Suaramuslim.net – Kemenristekdikti telah meluncurkan program baru disebut World Class Professor (WCP). Dengan program ini, sebuah universitas bisa mendatangkan seorang guru besar asing ternama -dengan publikasi terindeks melimpah- ke kampusnya untuk beberapa minggu atau bulan. Diharapkan, iklim penelitian di kampus tersebut meningkat, dan publikasi terindeks kampus tersebut meningkat pula.
Program WCP ini diluncurkan karena kinerja mutu perguruan tinggi sebagian diukur dari publikasi terindeks atau bereputasi internasional para dosen dan guru besarnya.
Biaya untuk satu program WCP di sebuah perguruan tinggi ini kira-kira sekitar Rp. 350-500 juta. Dalam perspektif ini kita bisa membaca betapa Kemenristekdikti sangat peduli mutu. Karena mutu diukur dari standard -makin internasional standardnya dinilai makin baik-, maka tidak mengherankan jika Kemenristekdikti menghargai tinggi seorang guru besar asing.
Izinkan saya mengajukan sebuah opsi program yang lebih mengutamakan relevansi, bukan mutu. Sebut saja namanya Village Class Professor-VCP (Guru besar berkelas Desa).
Dalam program ini, seorang guru besar dibantu oleh beberapa dosen dan mahasiswa, diturunkan ke sebuah desa untuk memecahkan masalah desa tersebut.
Program VCP ini membiayai proses mengenali masalah, menemukan solusi dan mengimplementasikan solusi tersebut bersama masyarakat selama 1-3 tahun.
Luaran yang diharapkan dari VCP adalah publikasi ilmiah, skripsi, tesis dan disertasi serta perubahan nyata desa sasaran.
Opsi tersebut saya ajukan karena pada saat banyak mahasiswa asyik menghabiskan waktu main game-online dan bermedsos ria, dan seorang warga kampung menemukan sekarung Kartu Indonesia Pintar (KIP) terlantar di Sukolilo, Surabaya, Kamis pagi ini.
Kita boleh bertanya apakah warga tadi sudah dicerdaskan oleh kehadiran banyak guru besar di ITS dan Universitas Airlangga, dan apakah Pilgub Jatim 2018 ini tidak melecehkan kecerdasan warga Jawa Timu
*Ditulis di Sukolilo, Surabaya 22 Maret 2018
*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net