Mengapa Ibu yang Diutamakan?

Mengapa Ibu yang Diutamakan?

‘Ihsan’ kepada Orang Tua Terutama Ibu
Ilustrasi (Foto: ruangmuslimah.co)

*Lanjutan artikel dari Ibu Itu Ummi dan Walidah

Suaramuslim.net – Mengapa kita diajarkan untuk mengutamakan ibu? Ada 2 alasan;

1. Ibu adalah mahkluk yang paling banyak berkorban bagi anaknya.

Imam Al-Qurthubi menjelaskan, “Hadits tersebut menunjukkan bahwa kecintaan dan kasih sayang terhadap seorang ibu, harus tiga kali lipat besarnya dibandingkan terhadap seorang ayah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan kata ibu sebanyak tiga kali, sementara kata ayah hanya satu kali. Bila hal itu sudah kita mengerti, realitas lain bisa menguatkan pengertian tersebut. Karena kesulitan dalam menghadapi masa hamil, kesulitan ketika melahirkan, dan kesulitan pada saat menyusui dan merawat anak, hanya dialami oleh seorang ibu.

Ketiga bentuk kehormatan itu hanya dimiliki oleh seorang ibu, seorang ayah tidak memilikinya. (Lihat Tafsir Al-Qurthubi X: 239. Al-Qadhi Iyadh menyatakan bahwa ibu memiliki keutamaan yang lebih besar dibandingkan ayah).

2. Ibu adalah makhluk yang paling lemah, sehingga berpotensi untuk didurhakai.

Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda.

عن المغيرة بن شعبة قال : قال النبي صلى الله عليه و سلم : إن الله حرم عليكم عقوق الأمهات ووأد البنات ومنع وهات . وكره لكم قيل وقال وكثرة السؤال وإضاعة المال

“Sesungguhnya Allah Ta’ala mengharamkan kalian berbuat durhaka kepada ibu-ibu kalian, mengubur anak perempuan hidup-hidup, menolak kewajiban dan menuntut sesuatu yang bukan menjadi haknya. Allah juga membenci jika kalian menyebarkan kabar burung (desas-desus), banyak bertanya, dan menyia-nyiakan harta.” (Riwayat Bukhari, No. 1407; Al-Maktabah Asy-Syamilah).

Ibnu Hajar memberi penjelasan sebagai berikut, “Dalam hadits ini disebutkan ‘sikap durhaka’ terhadap ibu, karena perbuatan itu lebih mudah dilakukan terhadap seorang ibu. Sebab, ibu adalah wanita yang lemah. Selain itu, hadis ini juga memberi penekanan, bahwa berbuat baik kepada ibu harus lebih didahulukan daripada berbuat baik kepada seorang ayah, baik itu melalui tutur kata yang lembut, atau limpahan cinta kasih yang mendalam.” (Lihat Fathul Baari V: 68).

Tugas Ibu Sebagai Ummi dan Walidat

Sebagaimana yang dipahami kata ‘ibu’ dalam bahasa Al Quran adalah الامّ/ummu dan juga والدة/ walidah. Maka dari dua makna kata itulah (ummi dan walidah), kita bisa menyimpulkan tugas pokok para ibu sebagai berikut:

1. Al Umm memiliki arti sebagai tempat kembali.

Ini artinya seorang ibu harus berfungsi sebagai tempat bersandar yang lama bagi keluarga.

2. Al Umm juga memiliki arti mengarahkan atau menuju kepada suatu tujuan.

Ini artinya seorang ibu selalu membuat tujuan yang lurus dan benar bagi keluarganya terutama anak-anaknya, dengan mendidik dan mengasuhnya dengan dasar keislaman.

3. Al Umm memiliki arti sebagai pusat perhatian.

Itu artinya seorang ibu harus menjadi pusat keteladanan bagi anak-anaknya.

Kewajiban Kita Pada Ibu

Kewajiban manusia kepada ibunya yang diminta oleh Allah hanya berbuat ihsan kepadanya. Ihsan adalah berbuat lebih, artinya memberi lebih dari apa yang diterima. Kalimat “ihsan” yang terkait dengan ibu di dalam Al Quran diulang sebanyak 5 kali, yakni, Al Baqarah: 83, An Nisa: 36, Al An’am 151, Al Isra: 23 dan Al Ahqaf: 15.

Dan berbuat ihsan itu sesuatu yang berat, renungilah riwayat di bawah ini;

Dari Abi Burdah, ia melihat Ibnu ‘Umar dan seorang penduduk Yaman yang sedang thawaf di sekitar Ka’bah sambil menggendong ibunya di punggungnya. Orang Yaman itu bersenandung,

إِنِّي لَهَا بَعِيْرُهَا الْمُـذِلَّلُ – إِنْ أُذْعِرْتُ رِكَابُهَا لَمْ أُذْعَرُ

“Sesungguhnya diriku adalah tunggangan ibu yang sangat patuh.
Apabila tunggangan yang lain lari, maka aku tidak akan lari.”

Orang itu lalu bertanya kepada Ibn Umar, “Wahai Ibnu Umar, apakah aku telah membalas budi kepadanya?” Ibnu Umar menjawab, “Engkau belum membalas budinya, walaupun setarik napas yang ia keluarkan ketika melahirkan.” (Adabul Mufrad No. 11).

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya seseorang mendatanginya lalu berkata, “Aku meminang wanita, tapi ia enggan menikah denganku. Dan ia dipinang orang lain lalu ia menerimanya. Maka aku cemburu kepadanya lantas aku membunuhnya. Apakah aku masih bisa bertaubat? Ibnu Abbas berkata: apakah ibumu masih hidup? Ia menjawab: tidak. Ibnu Abbas berkata: bertaubatlah kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan dekatkanlah dirimu kepada-Nya sebisamu. Atho’ bin Yasar berkata: maka aku pergi menanyakan kepada Ibnu Abbas kenapa engkau tanyakan tentang kehidupan ibunya? Maka beliau berkata: ‘Aku tidak mengetahui amalan yang paling mendekatkan diri kepada Allah ta’ala selain berbakti kepada ibu”. (Hadits ini dikeluarkan juga oleh Al Baihaqi di Syu’abul Iman (7313), dan Syaikh Al Albany menshahihkannya, lihat As Shahihah (2799).

*Lanjutan artikel ‘Ihsan’ kepada Orang Tua Terutama Ibu

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment