Saajid Lipham, Bule Amerika Merinding Saat Baca Al Fatihah & Al Baqarah 

Saajid Lipham, Bule Amerika Merinding Saat Baca Al Fatihah & Al Baqarah 

Saajid Lipham, Bule Amerika Merinding Saat Baca Al Fatihah & Al Baqarah 
Saajid Lipham. (Foto: Youtube.com)

Suaramuslim.net – Setiap orang memiliki pengalaman spiritual yang berbeda dalam menemukan atau meyakini agama Islam. Begitu juga dengan yang dialami oleh bule Amerika ini. Ia bernama Saajid Lipham. Ia menemukan Islam setelah membaca arti dari Surah Al Fatihah dan Al Baqarah. Begini ia menceritakan kisahnya.


Sekian lama, aku merasa lelah mengamati pikiran banyak orang mengapa kita hidup dunia, untuk apa kita hidup, apa yang terjadi setelah kita mati. Aku juga meneliti tradisi spiritual di luar Kristen seperti Hindu dan Buddha. Tradisi-tradisi itu tidak masuk ke nalarku, hasil penelitian itu menguap begitu saja. Tidak membekas di benakku. Semakin dalam pikiranku menelisik semua itu. Para penganutnya juga tidak punya bukti atas keyakinan mereka. Itu terjadi selama berbulan-bulan.

Suatu malam aku teringat nurani terdalamku. Sejak kecil aku meyakini bahwa Tuhan itu ada. Secara alami, bahwa Sang Pencipta itu ada. Aku ingat perasaan itu. Dan hari itu perasaan itu muncul lagi. Itu perasaan nurani. Perasaan bahwa ada Tuhan yang Esa, yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Aku ingin mendalami itu lagi.

Masuk Kuliah di Jurusan Studi Bible

Lalu aku mendalami Kristen. Agamaku sejak kecil. Aku beli lagi Bible versi King James. Aku rutin mendengarkan radio Bible. Aku mengunduh audiobook. Aku masuk kuliah jurusan Studi Bible. Aku juga mempelajari perbandingan agama. Firasatku mengatakan bahwa memang ada Tuhan yang Maha Esa. Aku penasaran bagaimana Tuhan berkomunikasi dengan manusia.

Semester berikutnya aku mengkaji Kitab Perjanjian Baru. Dosennya memang benar-benar pendeta, bukan hanya peneliti. Namun setiap mempelajari Bible, aku selalu kebingungan. Tidak hanya aku, orang lain pasti begitu. Bible itu tidak mudah dibaca dan tidak mudah dipahami. Bukunya tebal, banyak yang sulit dimengerti.

Namun, hal yang mengejutkanku adalah mata kuliah tentang bagaimana Bible disusun. Dosenku mengajarkan bagaimana manusia berkumpul setelah bertahun-tahun (sejak diwahyukan) dan mencoba memutuskan serta menafsirkan mana yang masuk Perjanjian Baru. Aku sangat terkejut. Tak mungkin aku bisa percaya ini. Bagaimana mungkin ini adalah firman Tuhan yang terjaga keasliannya. Aku juga tak memahami bagaimana ia diterjemahkan dan diwariskan. Dan bagaimana orang berkumpul dan menentukan mana yang dimasukkan ke bab-bab yang ada sekarang.

Aku cuma tahu tidak mungkin firman Tuhan sama persis. Aku merasa bukan seperti itu yang terjadi seharusnya. Aku meyakini sebagian isinya memang kitab suci yang diwahyukan kepada seorang nabi dan beberapa kisahnya memang pernah terjadi. Tapi aku ragu mana yang valid dan mana yang tidak. Mana yang terjaga dan diwariskan serta mana yang telah diubah atau hilang.

Semakin Ragu, Malah Ingin Belajar Hindu & Buddha

Lalu aku menyimpulkan mengapa Kristen hanya sangat mengandalkan keyakinan saja, bukan atas dasar kebenaran. Aku paham mengapa ajaran Kristen hanya menuntut keyakinan saja dan betapa pentingnya keyakinan (yang membuta). Sebab aspek bukti nyata sangat kurang.

Pada titik ini dalam hidupku, bukannya aku punya pilihan terkait agama tertentu. Aku sangat objektif untuk menemukan kebenaran. Jika ateisme adalah yang benar, maka aku siap jadi ateis. Jika Buddha yang benar, aku siap jadi Buddha. Jadi pemikiran mengikuti keyakinan membuta bukanlah sesuatu yang aku cari. Tapi aku merasa cuma ini pilihan yang tersedia.

Apakah Tuhan Berkomunikasi dengan Manusia

Mungkin Tuhan pernah berkomunikasi dengan manusia di masa lalu. Dan kita kehilangan naskah-naskahnya. Kita tak bisa lagi menafsirkan yang benar dan salah. Jadi saat itu aku terjebak pada Judaisme, Kristen, dan agnotisme (paham yang tidak dapat memastikan adanya Tuhan).

Aku yakin Tuhan itu ada. Aku merasa inilah yang paling masuk akal. Dan itu menjadi bagian dari insting manusia untuk mencari tahu. Tapi pokok-pokok yang Tuhan inginkan dari kita, mana yang benar dan mana yang salah. Apa yang terjadi saat kita mati, cara berkomunikasi denganNya, dan apa yang terjadi di masa lalu, aku merasa itu semua tidak diketahui oleh sebagian besar orang.

Aku masih terus belajar dan mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini. Kebanyakan hanya berkutat pada masalah pribadi manusia dan berdoa saja. Lalu menjadi bingung dengan dalam situasi seperti ini.

Bersambung ke halaman 2

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment