Suaramuslim.net – Pasangan suami-istri ini nampaknya patut dicontoh. Meski dengan kesibukan luar biasa, mampu mendidik kesepuluh anaknya dengan prestasi akademik jempolan. Tak hanya itu, kesemua anaknya penghafal Al Quran.
Siapa yang tidak bangga memilki 10 anak yang kesemuanya anak-anak shalih dan hafal Al- Qur’an. Mereka adalah pasangan Mutammimul Ula, SH dan Dra. Wirianingsi, Bc. Hk. Sepasang suami istri yang telah berhasil mencetak anak-anaknya menjadi bintang Qur’an. Bukan hanya bisa menghafal 30 Juz namun kesepuluh anaknya mempunyai prestasi yang luar biasa.
Sangat luar biasa lagi ketika mereka berdua telah mampu menghantarkan anak-anaknya menjadi pecinta Al- Qur’an. Padahal kedua pasangan tersebut tergolong keluarga yang sangat sibuk dengan berbagai aktivitas dakwah dan kegiatan organisasinya.
Dikutip dari salam-online.com, Mutammimul Ula adalah mantan anggota DPR RI dari fraksi PKS. Sedangkan Wirianingsih menjabat sebagai Ketua Aliansi Selamatkan Anak (ASA) Indonesia dan pernah menjadi Ketua Umum PP Salimah (Persaudaraan Muslimah).
Jika dilihat dari aktivitas mereka berdua yang super sibuk, justru Pasangan ini seolah menjadi oase di padang pasir. Keduanya adalah sosok yang dapat dijadikan sebagai teladan seluruh keluarga muslim dalam membangun keluarga. Mereka bukan hanya mampu mengatur dan membina keluarganya namun juga menerapkan konsep pendidikan Islam sebagai dasar pembelajaran anak-anaknya.
Wiraningsih selain melahirkan anak-anak luar biasa, dia juga adalah ibu rumah tangga dengan seabrek kegiatan seperti dosen dan kuliah pasca sarjana, sekaligus sebagai aktivis perempuan. Berikut adalah kesepuluh bintang Qur’an tersebut:
Afzalurahman Assalam adalah anak pertama dan sudah bisa menghafal Al- Qur’an pada usia 13 tahun. Kuliah di ITB mengambil jurusan Teknik Geofisika. Juara 1 MTQ Putra Pelajar SMU se- Solo, pernah menjabat sebagai Ketua Pembinaan Majelis Taklim Salman ITB dan terpilih sebagai Peserta Pertamina Youth Programme pada tahun 2007.
Anak kedua bernama Faris Jihady Hanifah pada usia 10 tahun dia sudah bisa menghafal dengan predikat mumtaz atau sempurna. Kuliah di LIPIA Jakarta yang merupakan cabang dari Universitas Ibn Suud Riyadh. Prestasinya yang luar biasa adalah pernah meraih juara I lomba tahfiz Al-Qur’an yang diselenggarakan oleh kerajaan Saudi di Jakarta tahun 2003 dan juara olimpiade IPS tingkat SMA yang diselenggarakan UNJ tahun 2004, dan pernah menjabat sebagai Sekretaris Umum KAMMI Jakarta.
Maryam Qonitat adalah anak ketiga yang hafal Al-Qur’an sejak usia 16 tahun. Kuliah di Universitas Al- Azhar, Kairo Mesir mengambil Fakultas Ushuluddin . Maryam juga mendapatkan predikat sebagai Pelajar teladan dan lulusan terbaik Pesantren Husnul Khatimah, 2006. Dan aktivitasnya saat ini yaitu menghafal hadits dan mendapatkan sanad Rasulullah dari Syaikh di Al-Azhar.
Scientia Afifah Taibah adalah anak keempat yang mendapatkan predikat yang sama dengan anaknya yang ketiga yaitu Saat SMP menjadi pelajar teladan dan saat SMA memperoleh juara III lomba Murottal Al-Qur’an tingkat SMA se-Jakarta Selatan. Dia sudah hafal al- Qur’an sejak SMA. Alumnus Universitas Indonesia (UI).
Putra kelima adalah Ahmad Rasikh ‘Ilmi. Selain hafidz Qur’an ia pernah menjadi lulusan terbaik di SMPIT Al-Kahfi, juara I Kompetisi English Club Al-Kahfi dan menjadi musyrif bahasa Arab MA Husnul Khatimah.
Ismail Ghulam Halim adalah putra keenam. Selain hafidz Qur’an, Ismail pernah menjadi lulusan terbaik SMPIT Al-Kahfi, juara lomba pidato bahasa Arab SMP se-Jawa Barat, serta santri teladan, santri favorit, juara umum dan tahfiz terbaik tiga tahun berturut-turut di SMPIT Al-Kahfi. Luar biasa bukan.
Anak ketujuh, Yusuf Zaim Hakim juga seorang Hafidz. Prestasinya tak kalah bejibunnya dengan Ismail anak keenam Ustadz Tamim, panggilan akrab dari Mutammimul Ula. Antara lain: peringkat I di SDIT, peringkat I SMP, juara harapan I Olimpiade Fisika tingkat Kabupaten Bogor, dan finalis Kompetisi tingkat Kabupaten Bogor.
Muhammad Syaihul Basyir adalah putra kedelapan. Yang sangat istimewa adalah, ia sudah hafal Al-Qur’an 30 juz pada saat kelas 6 SD. Dia juga lulusan dari MTs Darul Qur’an, Bogor.
Selanjutanya adalah Hadi Sabila Rosyad yaitu putra kesembilan. Yang pernah bersekolah SDIT Al-Hikmah, Mampang, Jakarta Selatan dan ketika masih SD dia sudah bisa menghafal 2 juz Al-Qur’an. Di antara prestasinya adalah juara I lomba membaca puisi.
Anak kesepuluh, Himmaty Muyassarah tak jauh beda dengan anaknya yang kesembilan yang ketika duduk di bangku SD kala itu bersekolah di SDIT Al-Hikmah, Mampang, Jakarta Selatan dia sudah mampu menghafal 2 juz Al-Qur’an.
Sungguh luar biasa jika melihat prestasi yang dicapai oleh kesepuluh anaknya ini. Dapat disimpulkan bahwa kesuksesan yang diraih oleh Mutammimul Ula, tidak terlepas dari sosok ibu yang sangat hebat yang telah melahirkan sepuluh keturunannya. Siapa lagi kalau bukan istrinya, Wirianingsih.
Ustadz Tamim panggilan akrabnya dan mbak Wiwi menerapkan sebuah metode dalam mendidik anak-anaknya untuk bisa menghafal Al- Qur’an. Kunci mereka adalah keseimbangan proses. Apa keseimbangan proses yang dimaksud? Walaupun mereka berdua sibuk, mereka telah menetapkan pola hubungan keluarga yang saling bertanggungjawab dan konsisten satu sama lain. Selepas Magrib jadwal mereka adalah berinteraksi dengan Al-Qur’an.
Untuk itu mereka berdua mencanangkan kebijakan yang sangat sederhana namun sangat efektif yaitu dengan meniadakan televisi, memasang gambar kaligrafi, tidak memutar musik selain hanya murrotal serta tidak melontarkan kata- kata kotor ketika berada di lingkungan keluarga ataupun masyarakat.
Metode selanjutnya adalah mengomunikasikan tujuan dan memberikan hadiah bagi anak- anaknya yang bisa menghafal Al- Qur’an. Menurut mereka ini sangat penting demi memotivasi mereka. (yet/smn)