Ngidam untuk Siapa?

Ngidam untuk Siapa?

Sebenarnya, Ngidam Itu untuk Siapa

Suaramuslim.net – Adi (bukan nama sebenarnya) seoarang pemuda berusia 25 tahun yang baru dua bulan menikah dibuat kebingungan oleh sikap sang istri yang tengah hamil muda. Pernah suatu ketika Adi mengitari seluruh kampung dan pasar di kota besar untuk mencari jambu air yang diminta istrinya. Tentu saja dia kesulitan karena waktu itu sedang tidak musim jambu air. Pernah juga ketika hampir tengah malam tiba-tiba sang istri meminta rujak cingur.

Apa yang dialami Adi tersebut, mungkin adalah bagian kecil dari berbagai peristiwa unik yang dialami para suami saat mendampingi sang istri yang tengah hamil muda. Berbagai upaya tentu akan mereka lakukan untuk memenuhi harapan sang istri dengan harapan agar menyenangkan sang bayi dan ketika lahir nanti tidak sering mengeluarkan air liur. Begitulah anggapan masyarakat pada umumnya.

Tapi sebenarnya ngidam itu untuk siapa? Benar-benar untuk sang bayi ataukah hanya kemauan sang istri. Nah agar tidak membuat sang istri cemberut karena permintaannya tidak dituruti atau membuat sang suami merasa dipermainan oleh berbagai permintaan aneh sang istri sewaktu hamil, mari kita sama-sama belajar tentang ngidam dari segi medis, agama dan psikologi.

Wanita hamil biasanya merasakan mual, pusing dan muntah pada usia kehamilan 1,5-4 bulan pertama. Karena pada rentang itu ada perubahan hormon dalam tubuhnya. Nah pada kondisi seperti itu, mereka tidak dapat menikmati makanan dengan nikmat. Sehingga timbul keinginan dalam dirinya untuk menikmati makanan yang menjadi kesukaannya.

Islam tidaklah menolak realita. Meskipun tidak terdapat keterangan dari syariat tentang ngidam, bukan berarti bahwa islam menganggap hal itu tidak ada. Hanya ada hal yang perlu dikritisi yaitu mengkaitkan ngidam dengan keinginan jabang bayi atau meyakini adanya dampak yang timbul ketika ngidam tidak dipenuhi. Karena kita tidak boleh meyakini sesuatu tanpa dasar. Meyakini sesuatu tanpa dasar, baik secara syariat, realita, mapun bukti ilmiah adalah keyakinan khurafat yang terlarang.

Adanya perubahan hormonal dan emosional pada wanita hamil, sering kali membuat hatinya lebih sensitif. Bisa jadi ngidam adalah bentuk lain dari tuntutan sang istri terhadap perhatian suami yang dirasakannya berkurang pada periode kehamilan. Maka seorang suami perlu memberikan perhatian terbaiknya kepada istri.

Jadi ngidam untuk siapa? Ya tentu saja untuk kedua-duanya. Ibu dan janin yang dikandungnya. Sepanjang keinginan yang diminta selama ngidam tidak menimbulkan pengaruh negatif untuk sang ibu maupun janin dan juga tidak melanggar syariat kenapa tidak dipenuhi? Itulah saatnya sang suami menunjukkan perhatian dan kasih sayangnya kepada sang istri dan calon buah hati.

Kontributor: Santy Nur Fajarviana*
Editor: Oki Aryono

* Pengajar di MIT Bakti Ibu Madiun

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment