Suaramuslim.net – Bagi seorang muslim, azan tentu bukan sekadar pertanda datangnya waktu sholat. Suara syahdu dan merdu dari bibir muazin itu adalah seruan agung, suci, indah dan terbaik. Umat Islam paham suara itu adalah undangan dari Allah Rabbul ‘Alamin. Adzan hendak mengajak kita melupakan sejenak urusan dunia apa pun, apalagi sekadar urusan pribadi yang acap menyita perhatian. Termasuk urusan ekosospolhukam yang memang menjadi urusan riil kehidupan.
Betapa memang tidak jarang urusan-urusan itu menjadi rutinitas yang merampas kesadaran religius kita. Kita jadi pecinta bahkan penggila dunia. Kita mencintai harta, anak, rumah, jabatan, kendaraan, perhiasan secara berlebihan. Sampai-sampai Al Quran mengingatkan, “Wa tuhibbunal maala hubban jammaa” Dan kamu mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan (QS. Al Fajr: 20).
Kecintaan kita atas dunia sering membutakan kesadaran bahwa dunia ini maya alias fana. “Kullu man ‘alaiha faanin” semua yang ada di bumi itu akan binasa (QS. Ar Rahman: 26). Tidak jarang demi dunia banyak orang harus menghalalkan cara, mengorbankan martabat dan harga dirinya. Orang jadi berdusta, menjadi raja tega, demi merampas hak sesama.
Memahabesarkan dan mengagungkan materi atau dunia. Manusia jadi tamak, rakus, dan kikir. Padahal kita tahu, meski nikmat, semua itu akan segera kita tinggalkan. Nikmat dunia itu ternyata “sedikit”. “Mataa’un qoliilun” itu hanyalah kesenangan sementara (QS. Ali Imran: 197).
Jika kesadaran ini sirna, jadilah kita pelupa. Lupa nilai yang esensial, absolut, dan prinsip. Lupa bahwa semua adalah amanat-Nya. Lupa bahwa Allah Dzat Yang Maha Kuasa adalah pemiliknya. Lupa bahwa dunia, hidup mati adalah ujian bagi kualitas amal manusia. Apakah amal kita jadi baik, atau sebaliknya. Apakah dunia membuat kita syukur atau kufur. Apakah kita jadi sakit jiwa karena menggilai dunia. Menggilai dunia dengan syahwat yang membuncah alias mengidap penyakit “ananiyah” (egois)!
Maka, dalam sehari semalam, lima kali Allah menyegarkan kesadaran kita sebagai abdi-Nya melalui seruan adzan. Allah Maha Besar. Sungguh tiada Tuhan selain Allah yang layak ditaati. Hanya kepada-Nya segala makhluk harus menghamba dan mengabdi. Sungguh Muhammad itu hamba dan rasul-Nya.
Tegakkan shalat. Raihlah sukses dan kemuliaan sempurna. Shalat itu lebih utama dari tenggelam di peraduan atau tidur. Tanpa shalat, sungguh hina manusia. Segeralah mengingat Allah. Ingat keagungan dan kebesarannya. Ingat nikmat dunia dan akhirat-Nya. Ingat kasih-sayang-Nya. Ingat samudra ampunan-Nya. Jangan jadi kafir, musyrik, munafik, atau fasik. “Dan, janganlah kalian jadi orang yang melupakan Allah, sehingga Allah menjadikan kalian lupa akan jati diri kalian. Mereka itulah orang fasik”. (QS. Al Hasyr: 19)
Maka, dengan menyambut seruan adzan, Allah memuliakan manusia di dunia dan akhirat. Dengan shalat, Allah mencerdaskan, menyelamatkan, membimbing dan memuliakan manusia.
Sebaliknya dengan mencibir, melecehkan, dan menista adzan, Allah menegaskan tidak layak manusia disebut manusia. Mereka itu binatang, setan, atau batu. Atau gila alias sakit jiwa karena menjadikan nafsu sebagai tuhan. (QS. Al furqon: 43 dan Al Jasiyah: 23). Subhanallah!
Penulis: Abdul Hakim
Pengurus Syarikat Islam Politik. Praktisi dan konsultan pendidikan Islam Surabaya
*Ditulis di Surabaya, 19 Rajab 1439 H
*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net