Suaramuslim.net – ”Barangsiapa yang sudah mampu menikah (ba’ah), maka hendaklah ia menikah. Karena menikah akan lebih membuatnya menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu menikah, maka hendaknya ia berpuasa. Karena puasa akan menjadi pengekang syahwatnya.” (HR. Al-Bukhari:1905)
Memperbanyak puasa adalah anjuran dari Rasulullah bila kita belum menikah. Inilah resep agar kita mampu menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Saat puasa, hal-hal yang mubah seperti makan dan minum saja dilarang, apalagi terhadap perkara yang sudah jelas diharamkan oleh Allah, tentu lebih tidak boleh lagi.
Selain itu puasa adalah ibadah yang sangat privat. Hanya kita dan Allah yang tahu. Mungkin kita bisa curi-curi waktu untuk makan diam-diam tanpa diketahui oleh orang lain. Tapi buat apa? Justru lebih baik kita tidak usah puasa. Maka puasa adalah sarana untuk melatih ketaatan dan kesabaran kita.
Berbeda dengan shalat, kita tidak bisa mengaku-ngaku rajin shalat sebelum orang lain melihat kita rajin ke masjid. Tapi kita bisa saja mengaku puasa, walaupun sebenarnya tidak. Asalkan tidak kelihatan makan di depan orang lain.
Ibadah lainnya yang juga harus ditingkatkan adalah memperbanyak shalat sunnah. Bagi para jomblo, dhuha dan tahajud adalah bekal untuk meneguhkan hati agar tidak mudah tergoda. Dan yang terpenting, dengan shalat sunnah ini, kita bisa menambah kualitas diri untuk menjadi muslim-muslimah yang saleh-salehah. Kalau sudah seperti itu, saat Allah telah memberi kemampuan, insyaallah Dia akan memberi kita jodoh yang salehnya sama. Aamiin.
Shalat tahajud disebut juga qiyamul lail. Artinya menegakkan malam. Ya, karena di saat itu para hamba bersimpuh untuk sujud kepada-Nya, disaat banyak manusia terlelap dalam mimpi indahnya. Para ulama mengatakan bahwa tahajud ampuh sebagai amunisi jiwa untuk menghadapi penatnya dunia. Penyakit jiwa seperti rasa frustasi dan stres dapat diobati dengan tahajud.
Selain meningkatkan ibadah, satu hal yang tidak boleh dilupakan bagi para jomblo adalah, meningkatkan keterampilan mencari maisyah sebelum bertemu Aisyah. Mumpung masih jomblo, bergegaslah mengejar rezeki. Sungguh rezekinya berserakan di muka bumi. Tinggal butuh sedikit usaha untuk meraihnya. Dan inilah warisan yang patut diteladani dari nabi.
Beliau sudah menjadi pedagang sejak usia 12 tahun dan menjadi pengusaha ketika berusia 25 tahun. Bisnisnya tidak sembarangan, tapi mencakup ekspor ke luar negeri. Mulai dari Yaman, Suriah, Iraq, Yordania dan Bahrain. Maskawin yang beliau berikan ketika menikah adalah 20 ekor unta merah. Untuk jihadnya, beliau memilih unta yang paling mahal dan berkualitas. Al-Qashwa namanya.
Sahabat Umar bin Khatab juga tidak kalah dahsyat. Beliau mewariskan tujuh puluh ribu properti senilai triliunan rupiah. Begitu pun dengan Utsman bin Affan yang warisan propertinya sepanjang wilayah Aris dan Khaibar. Masyaallah. Luar biasanya, semua kekayaan ini mereka gunakan untuk ibadah, dakwah dan jihad. Hidup mereka tetap sederhana. Zuhud terhadap dunia, dan wara’ terhadap sumbernya. Subhanallah. Wallahu a’lam bishawab
Kontributor: Santy Nur Fajarviana*
Editor: Oki Aryono
*Pengajar di MIT Bakti Ibu Kota Madiun