Suaramuslim.net – Puji syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala yang telah mempertemukan kita kembali dengan bulan Ramadhan, bulan di mana selama sebulan penuh kita berpuasa. Menurut Ensiklopedia Ijmak (Pustaka, Firdaus, 2006), puasa yang disyariatkan ialah imsak (menahan) dari hal-hal yang membatalkan sejak dari terbut fajar sadik sampai tenggelamnya matahari.
Perlu diingat, ibadah puasa punya tujuan akhir yaitu meraih derajat taqwa : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan bagimu berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan pada orang-orang sebelum kamu. Mudah-mudahan kamu bertakwa” (Surah Al Baqarah: 183). Ayat tersebut menjelaskan betapa puasa adalah ibadah yang diamalkan umat sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hadir di muka bumi, bahkan sejak Nabi Adam ‘alaihissalam pindah ke bumi.
Insiden pohon khuldi membuat reputasi Nabi Adam ternoda. Lantas Nabi Adam AS bertaubat dan melaksanakan puasa selama 3 hari dalam satu bulan. Puasa tersebut selanjutnya dikenal dengan nama puasa putih (yaumul bidh) yang dikerjakan setiap tanggal 13, 14, dan 15 bulan Islam (Hijriah). Namun, ada versi lain, yakni Nabi Adam AS hanya melakukan puasa khusus pada hari Jumat untuk mengenang peristiwa penting. ”Sesungguhnya Allah menjadikan Adam pada hari Jumat, diturunkan di bumi pada hari Jumat, dia bertobat kepada Allah atas dosanya memakan buah khuldi pada hari Jumat dan wafat pun pada hari Jumat.” (HR Bukhari).
Seperti puasanya Nabi Adam AS, Nabi Nuh AS melaksanakan puasa selama 3 hari setiap bulan sepanjang tahun. Nabi Nuh juga memerintahkan kaumnya untuk menyembah Allah SWT dan berpuasa ketika mereka berbulan-bulan hidup terkatung-katung di dalam perahu besar di tengah samudera luas akibat bencana banjir besar (Harian Republika, 15 juli 2012).
Nabi Ibrahim AS juga terkenal akan kegemarannya berpuasa, terutama saat hendak menerima wahyu dari Allah SWT. Nabi Ibrahim AS menerima wahyu melalui mimpi. “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia menjawab: ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insyaallah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar” (Surah Ash-Shaffat : 102). Puasa yang dilaksanakan Nabi Ibrahim diikuti pula oleh putranya, Nabi Ismail dan Ishaq AS.
Nabi Ya’qub AS pun dikenal sebagai orang tua dan rasul yang gemar berpuasa, terutama untuk keselamatan putra-putranya. Nabi Yusuf berpuasa ketika berada dalam penjara. Kebiasaan berpuasa ini juga beliau terapkan ketika menjadi pembesar Mesir & menjabat sebagai menteri perekonomian. Nabi Musa berpuasa selama 40 hari 40 malam dalam persiapan menerima wahyu dari Allah SWT di Bukit Sinai. Hal yang sama juga dilakukan oleh Nabi Ilyas ketika akan pergi ke Gunung Horeb untuk menerima wahyu dari Allah SWT.
Beralih ke kisah Nabi Daud AS, beliau biasa berpuasa secara berselang, yakni sehari berpuasa dan sehari tidak berpuasa. “Puasa yang paling disukai Allah adalah puasa Nabi Daud dan salat yang paling disukai Allah adalah salat Nabi Daud. Beliau biasa tidur separuh malam, dan bangun pada sepertiganya, dan tidur pada seperenamnya. Beliau berbuka sehari dan berpuasa sehari.” (Muttafaqun ‘alaih).
Skripsi Masdiana yang berjudul Puasa Dalam Agama Islam dan Katolik (UIN Ar-Raniry, 2017) menyebutkan bahwa dalam Perjanjian Lama, Nabi Daud AS berpuasa selama 7 hari pada waktu putranya sakit keras. Tujuannya untuk memohon kesembuhan dari Allah SWT bagi putranya. Beliau berpuasa sambil menutup diri dalam kamarnya, dan terus menerus menangis karena sedih. Pada hari ketujuh dari puasanya itu, putranya meninggal dunia, dia tidak meneruskan puasanya lagi (berbuka puasa), dan puasanya itu kemudian ditiru oleh umat Yahudi.
Ibadah puasa juga dilakukan Nabi Zakaria AS. Konteksnya untuk mengharap keturunan. Dalam pandangan KH Dzul Bashor MZ (Harian Radar Banyumas, 20 Juni 2016), ketika amat menginginkan kehadiran anak kala usianya sudah sangat lanjut, Nabi Zakaria AS diperintahkan Allah SWT untuk puasa mulut tidak berbicara selama tiga hari tiga malam secara berturut-turut. Zakaria berkata, ‘Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda.’ Tuhan berfirman, ‘Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat.” (Surah Maryam: 10). Sementara itu, Nabi Isa AS berpuasa (40 hari) ketika beliau mulai sering tampil di muka umum untuk menyatakan dirinya sebagai rasul.
Sebelum mengakhiri tulisan ini, bagaimanakah dengan tradisi puasa orang-orang Arab sebelum datangnya syi’ar agama Islam? Ternyata mereka melakukan puasa di hari Asyura. Dijelaskan Miftah Faridl dalam buku Puasa ibadah Kaya Makna, (2007), ketika Rasulullah SAW tiba ke kota Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa di hari Asyura yang dimaksudkan sebagai peringatan atas selamatnya Nabi Musa AS dari kejaran Fir’aun. Maka karena lebih berhak di dalam meneladani Nabi Musa, beliau berpuasa pada hari itu dan menyuruh para sahabat berpuasa juga. Wallahu’allam bishawwab