Suaramuslim.net – Adakah pernah terpikir oleh pembaca sekalian tentang perbedaan antara separuh dan setengah?
Dalam segi arti, meskipun berasal dari dua kata yang berbeda separuh dan setengah memang memiliki persamaan makna yang bisa juga menjadi sinonim satu sama lain. Namun jika kita lebih teliti lagi, dalam pemakaian sehari – hari, ternyata keduanya memiliki arti yang berbeda dalam beberapa pemakaian sesuai dengan perbedaan asal kata masing-masing; setengah berasal dari kata tengah dan separuh berasal dari kata paruh.
Akan tetapi, bukan maksud saya untuk membahas persamaan dan perbedaan kedua kata ini panjang lebar di sini. Melainkan ada satu hal penting yang ingin saya angkat di sini dengan tema separuh dan setengah.
Suatu hari ada seorang ibu dengan kedua putrinya bertamu ke kediaman ibunda Aisyah radhiyallahu ‘anha, namun saat itu ibunda Aisyah radhiyallahu ‘anha tak memiliki apa pun untuk disuguhkan pada mereka selain 3 buah kurma. Maka sang ibu memberikan kedua anaknya masing-masing satu buah kurma dan menyisakan satu buah di tempatnya. Dengan cepat kedua anak perempuan mungil itu menghabiskan kurma masing -masing.
Ketika ibu mereka sedang asyik berbincang dengan ibunda Aisyah radhiyallahu ‘anha, penglihatan ibunda Aisyah radhiyallahu ‘anha menangkap mata kedua anak kecil tersebut selalu tertuju pada satu kurma yang tersisa. Sang ibu pun mengerti apa yang ditangkap penglihatan ibunda Aisyah radhiyallahu ‘anha maka ia mengambil satu buah kurma yang tersisa lalu membelahnya menjadi dua bagian dan membagikan kepada kedua putrinya masing-masing separuh bagian kemudian melanjutkan percakapan dengan ibunda Aisyah ra.
Ibunda Aisyah lalu menceritakan kejadian tersebut pada Baginda Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terheran mendengar cerita ibunda Aisyah radhiyallahu ‘anha lalu bersabda; “Takutlah kalian pada api neraka meski dengan se-belahan (separuh) kurma!”
“Syaqqu tamrah”, dalam bahasa arab sebenarnya berarti separuh kurma atau kurma yang dibelah (dipotong) menjadi dua bagian. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menyebutnya “nishfu tamrah” dalam hadits ini karena memang ada perbedaan mendasar dari keduanya di mana separuh itu tidak bernilai setengahnya saja. Separuh atau se-belahan kurma itu bahkan barangkali bisa menyelamatkan diri dari api neraka.
Mari kita renungkan, seandainya kita memiliki 1000 triliun rupiah di rekening bank kita, maka setengahnya adalah 500 triliun rupiah. Seandainya separuh kurma yang bisa menyelamatkan diri kita dari api neraka itu dihargai dengan 500 triliun rupiah, maukah kita membelinya?
Seandainya umur kita di dunia adalah selama 60 tahun, maka setengahnya adalah 30 tahun. Maukah kita memberikan usia kita selama 30 tahun demi separuh kurma yang bisa menyelamatkan diri kita dari api neraka?
Saat ini, harga kurma di pasaran sekitar 100-500 ribu rupiah per kilogramnya. Jika 500 triliun rupiah kita belikan kurma berapa kilogram yang akan kita dapat? Bahkan berhektar – hektar kebun kurma yang bisa kita miliki dengan uang itu.
Pun juga jika kita menanam kurma setiap hari selama 30 tahun? Berapa batang pohon kurma yang akan kita miliki?
Namun separuh itu bukan lah setengah. Separuh kurma itu bukan melulu soal materi. Akan tetapi, ia adalah cinta dan kasih sayang sepenuhnya, keikhlasan dan ketulusan sepenuhnya, kesederhanaan dan kejujuran sepenuhnya, yang semua itu terkemas dalam bungkus yang separuh.
Bukan tentang seberapa banyak yang kita berikan, namun seberapa bernilai yang kita persembahkan, dan nilai itulah yang boleh jadi menghalangi kita dari api neraka.
Makkah, 07 November 2018.
Kontributor: Imam Gazali