Suaramuslim.net – Pendidikan profetik ala Nabi berbasis keluarga. Pendidikan keluarga yang banyak dikisahkan dalam Al Quran, berhasil disarikan oleh Sarah binti Halil untuk meraih gelar magister di Fakultas Pendidikan, Universitas Ummul Quro Makkah. Judul tulisan ilmiahnya adalah: “Dialog Orang tua dengan Anak dalam al-Qur’an al-Karim dan Aplikasi Pendidikannya.”
Menurut Sarah, di dalam Al Quran terekam dialog ayah dengan anaknya sebanyak 14 kali, sedangkan dialog ibu dan anaknya hanya 2 kali. Ternyata dialog antara ayah dengan anaknya jauh lebih banyak dan lebih dominan ketimbang dialog antara ibu dengan anaknya. Hitunglah, 14 dibanding 2. Ini artinya, proses pendidikan anak dalam keluarga yang di dalamnya terdapat internalisasi nilai-nilai dan pengetahuan, porsinya harus banyak dilakukan oleh sang ayah.
Kisah Al Quran tentang dialog ayah dengan anak yang dominan, tentu bukan karena kebetulan, tetapi sekaligus memberikan pesan kuat bahwa pendidikan anak yang Qurani berpusat pada sang ayah. Kajian itu menegaskan bahwa orang tua, terutama ayah bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pendidikan dan akhlak anak. Bukan ibu atau guru, apalagi pembantu.
Bukan berarti peran ibu tidak penting. Dialog ibu dengan anaknya sangat penting, apalagi banyak tradisi yang tidak bisa dipungkiri bahwa intensitas pengasuhan ibu kepada anak jauh lebih dominan ketimbang ayah. Peran boleh berbagi kepada ibu, guru atau asisten rumah tangga, tetapi tanggung jawab pendidikan anak tak bisa dibagi apalagi dialihkan. Tanggung jawab tetap pada sang ayah.
Mari kita perhatikan, bagaimana para nabi dan tokoh dunia yang hebat yang lahir dari ‘tangan dingin’ para Ayah:
-
Nabi Adam
Ayah bijak yang tak henti-hentinya mendampingi kenakalan dan perseteruan anaknya Qabil dan Habil yang sedang berebut Iklima. Meskipun harus berujung pertumpahan darah, namun Ayah Adam tak bosan-bosan membimbingnya dengan bimbingan langsung dari Allah.
-
Nuh
Bahkan Bapak Nuh sendiri yang menyeru dan menghadapi keangkuhan dan arogansi putranya, yang tidak mau bersamanya menaiki perahu Nabi Nuh:
“Wahai anakku! Naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir”. (QS 11:42).
-
Lukman Al Hakim
Seorang ayah yang namanya diabadikan Allah dalam Al Quran menjadi nama salah satu surat. Bahkan di dalam surat tersebut banyak tips bagaimana Lukman mengajarkan pada kita seharusnya mendidik anak. Berkaitan dengan akidah, syariah maupun akhlak. Tak ketinggalan, bagaimana kisah Lukmanul Hakim mendidik anaknya tentang bersyukur, menegakkan ibadah terutama salat, tentang adab pergaulan baik, tidak sombong kepada orang tua maupun sesama, dan tentang kesederhanaan. (QS 31:12-19).
-
Nabi Ismail AS dan Nabi Ishaq AS
Keduanya menjadi manusia terpilih. Menjadi nabi dan rasul. Penerus risalah Allah menyebarkan kebaikan dan kebenaran di penjuru dunia. Karakter cerdas, salih, dan takwanya dibentuk oleh ayahnya, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.
Kesalihan Ismail diabadikan dalam Al Quran: “Maka ketika anak itu sampai (pada umur balig) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata: “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu, insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar”. (QS 37:102).
-
Nabi Yusuf AS
Penguasa Mesir nan elok rupa dan perangainya. Pemimpin yang berhasil mendampingi rakyatnya melewati musim paceklik berkepanjangan dan membawa bangsanya menikmati kesejahteraan, pribadi dan karakternya yang pemaaf tidak pendendam, tak lepas dari bentukan Nabi Ya’qub ‘alaihissalam.
Quran berkisah: “Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Ya’qub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, ”Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, yaitu Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya”. (QS 2:133).
-
Nabi Muhammad SAW
Walaupun terlahir dalam keadaan yatim tanpa ayah, teladan kemandirian dan kehebatannya pun diajarkan oleh kaum lelaki pengganti ayahnya. Kakeknya Abdul Muthallib dan pamannya Abu Thalib adalah ‘ayah dan guru’ hebat bagi baginda Rasulullah saw.
-
Muhammad Al Fatih, atau Fatih Sultan Mehmet II
Sang penakluk Konstantinopel dan daratan Eropa, karakter dan keterampilannya dibentuk langsung oleh Sultan Murad II, ayahandanya bersama ustaz pengasuhnya Syeikh Syamsuddin. Dan banyak lagi yang lainnya.
Kisah Al Quran tersebut menyiratkan pesan bahwa ayah menjadi pemimpin sekaligus penanggung jawab utama pendidikan anak. Quran memberi teladan bahwa yang harus berbicara tauhid kepada anak adalah Ayah Ya’qub bukan Ibu Ya’qub, yang mendidik akidah dan akhlak adalah Ayah Lukman bukan Ibu Lukman, dan yang mengajarkan semangat kepatuhan kepada Allah adalah Ayah Ibrahim bukan Ibu Siti Hajar.
Dan jangan lupa kalau pun anak-anak harus terlibat dalam pertengkaran yang serius, yang harus melerai dan menghakimi perkelahian anak-anak adalah Ayah Adam bukan Ibu Hawa. Demikianlah kisah-kisah Al Quran yang tetap relevan untuk menjadi panduan ayah-ayah teladan di akhir zaman.