Suaramuslim.net – Allah berfirman memberikan peringatan kepada kita manusia dalam surat Al An’am ayat 42-45.
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَى أُمَمٍ مِنْ قَبْلِكَ فَأَخَذْنَاهُمْ بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُونَ (42) فَلَوْلَا إِذْ جَاءَهُمْ بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا وَلَكِنْ قَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (43) فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ (44) فَقُطِعَ دَابِرُ الْقَوْمِ الَّذِينَ ظَلَمُوا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka bermohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri.
Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras dan setan pun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.
Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.
Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”
Dari ayat-ayat di atas, kita jangan sampai gagal paham dengan tiga istilah terkait musibah yang menimpa seseorang.
Ujian
Ini diberlakukan kepada orang-orang yang beriman dan ahli ibadah. Bentuk ujiannya bisa bis syarr (keburukan) atau khair (kebaikan).
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (Al Anbiya: 35).
Azab
Yaitu musibah keburukan sebagai peringatan bagi seorang muslim yang bermaksiat.
Istidraj
Azab dengan kemasan kenikmatan. Istidraj secara bahasa diambil dari kata da-ra-ja (Arab: درج) yang artinya naik dari satu tingkatan ke tingkatan selanjutnya.
So, istidraj itu sesungguhnya adalah kenikmatan yang diberikan kepada orang-orang yang durhaka kepada Allah, yang kelak pada akhirnya mereka akan mendapatkan azab secara tiba-tiba.
Allah berfirman:
سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لاَ يَعْلَمُونَ
“Nanti Kami akan menghukum mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui.” (Al-Qalam: 44).
Tahapan Istidraj
Dari Surat Al An’am di atas, maka sesungguhnya Allah masih sayang kepada siapa pun meski sudah durhaka. Buktinya istidraj itu diberikan melalui beberapa tahapan.
1. Tetap adanya peringatan terlebih dahulu melalui Rasul-Nya berupa syariat agar dipatuhi
2. Diharapkan mereka berdoa dengan merendahkan hatinya ketika mendapatkan musibah. Namun mereka tidak kunjung berdoa
3. Bahkan mereka semakin keras hati dan tenggelam dalam kemaksiatan
4. Di saat inilah Allah membuka semua pintu kebaikan kepada mereka, inilah istidraj
5. Akhirnya mereka akan di azab secara cepat tanpa mereka rasa dan ketahui
Ciri-Ciri Istidraj
Karena itu, pahamilah gejala istidraj dari diri kita dengan ciri-ciri sebagai berikut (seolah berupa tangga yang semakin naik mendaki).
1. Anugerah berlimpah tapi iman semakin menurun
2. Rezeki lancar tapi ibadah semakin malas
3. Hidup sukses tapi maksiat rajin
4. Banjir harta tapi pelit berbagi
5. Jarang sakit tapi tidak pernah ke masjid
Jika ciri-ciri di atas terjadi pada seseorang, maka itulah istidraj. Dan itu bisa terjadi kepada siapa pun, tidak hanya kepada orang kafir, tapi juga kepada muslim.
Mengatasi Istidraj
Bagi seorang kafir, kalau sudah mendapatkan istidraj, azab yang dikemas kenikmatan hatinya biasanya keras dan semakin tenggelam ke dalam dosa. Namun bagi seorang muslim, karena keimanannya masih dapat ditolong menghadapi gejala istidraj di atas dengan:
1. Kembali sadar untuk selalu bertakwa
2. Hadapi situasi apa pun dengan dua ‘S’, syukur dan sabar
3. Berdoa memohon pertolongan kepada Allah.
اياك نعبد و اياك نستعين
Wallahu A’lam
Tulisan ini terinspirasi dari tausiah KH Ihya Ulumiddin