Suaramuslim.net – Bulan ramadhan punya banyak sebutan. Ia disebut bulan puasa, bulan Quran (syahrul Quran), begitu pula bulannya sedekah. Berbicara soal sedekah, sebagian orang punya harta berlimpah berlomba-lomba beramal, baik melalui pemberian takjil berbuka puasa, menyantuni anak yatim hingga sedekah dalam bentuk lainnya. Hanya saja, kalau diamati ada beberapa orang yang ketika bersedekah ke masjid, TPQ dan panti asuhan selalu tidak mencantumkan identitas aslinya. Singkat kata, mereka menggunakan istilah “Hamba Allah” dan ada pula “ibadurrahman”. Sebutan yang pertama tidak ada masalah, yang jadi pertanyaan adalah mereka yang menggunakan sebutan “ibadurrahman”.
‘Ibadurrahman terdiri atas dua kata, yakni ‘ibad (jama’ dari ‘abdun) yang berarti hamba-hamba. Adapun ar-rahman bermakna pemurah. Kalau digabung menjadi Hamba-hamba yang pemurah. Apakah cukup dengan banyak sedekah ke masjid maupun panti asuhan lalu menyebut diri sebagai “ibadurrahman”? Tentu tidak segampang itu.
Dalam Quran sedikitnya dicantumkan cara-cara menjadi “Ibadurrahman”.
1. Rendah Hati dan Bertutur Bijak
“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (Surah al-Furqan ayat 63). Seorang ibadurrahman, ia rendah hati dan tutur katanya bijak bagaikan seorang Begawan atau filosof. Tidak mungkin seseorang yang gemar memaki-maki apalagi mengancam nyawa orang lain “akan saya penggal kepalamu” bisa menjadi “ibadurrahman”.
2. Gemar Qiyamul Lail
“Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.” (Surah al Furqan ayat 64). Ayat ini menegaskan cara berikutnya yaitu gemar Qiyamul lail. Tak banyak orang bangun di tengah malam untuk taqarrabu kepada Allah.
3. Takut Azab Neraka Jahannam
Allah berfirman:”Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal“. (Surah al Furqan ayat 65)
4. Tidak Boros dan Kikir
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (Surah al Furqan ayat 67). Orang yang sehari-harinya tidak boros dan tidak pula kikir atau kalau dalam bahasa jawa “medhit”, ia bisa menjadi “ibadurrahman”.
5. Tidak Syirik, Membunuh, dan Zina
“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya),” (Surah al Furqan ayat 67). Syirik, membunuh (orang tak bersalah) dan zina tergolong dosa besar. Seorang Ibadurrahman takkan melakukan hal-hal seperti ini.
6. Tidak Memberikan Persaksian Palsu
“Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya,” (Surah al Furqan ayat 72). Persaksian palsu alias hoaks, bukanlah ciri seorang “Ibadurrahman” . Orang seperti begini serupa dengan iblis. Bukankah iblis menipu nabi Adam AS lewat informasi hoaks?. Seorang “ibadurrahman” juga akan menghindari perbuatan sia-sia yang membuat waktu, pikiran dan tenaga terbuang percuma.
Jika kamu melaksanakan enam cara di atas dengan konsisten, niscaya kamu menjadi “Ibadurrahman”. Wallahu a’lam.