Suaramuslim.net – Meski sudah 1400 tahun lebih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, ilmunya tentang bagaimana mendidik anak masih sangat relevan untuk saat ini dan sampai kapanpun. Berikut uraian bagaimana Nabi kita memberi contoh tentang bagaimana mendidik anak.
Sebaik-baik teladan yang patut kita contoh adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, termasuk dalam pendidikan. Berbeda sama sekali dengan tradisi bangsa Arab yang kaku dan keras, Nabi Muhammad justru menghadirkan suasana ramah, hangat, penuh pendidikan, kelembutan dan cinta kasih.
“Ada beberapa tahapan dalam mendidik anak ala Rasulullah,” papar Suhady Fadjaray, pra yang menggeluti bidang Parenting Islami ini. Ia menjelaskan bahwa terdapat perbedaan perlakuan terhadap anak berdasarkan usianya.
Pertama, mendidik anak usia 0 hingga 6 tahun, adalah dengan memperlakukan anak sebagai raja. Anak usia 0-6 tahun merupakan usia emas atau golden age. Anak pada usia ini akan mengalami masa tumbuh kembang yang sangat cepat. Percepatan tumbuh kembang ini bisa dirangsang dengan mainan. Mainan akan sangat membantu agar anak menjadi anak yang cerdas.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan kepada orangtua untuk senantiasa berlemah lembut terhadap anak yang masih berusia dari 0 hingga 6 tahun. Memanjakan, memberikan kasih sayang, merawat dengan baik dan membangun kedekatan dengan anak merupakan pola mendidik yang baik.
Sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Syadad Al Laits berkata, “Rasulullah keluar untuk shalat disiang hari entah dzuhur atau ashar, samil menggendong salah satu cucu beliau, entah Hasan atau Husain. Ketika sujud, beliau melakukannya panjang sekali. Kata perawi, “Lalu aku mengangkat kepalaku ternyata ada anak kecil berada diatas punggung Rasul padahal beliau sedang sujud, lalu saya kembali bersujud.” Ketika Rasul selesai shalat orang-orang bertanya, “wahai Rasulullah, engkau melakukan sujud dalam shalatmu ini lama sekali sampai kami mengira telah terjadi sesuatu pada engkau atau engkau mendapat wahyu.”
Beliau bersabda, “Semuanya itu tidak, tetapi cucuku ini menunggangiku dan aku tidak senang tergesa-gesa sampai anak ini puas dengan keinginannya.” (H.R.Ahmad, Nas’i dan Hakim)
“Pada fase ini ciptakan rasa aman dan nyaman bagi anak ketika bersama orangtuanya,” ujar Suhadi. Ketika anak bertingkah yang dianggap kurang pas atau membahayakan, sebaiknya orangtua tidak memukulnya agar anak bersedia menuruti perkataan orangtua. Pada fase dan usia ini, memukul ataupun memarahi, bukan cara yang tepat. Namun berikanlah penjelasan yang bisa dipahami anak, serta berikan kesempatan untuk menjelaskan apapun itu. “Tugas orangtua mendengarkan dan memberikan penjelasan dengan bahasa anak-anak.” Dengan begitu, ujarnya, anak akan merasa nyaman dengan orangtuanya.
Cara Memberi Punishment
Kedua, mendidik anak usia 7 hingga 14 tahun. Usia ini adalah fase ini untuk memperlakukan anak sebagai tawanan perang/pembantu. Rasulullah bersabda, “Perintahkan anak-anakmu untuk shalat saat mereka telah berusia 7 tahun, dan pukullah mereka jika meninggalkannya ketika mereka berusia 10 tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR. Abu Dawud)
Di fase ini, anak mulai diperkenalkan dengan tanggung jawab dan kedisiplinan. “Kita bisa melatihnya mulai dari memisahkan tempat tidurnya dan mendirikan shalat 5 waktu,” jelasnya.
Di usia ini, orangtua juga memperkenalkan hukuman, sebagai konsekuensi melakukan kesalahan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadistnya meminta orangtua untuk memukul anaknya jika tidak mendirikan sholat. Meski demikian, pukulan yang dimaksudkan adalah pukulan yang tidak menyakitkan dan membuatnya cidera, namun pukulan kasih sayang. Pada fase ini, sanksi diperlukan untuk membuat anak menjadi teratur. “Bentuk sanksinya, sebaiknya adalah hasil dari kesepakatan orangtua dan anak.”
Ketiga, mendidik anak usia 15 hingga 21 tahun adalah memperlakukan anak seperti sahabat. Anak pada usia ini adalah usia yang cenderung memberontak. Oleh karena itu dibutuhkan pendekatan yang baik kepada anak. Fungsinya, agar bisa meluruskan anak ketika melakukan kesalahan. Menciptakan rasa nyaman pada anak, adalah hal yang penting pada fase ini. Jadilah sahabat terbaik bagi anak, yang setia yang siap mendengar segala cerita dan curahan hati anak. Masa ini adalah masa pubertas untuk anak-anak.
Semasa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hidup, banyak sahabat-sahabatnya di usia remaja. Zubair bin Awwam berusia 15 tahun, Thalhah bin Ubaidillah di usia 16 tahun, Sa’ad bi Abi Waqash di usia 16 tahun, Zain bi Tsabit di usia 13 tahun, dan seterusnya. Semuanya merasa sangat nyaman dan aman bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Predikat orangtua yang sukses dalam mendidik anak, tak akan melekat jika terdapat satu fase yang gagal dalam mendidik anak. Tentunya dalam mendidik anak, dibutuhkan pengetahuan, kesabaran dan kesiapan. Semoga kita menjadi orangtua terbaik untuk anak-anak kita. (muf/smn)