Suaramuslim.net – Di Yogyakarta, daerah yang dikenal sebagai penghasil gudeg ini menjadi saksi sejarah pesulap dan pemandu acara tersohor beralih status sebagai mualaf. Deddy Corbuzier mantap mengucap kalimat syahadat dihadapan Miftah Maulana Habiburrahman atau yang populer disapa Gus Miftah.
Sekadar pembaca ketahui, Gus Miftah bukanlah muballigh biasa. Beliau ini pengasuh pondok Pesantren Ora Aji dan malang melintang sebagai pendakwah di dunia remang-remang (tempat hiburan). Agak mirip dengan metode dakwah Gus Miek (Ploso-Kediri).
Dilansir dari laman Jawapos (18/9/2018), saat ini pesantren yang diasuhnya ada sebanyak 70 santri dari berbagai daerah. Seperti Lombok, Lampung, hingga Bengkulu. “Makan, minum, belajar gratis di sini. Rata-rata mahasiswa, ada juga yang bekas terapis salon plus-plus,” kata Gus miftah.
Kembali kepada keputusan kemualafan mas Deddy, masih saja dijumpai komentar sinis dari sebagian warganet. Misalnya bisa diperiksa di fanpage facebook “Bodoh Sekali Dia Yang Mulia” (19 Juni 2019, pk 17.42 wib), “Mualaf kok diekspos,” tulis akun Tegar abi Huda. Komentar berikutnya dari Dwi Rohman Saputra “Pindah agama jadi konten“. Ya rabb, kotor sekali hati mereka ya!
Pasca bersyahadat, Deddy Corbuzier langsung belajar melafalkan surah Al Fatihah yang dipandu Gus Miftah.”Pelan-pelan dong bro…” ucap Deddy dalam video yang dipublikasikan di instagram Gus Miftah. Selanjutnya terlihat pula salat maghrib berjemaah dengan diimami Prof. KH. Ma’ruf amin.
Melihat Deddy memeluk Islam, membuat saya menggantungkan harapan kepadanya. Barangkali dengan keberadaannya, Syiar Islam di kalangan warga Tionghoa makin marak (baca: hidup). Selain Deddy, di televisi sudah pernah diliput warga Tionghoa memeluk Islam. Mulai dari Jusuf Hamka (anak angkat Buya Hamka), Chrisye (sang legenda musik tanah air), Dr Muhammad Syafi’i Antonio (pakar ekonomi Islam), Larissa Chou (menantu ustaz Arifin Ilham) hingga Roger Danuarta (aktor).
Dulu ada sosok Umar bin Khattab. Dengan kemualafan beliau, agama Islam yang dibawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kian berkembang pesat. Selain Umar, ada Salman al Farisi. Berkat strateginya, umat Islam meraih kemenangan dalam Perang khandaq. Nah, boleh jadi Deddy nantinya memiliki dampak signifikan seperti Umar dan Salman al Farisi. Apalagi sekarang tren syiar Islam lewat media sosial. Deddy harus memanfaatkan semaksimal mungkin akun youtube yang ia miliki untuk merilis konten-konten dakwah yang menarik.
Tak perlu membuat konten mengumbar kebobrokan agama lama. Kenapa harus begitu? “Engkau bukan Muslim jika menghina Tuhan agama lain“, “Kemualafan tidak benar jika menghina agama yang lama,” begitulah dua nasihat yang saya dengar dari Dr Ahmad Kainama, mantan Pendeta asal Ambon.
Terakhir yang tak kalah penting buat mas Deddy adalah belajar mendalami ilmu agama Islam. Sekadar mualaf tapi tak terpanggil mendalami Islam, sama saja tidak dapat apa-apa. Belajarlah (tallaqi) kepada ulama yang hanif, “…maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui” (Surah An Nahl ayat 43). Tentu saja yang punya pengetahuan dalam hal ilmu agama adalah ulama. Jangan sampai sampean belajarnya ke Sugi Nur atau syekh Panji Gumilang. Wallahu a’llam.*
*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net