Suaramuslim.net – Terbiasa makan bubur buat sarapan? Di bulan puasa Ramadhan ini, masyarakat Indonesia tetap mengkonsumsinya sebagai kudapan alias santapan takjil. Beberapa daerah di Indonesia sebenarnya juga punya sebutan dan variasi sendiri untuk makanan khas satu ini. Selengkapnya simak berikut ini.
Bubur Ase
Mungkin saat ini kita kesulitan untuk menjumpai penjual bubur ase di Ibu Kota. Padahal, bubur ase merupakan makanan khas suku Betawi. Berbeda dengan bubur pada umumnya yang menggunakan santan putih, bubur ase berwarna hitam. Warna gelapnya ini tak lain adalah siraman kuah dari semur daging Betawi, yang kelezatannya sangat legendaris. Begitu pula dengan suwiran di atasnya bukan menggunakan daging ayam, melainkan potongan daging sapi dan kentang. Jadi bisa dipastikan kualitas rasa bubur ase begitu sedap.
Menikmati bubur ase belum lengkap tanpa tambahan asinan sayur khas Betawi di dalamnya. Asinan sayurnya berisi sawi asin, toge, mentimun dan wortel. Sedangkan bumbu asinannya dibuat dari ebi (udang kering), cabai merah tanpa biji, gula pasir, garam dan air asam Jawa.
Melihat komposisi yang begitu komplit, bisa dikatakan bahwa bubur khas Betawi ini tergolong menu makanan sehat. Ini karena kandungan nutrisinya begitu lengkap, mulai dari karbohidrat yang berasal dari bubur, protein dari daging semur, serta vitamin dan serat dari asinan sayurnya. Selain asinan sayur, bahan pelengkap lain yang biasa ditambahkan ke dalam bubur ada ikan asin, kacang tanah, sambal cabai merah, dan emping.
Kombinasi rasa manis semur yang berpadu dengan gurih ikan asin membuat sensasi rasanya begitu mantap di lidah. Perpaduan semur dan asinan dalam bubur membuat kebanyakan orang menyebutnya sebagai bubur ase, yang berasal dari singkatan asinan dan semur.
Kata ase sendiri bagi Warga Betawi sendiri artinya dingin. Maksudnya, bubur ase disajikan dalam kondisi dingin. Sensasi rasa manis, asin, gurih, pedas, dengan tekstur yang renyah terasa menggoda lidah. Apalagi jika dimakan dengan sate ampela.
Bubur Manado
Bubur Manado atau juga disebut tinutuan, satu dari sekian jenis bubur yang populer hingga ke pelosok negeri. Menu satu ini dengan mudah bisa dijumpai di beberapa rumah makan atau restoran yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia. Cita rasa bubur Manado cukup sesuai dengan lidah kebanyakan masyarakat Indonesia, sehingga tak heran jika bubur Manado juga diminati warga selain masyarakat Sulawesi Utara.
Bubur Manado terbuat dari campuran berbagai jenis sayuran, namun sama sekali tidak mengandung daging. Tinutuan sendiri biasanya disantap untuk sarapan pagi, yang juga disajikan bersama lauk-pauk lainnya. Sayuran yang biasa digunakan untuk membuat bubur Manado adalah labu kuning, singkong, bayam, kangkung, daun gedi, jagung, dan kemangi.
Bubur Manado juga tergolong unik dengan warna dominar bubur adalah kuning. Warna bubur yang cerah kekuningan itu berasal dari labu kuning yang dikukus dan dihaluskan sebagian. Sebagai pelengkapnya, bisa ditambahkan ikan asin goreng beserta sambal terasi.
Bubur Sumsum
Bubur sumsum rupanya juga tidak kalah populer dari bubur Manado. Berbeda dengan kedua jenis bubur sebelumnya, bubur sumsum memiliki cita rasa manis. Rasa manisnya itu berasal dari kuah santan dan campuran gula merah. Sebagian orang menganggap bubur susum sebagai makanan pencuci mulut.
Bubur sumsum disebut juga dengan nama bubur lemu, bubur saring atau bubur tepung beras. Hidangan ini biasanya paling banyak disajikan saat bulan puasa. Bubur sumsum enak untuk dijadikan kudapan karena rasanya yang manis-gurih dan teksturnya sangat lembut. Proses pembuatannya pun tergolong mudah, sehingga kita bisa memasak sendiri di rumah, atau bisa juga membeli di penjual kaki lima.
Bubur sumsum terbuat dari tepung beras yang dimasak bersama santan dan dinikmati bersama kuah gula merah atau juruh. Dikatakan bubur sumsum karena bentuk dan warnanya yang mirip tulang sumsum. Jika biasanya bubur sumsum disajikan dengan warna putih, kamu juga bisa berkreasi dengan menambahkan warna hijau dari air daun pandan supaya lebih menarik. Belum diketahui pasti asal makanan tradisional ini. Sebab, hampir sebagian besar daerah di Indonesia memiliki sajian ini. Bahkan, Malaysia juga memiliki menu yang sama.
Bubur Kacang Hijau
Jenis bubur ini bisa dibilang paling populer untuk masyarakat Indonesia. Apalagi saat bulan Ramadhan seperti saat ini. Bubur kacang hijau menjadi menu wajib untuk berbuka puasa. Seperi namanya, bubur kacang hijau terbuat dari kacang hijau yang direbus bersama gula merah dan pandan hingga lunak. Setelah itu ditambahkan santan sebagai kuah bubur.
Penyajian bubur kacang hijau bervariasi. Ada yang ditambahkan dengan pisang, labu kuning, atau ketela. Penyajian bubur kacang hijau bisa dinikmati dalam kondisi hangat maupun diberi es batu.
Bubur Manggul
Bubur manggul merupakan sajian bubur khas masyarakat Pulau Madura. Makanan satu ini hanya dijumpai di Madura. Konon penyebutan bubur manggul disebabkan karena para penjual dahulu menjajakan bubur dengan cara dipanggul.
Tidak seperti bubur lain yang bahan-bahannya lebih kompleks, bubur atau biasa disebut lontong manggul ini bahan pembuatannya cukup sederhana. Buburnya terbuat dari tepung beras yang diolah bersama dengan santan, daun salam dan garam.
Beberapa orang juga sering menambahkan bumbu bawang merah, bawang putih, cabai merah, kunyit, lengkuas, kencur, ketumbar, kemiri dan daun jeruk. Tekstur bubur dibuat agak mengental. Untuk pelengkap, diatas bubur ditaburi serundeng kelapa khas Madura yang terkenal gurih dan sambal goreng udang.
Itulah lima variasi menu bubur khas Nusantara yang bisa kita jadikan referensi untuk menu berbuka puasa bersama keluarga di rumah.
Kontributor: Siti Aisah*
Editor: Oki Aryono
*Lulusan S1 Ilmu Komunikasi Unair