Suaramuslim.net – Bagi kamu yang sedang ikhtiar menjemput jodoh dengan taaruf, ini beberapa hal yang bisa kamu cermati. Inilah 4 kesalahan dalam taaruf. Bagi yang sudah meninggalkan pacaran dan hijrah dengan taaruf, maka kamu perlu paham apa saja yang menjadi kesalahan dalam taaruf.
Agar menghasilkan hasil yang baik, maka harus menggunakan cara yang baik juga. Demikian juga dengan menikah, jika ingin pernikahan yang baik menurut agama, maka caranya harus menggunakan tuntunan agama. Karena dengan agama-lah manusia bisa mengambil jalan kebaikan dunia akhirat.
Dan taaruf digunakan sebagai ganti cara pacaran yang penuh mudharat. Karena pacaran lebih dekat kepada zina dan dosa. Maka kamu perlu tahu apa saja kesalahan-kesalahan dalam taaruf. Berikut ini 4 kesalahan dalam taaruf yang perlu kamu tahu.
1. Tanpa Perantara
Adanya perantara adalah perbedaan paling pokok antara taaruf dengan pacaran. Jika pasangan pacaran, maka tak ada pihak yang menjadi perantara. Dua sejoli ini bebas menjalin hubungan. Bisa pergi berdua, bisa nonton bioskop berdua, bahkan di kamar berduaan. Inilah dosa besarnya. Sehingga taaruf tanpa perantara yang salih malah menjadikan taaruf tak ubahnya pacaran yang penuh dosa itu dan malah mirip pacaran yang terlarang.
Sedangkan taaruf berbeda. Selalu ada penengah yang membimbing mereka berdua. Ada satu orang atau lebih yang menemani keduanya. Ada yang mendampingi si pria saja atau si wanita saja atau menemani keduanya sekaligus. Peran perantara ini cukup penting. Dia menjaga agar keduanya agar tidak terjerumus pada perbuatan zina. Dia juga membantu memberi pemahaman agama yang benar. Karena hanya landasan agama yang benarlah akan membawa kepada keluarga yang diberkahi Allah.
Maka sang perantara ini harus lebih dewasa dan lebih paham dalam agama. Maka sebaiknya perantara ini harus orang yang sudah menikah dan lebih paham agama sehingga lebih bijaksana memberi arahan. Perantara bisa dari pihak keluarga kedua sejoli, atau bisa orang yang paham agama atau sosok yang dihormati seperti ustaz atau kiai.
Jika tanpa perantara, maka hubungan taaruf bisa menjurus seperti pacaran. Kedua sejoli ini tak ada yang membina. Khawatirnya bisa terjerumus pada zina karena gejolak muda mudi itu sangat menggelora. Dan dorongan hawa nafsu itu sangat kuat. Godaan syahwat wanita itu juga besar. “Sesungguhnya tipu daya kalian wahai para wanita begitu besar.” (QS Yusuf 28).
2. Mengharap yang sempurna
Tidak ada manusia pun yang sempurna di muka bumi ini. Setiap orang punya kehebatannya masing-masing, demikian pula kelemahan. Maka peserta taaruf harus meyakini bahwa jika calon pasangannya itu juga punya kehebatan dan kelemahan. Jika kamu hanya berharap kebaikan kepada Allah, maka Allah akan memberi keberkahan pada kelemahan pasangan halalmu.
Keberkahan itu maknanya kamu bisa berbuat baik kepada pasanganmu untuk menutupi kelemahannya. Siapa lagi yang menutupi dan menambal ‘lubang’ pasanganmu itu jika bukan kamu? Bukankah itu peluang kebaikan dan ladang pahala bagi kamu. Begitu juga dia. Dia akan menutupi dan menambal ‘bolong’ yang ada pada dirimu. Kalian berdua bisa saling bantu untuk menutup dan menambal lubang pasangannya masing-masing. Maka mengharap yang sempurna merupakan kesalahan dalam taaruf.
3. Masa taaruf yang terlalu lama
Kesalahan dalam taaruf yang ketiga ini biasanya akibat tiadanya perantara. Sehingga kedua sejoli ini tidak ada yang memberi tenggat kapan harus memilih jawaban untuk lanjut ke jenjang meminang atau bahkan ke jenjang pernikahan.
Perantara itu juga bertugas seperti wasit dalam laga sepak bola. Dialah yang menentukan kapan harus mulai laga dan kapan harus diakhiri. Demikian pula, perantara taaruf ini. Dia punya tugas sepeti itu.
Jika tak ada perantara, maka biasanya tidak ada yang mengingatkan batas waktu kapan lanjut atau kapan stop. Akhirnya proses taaruf menjadi sangat lama dan terkatung-katung. Padahal harus ada kepastian kapan meminang dan kapan akad nikah. Inilah salah satu kesalahan dalam taaruf: masa taaruf terlalu lama.
4. Komunikasi tidak syar’i
Sebagai pamungkas, kesalahan dalam taaruf adalah komunkasi yang tidak syar’i. Misalnya chat yang bernada mesra seperti suami istri. Atau bertemu di tempat-tempat yang menimbulkan fitnah seperti diskotik. Padahal keduanya belum resmi menjadi suami istri. Harusnya komunikasi keduanya seperti kepada orang lain yang tidak ada hubungan pernikahan. Seperti komunikasi antara rekan kerja atau relasi bisnis.
Peserta taaruf belum sah berkomunikasi secara bermesraan layaknya suami istri. Keduanya belum halal. Kesalahan dalam taaruf ini biasanya juga dampak tiadanya perantara di antara keduanya. Sehingga kedua sejoli ini bebas atau malah terlalu bebas berkomunikasi satu sama lain. Malah nanti terjerumus seperti komunikasinya pasangan pacaran yang jauh dari agama.