Suaramuslim.net – Dalam sebuah pembelajaran di TED, saya menyimak sesi Rutger Bregman. Sejarawan ini mengangkat tema yang cukup berani:
“Poverty isn’t lack of character, is a lack of cash.”
Kemiskinan itu bukan karena kekurangan karakter baik, namun karena kekurangan cash.
Kita sering berpikir berlawanan, kemiskinan terjadi karena memang karakter dan perilakunya yang miskin. Salah mereka yang tidak bekerja keras, makanya miskin. Hal ini tidak kita negasikan, bahwa ketidakseriusan dalam bekerja terkadang membawa seseorang gagal dan jatuh miskin.
Namun mari lihat kemiskinan yang terjadi hari ini. Kemiskinannya seakan terstruktur.
Seorang yang hidupnya terbatas, lalu berkeluarga, akhirnya menghadirkan anak-anak yang tumbuh dalam keterbatasan. Keterbatasan asupan gizi, keterbatasan akses pendidikan, hingga keterbatasan akses kesehatan. Akhirnya roda generasi kemiskinan ini hadir berulang-ulang.
Bregman menjelaskan dengan gamblang, seorang yang miskin adalah seseorang yang mengalami suasana bekerja dalam tekanan. Di saat bekerja, ia harus memastikan kepastian makan esok hari, bahkan sebagian orang berjibaku dengan uang kontrakan setiap bulannya, ada ancaman terusir tidak punya tempat tinggal.
Ini mirip seperti komputer yang mengerjakan banyak pekerjaan dalam waktu yang bersamaan. Memorinya habis. Run out of memory. Itu yang membuat komputer hang.
Sama seperti manusia. Seseorang yang miskin dan dipaksa untuk menyelesaikan masalahnya adalah komputer hang. Maka Bregman melalui berbagai data ilmiahnya menawarkan sebuah ide besar:
Guaranteed Basic Income.
Jaminan Pemasukan Dasar.
Seorang yang berada di bawah garis kemiskinan harus diberi bantuan langsung untuk makan dan berlindung. Baru setelah itu mereka bisa berpikir tenang dan produktif.
Jadi, solusinya kasih ikannya langsung, jangan ada lagi konsep kasih kail. Memberi kail dan pancing itu akan efektif ketika seseorang bisa berpikir jernih.
Ketika seseorang bisa berpikir jernih, maka seseorang akan mampu bergerak produktif. Memori otaknya menjadi lapang dan mampu memproses berbagai hal yang membuatnya produktif.
Dalam sebuah diskusi dengan seorang tokoh Islam, terdapat kesamaan pembahasan dengan narasi di atas. Konsep yang Islam ajarkan tentang zakat adalah memastikan setiap muslim yang belum mampu secara ekonomi, terpenuhi kebutuhan dasarnya.
Ada kesamaan gagasan: kebutuhan dasar.
Pastikan bisa makan, pastikan punya tempat tinggal. Beri bantuan langsung. Setelah keduanya dikerjakan, barulah bantu beri edukasi.
Jika kita merujuk pada program masjid, relatif masjid berada di lingkungan dengan morfologi ekonomi yang sama. Karena masjid biasanya di perumahan atau di perkampungan.
Jika di perumahan, relatif ekonominya merata. Masjid yang berada di perumahan ekonomi menengah atas dapat bergerak membantu para dhuafa di masjid-masjid yang terletak di daerah minus. Konsepnya seperti di atas, bantu langsung: beri beras, beri frozen food, sediakan kulkasnya, sediakan alat dapurnya, pastikan bisa makan, lalu sediakan tempat tinggalnya.
Jika di perkampungan, konsepnya menjadi lebih sederhana, yang kaya, membantu yang miskin. Langsung silang. Bangun konsep keluarga asuh. 1 keluarga sejahtera, membangun 1 keluarga asuh.
Konsep ini sangat mungkin dijalankan di setiap masjid. Konsep ini sangat mungkin menjadi kekuatan solutif dari kemiskinan yang ada. Semoga.*
Penulis: Rendy Saputra*
*Ketua Jejaring Masjid Titik Cahaya
**Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net