Suaramuslim.net – Lebaran sangat identik dengan bersalaman. Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam British Medical Journal itu menyebutkan bahwa orang yang suka bersalaman dan bersilaturahim lebih panjang usianya. Benarkah hal tersebut terjadi? simak ulasan berikut ini.
Hasil penelitian itu ternyata mirip dengan hadist Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapa yang ingin rezekinya diperluas dan umurnya panjang maka hendaknya bersilaturahim.” (Hadits Riwayat Bukhari).
Menyambung tali silaturahim pun sangat diperintahkan kepada setiap umat yang beriman. Ajaran Rasulullah yang satu ini, memiliki banyak keutamaan. salah satu keutamaan yang sering dipahami masyarakat adalah silaturahim dapat memperpanjang umur.
Kemudian, Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal menjelaskan tentang menjalin silaturahim yang tepat, menjalin tali silaturahim adalah istilah khusus untuk berkunjung kepada orang tua, saudara atau kerabat. Jadi bukanlah istilah umum untuk mengunjungi orang sholeh, teman atau tetangga. Sehingga yang dimaksud silaturahmi akan memperpanjang umur adalah untuk maksud berkunjung kepada orangtua dan kerabat.
Sementara itu Ibnu Hajar dalam Al Fath menjelaskan, “Silaturahim dimaksudkan untuk kerabat, yaitu yang punya hubungan nasab, baik saling mewarisi ataukah tidak, begitu pula masih ada hubungan mahrom ataukah tidak.” Itulah makna yang tepat.
Silaturahmi atau Silaturahim ?
Pertanyaan ini sering muncul di dalam benak masyarakat. Lalu apakah perbedaannya dan bagaimanakah penyebutan yang sebenarnya ?
Situs eramuslim.com melansir bahwa pernyataan yang benar adalah “silaturahim” bukan “silaturahmi”. Dari Abu Ayyub Al Anshari radhiyallahu ‘anhu bahwa seorang laki-laki berkata, “Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku suatu amalan yang dapat memasukkanku ke surga.” Orang-orang pun berkata, “Ada apa dengan orang ini, ada apa dengan orang ini?” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Biarkanlah urusan orang ini.” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melanjutkan sabdanya, “Kamu beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya, menegakkan shalat, dan membayar zakat serta menjalin tali silaturrahim.” Abu Ayyub berkata, “Ketika itu beliau berada di atas kendaraannya.” (HR. Bukhari)
Kemudian, Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, “Belajarlah dari nasab kalian yang dapat membantu untuk silaturrahim karena silaturrahim itu dapat membawa kecintaan dalam keluarga dan memperbanyak harta, serta dapat memperpanjang umur.” Abu Isa berkata bahwa hal ini merupakan hadits gharib melalui jalur ini.
Berkaitan dengan istilah silaturahim atau silaturahmi, para ulama hadits memberikan judul pada salah satu babnya didalam kitab-kitab haditsnya dengan silaturahim, seperti : Imam Bukhori didalam Shahihnya memberikan judul “Bab Silaturahim”, Muslim di dalam Shahihnya dengan judul “Bab Silaturhim wa Tahrimi Qothiatiha”, Abu Daud di dalam Sunannya dengan “Bab Silaturahim” dan Tirmidzi didalam Sunannya dengan “Bab Maa Ja’a Fii Silaturahim”. Para ulama menyebutkan kata silaturahim, bukan silaturahmi dalam berbagai tulisannya.
Sedangkan makna “Rahim” dengan memfathahkan huruf “Ro” dan mengkasrahkan “Ha”, sebagaimana dikatakan al Hafizh Ibnu Hajar di dalam kitabnya “Fathul Bari” digunakan untuk kaum kerabat dan mereka adalah orang-orang yang di antara sesama mereka memiliki hubungan nasab, baik mewariskannya atau tidak, baik memiliki hubungan mahram atau tidak.
Namun, ada juga yang mengatakan bahwa mereka adalah para mahram saja. Namun pendapat pertamalah yang tepat karena pendapat kedua mengharuskan dikeluarkannya (tidak termasuk di dalamnya) anak-anak lelaki dari paman baik dari jalur bapak atau ibu dari kalangan dzawil arham, padahal bukanlah demikian. (Fathul Bari juz XVII hal 107). (muf/smn)