Suaramuslim.net – Sudah terbukti secara ilmiah menurut Al Quran dan hadis bahwa iman bukan hanya dalam hati, tidak abstrak, tidak sekadar percaya, tetapi iman adalah implementatif dan operasional keyakinan dan perilaku dalam kehidupan dunia berdasarkan pemahaman suatu ajaran atau ilmu.
Ilmu yang haq (benar mutlaq, mustaqim) adalah ilmu Allah yang diwahyukan kepada para Rasul dan diwariskan kepada para ulama. Jadi masalah iman adalah masalah peradaban keluarga, negara dan peradaban global.
Nilai dan Harga Iman
Nilai bersifat obyektif sedangkan harga subyektif. Harga bisa dijadikan sebagai pengganti nilai (istilah ekonomi). Nilai dan harga iman dapat dijelaskan berdasarkan analogi berikut.
Nilai dan harga iman seseorang sangat tergantung dari ilmu atau ajaran dan keyakinan yang mereka peroleh. Ajaran dan ilmu dari produk manusia bersifat nisbi (temporal) kebenarannya dan bisa juga hoax. Sedangkan ilmu ilmiah tiada tanding itu hanya milik Allah. Bagaimana mungkin manusia yang diciptakan Allah bisa menandingi ilmu Penciptanya?
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 147,
اَلْحَـقُّ مِنْ رَّبِّكَ فَلَا تَكُوْنَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِيْنَ
“Kebenaran itu dari Tuhanmu, maka janganlah sekali-kali engkau (Muhammad) termasuk orang-orang yang ragu”.
Ruang Lingkup Iman
Ilmu Allah bukan hanya tentang kaidah-kaidah sains dan teknologi semata (QS. Yunus: 5-6), tetapi juga ilmu sosial (QS. An Nur: 32-33), sejarah (QS. Ibrahim, Ali Imran, Bani Israil, Maryam dll), hukum (pernikahan, warisan, peperangan, dll), politik (QS. An-Nur: 48, Ali Imran: 159, As Syura: 38), pemerintahan dan semua aspek tentang hidup dan kehidupan. Ilmu-ilmu Allah tersebut kemudian diistilahkan dengan syariat Islam (tatanan hidup Islam).
Jadi ruang lingkup iman menurut Al Quran adalah segala aspek ilmu dan tatanan kehidupan manusia yang berlaku secara personal, plural dan global. Termasuk aturan hubungan antara muslim dan non muslim.
Ajaran Allah berlaku secara universal (global) sejak alam semesta ini diciptakan. Ilmu Allah sebagian besar diinfokan dalam Al Quran dalam versi garis-garis besar, sedangkan detail dan teknisnya manusia disuruh untuk meneliti. Kita bisa tadabbur dan tadarus dengan Ayat Kursi sebagai berikut.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
اللّٰهُ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْحَـيُّ الْقَيُّوْمُ ۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌ ۗ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ ۗ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗۤ اِلَّا بِاِذْنِهٖ ۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖۤ اِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ ۚ وَلَا يَــئُوْدُهٗ حِفْظُهُمَا ۚ وَ هُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ
“Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, yang terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui (mengilmui) apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka dan mereka (manusia) tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki (ilmu manusia itu diberi sedikit oleh Allah). Kursi-Nya (kekuasaan-Nya) meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Maha Tinggi, Maha Besar”. (QS. Al-Baqarah: 255)
Perkembangan selanjutnya yang terjadi dalam peradaban global adalah
- Orang-orang yang beriman totalitas ingin belajar ajaran Allah untuk dipraktekkan
- Ada orang-orang beriman yang mencampur adukkan iman “bil haq” dengan iman “bil batil”.
Contoh: shalat, zakat, haji, puasa dilaksanakan sesuai Al Quran, tetapi berorganisasi, berpolitik dan mengurus negara tidak dengan Al Quran dan hadis, Sekularisme, dll. - Ada orang kafir tidak beriman dengan Al Quran dan hadis.
Contoh: orang-orang munafik, musyrikin, atheis, Kapitalisme, dll (semua diinfokan dalam Al Quran).
Bagaimana karakteristik perilaku mereka dalam mengisi peradaban dunia? Akan kita kaji pada sesi berikutnya.