannya.
Yang saya baca di catatan status yang terkirim, ada yang namanya Sekolah Dolan Gus Lukman Hakim, ada juga ustadz Nafik Naff dengan The Naf-nya, ada bapak dosen yang tak pernah purna berkarya untuk berbagi pendidikan Pak Kentar Budhojo dengan Sekolah Garasinya, ada Kang Mep Yusron dengan Menebar Energi Positifnya, ada Gus Khosyi’in Koco Woro Brenggolo dengan pesantrennya, dengan Bunda Agus Binti Psikolog dan sahabat-sahabat baik saya yang tidak bisa tergoreskan satu persatu sebagai catatan kebaikan. Mereka hampir setiap hari berbagi kebaikan melalui jemarinya dan hatinya bagaimana mencipta generasi Indonesia yang amanah.
Mereka jauh dari hingar bingar pujian dan anugrah, yang ada bagaimana berkarya mencipta aksara-aksara jiwa untuk anak-anak yang merenda laku dan pengetahuannya. Semerbak harum melati setaman menjadi penanda tempat-tempat mereka adalah titian tangga nirwana, bukankah kalau Anda ingin wangi Anda harus bergaul dengan penjual minyak wangi. Begitulah sebuah kata bijak mewarna.
Jalan sunyi menjadi penanda bagi mereka yang memilihnya sebagai kebesaran jiwa yang jauh dari keriuhan. Hanya Tuhan dan mereka yang mengetahuinya. Sejarahpun pernah mencatat jalan sunyi sebagai pilihan orang-orang besar berkarya. Lihatlah Sidharta Gautama, Isa Al Masih, Musa dengan terompahnya di bukit Tursina dan Muhammad sang penyelamat manusia dengan kesunyiannya di Gua Hira.
Bagaimana Memposisikan Diri?
Tahukah kita untuk apa manusia dicipta? Tuhan menegaskan bahwa manusia dicipta untuk menjadi kaki tangan-Nya dalam berkarya. Hanya ada kuasa Tuhan yang menggerakkan diri sehingga ada kuasa mencipta. Menghadirkan Tuhan dalam diri merupakan wujud pengakuan ketiadaan. Dan itulah sejatinya terletak kemuliaan martabat kemanusiaan.
Lihatlah apa yang dilakukan oleh Isa Al Masih dan Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam Sang Juru Selamat Nabi penghulu zaman ketika mereka terluka akibat perlakuan orang-orang yang belum menemukan jalan kemenyatuan dengan Tuhan. Mereka hanya berkata, biarlah, mereka belum mendapatkan hidayah, lalu didoakanlah mereka agar cepat mendapatkan hidayah.
Isa dan Muhammad menyadari bahwa apa yang dilakukan oleh umat yang belum tercerahkan itu juga sebagai pengingat bahwa ada yang lemah dari cara yang mereka lakukan ketika berdakwah. Sehingga apa yang dilakukan oleh ummatnya juga merupakan keterlibatan Tuhan mengingatkan dengan cara-Nya.
Nah kawan, memilih jalan sunyi merupakan jalan berani melepaskan diri dari materi, menganggap diri ada, menganggap diri paling baik, menganggap diri suci dan kemudian meletakkan diri pada posisi yang serba menyalahkan, adalah wujud keterjajahan jiwa dan semakin menegaskan keberjarakan kita dengan Tuhan.
“Barangsiapa melepaskan diri dari Tuhannya sedikitpun, maka saat itulah setan akan mengendalikannya”.
Jalan sunyi adalah jalan kematangan, jalan sunyi adalah jalan kemerdekaan jiwa dan jalan sunyi adalah wujud kepasrahan akan kuasa Tuhan. Dengan jalan sunyi itulah kemudian para nabi dan orang-orang menjalankan misi ketuhanan melalui pendidikan.
Pendidikan Jalan Penghambaan
Setiap orang pasti punya pilihan dan punya kecenderungan. Setiap pilihan yang kita lakukan bila dikadarkan sebagai pilihan Tuhan, maka disanalah niat pengabdian akan dijalankan. Siapapun Anda, apapun profesi Anda, dan dimanapun Anda berkarya maka disanalah ada lahan memasukkan gairah pendidikan sebagai jalan pencerahan .
Semoga Tuhan Selalu memberkahi kita dengan kematangan diri dalam bersikap, aamiin.
“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (Q.S. Adz-Dzariyaat [51]: 56).
* Ditulis di Surabaya, 20 Maret 2018
* Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net