Suaramuslim.net – Begitu pentingnya sebuah adab dalam Islam memunculkan sebuah pepatah Arab yang menyatakan, “Kemuliaan itu adalah karena adab kesopanan, bukan karena keturunan.”
Lalu Imam Malik juga pernah berkata perihal nasihat ibunya ketika Imam Malik berpamit untuk menuntut ilmu, “Pelajarilah adab darinya, sebelum kau mengambil ilmunya.” Kemudian, Imam Abu Hanifah pun dulu lebih menyukai mempelajari kisah-kisah para ulama dibandingkan menguasai bab fiqih. Imam Abu Hanifah berkata, “Kisah-kisah para ulama dan duduk bersama mereka lebih aku sukai daripada menguasai bab fiqih. Karena dalam kisah mereka diajarkan berbagai adab dan akhlak luhur mereka.”
Juga, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menerangkan tentang Islam, termasuk di dalamnya masalah adab. Seorang penuntut ilmu harus menghiasi dirinya dengan adab dan akhlak mulia. Dia harus mengamalkan ilmunya dengan menerapkan akhlak yang mulia, baik terhadap dirinya maupun kepada orang lain. Berikut di antara adab-adab yang selayaknya diperhatikan ketika seseorang menuntut ilmu syar’i.
Pertama, mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu. Dalam menuntut ilmu kita harus ikhlas karena Allah ta’ala dan seseorang tidak akan mendapat ilmu yang bermanfaat jika ia tidak ikhlas karena Allah. “Padahal mereka tidak disuruh kecuali agar beribadah hanya kepada Allah dengan memurnikan ketaatan hanya kepadaNya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan memurnikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. al-Bayyinah: 5)
Kedua, bersungguh-sungguh dalam belajar dan selalu merasa haus ilmu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam barsabda, “Dua orang yang rakus yang tidak pernah kenyang: yaitu, orang yang rakus terhadap ilmu dan tidak pernah kenyang dengannya dan orang yang rakus terhadap dunia dan tidak pernah kenyang dengannya.” (HR. Al-Baihaqi)
Ketiga, rajin berdoa kepada Allah ta’ala, memohon ilmu yang bermanfaat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan kita untuk selalu memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah ta’ala dan berlindung kepadaNya dari ilmu yang tidak bermanfaat, karena banyak kaum Muslimin yang justru mempelajari ilmu yang tidak bermanfaat, seperti mempelajari ilmu filsafat, ilmu kalam ilmu hukum sekuler, dan lainnya.
Penuntut Ilmu Perlu Jauhkan Diri dari Maksiat dan Hindari Kesombongan
Keempat, menjauhkan diri dari dosa dan maksiat dengan bertakwa kepada Allah ta’ala. Seseorang terhalang dari ilmu yang bermanfaat disebabkan banyak melakukan dosa dan maksiat. Sesungguhnya dosa dan maksiat dapat menghalangi ilmu yang bermanfaat, bahkan dapat mematikan hati, merusak kehidupan dan mendatangkan siksa Allah ta’ala.
Kelima, tidak boleh sombong dan tidak boleh malu dalam menuntut ilmu. Sombong dan malu menyebabkan pelakunya tidak akan mendapatkan ilmu selama kedua sifat itu masih ada dalam dirinya. Imam Mujahid mengatakan, “Dua orang yang tidak belajar ilmu: orang pemalu dan orang yang sombong” (HR. Bukhari secara muallaq)
Keenam, mendengarkan baik-baik pelajaran yang disampaikan ustadz, syaikh atau guru. Allah ta’ala berfirman, “… sebab itu sampaikanlah berita gembira itu kepada hamba-hambaKu, (yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan merekalah orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS. az-Zumar: 17-18)
Ketujuh, diam ketika pelajaran disampaikan. Ketika belajar dan mengkaji ilmu syar’i tidak boleh berbicara yang tidak bermanfaat, tanpa ada keperluan, dan tidak ada hubungannya dengan ilmu syar’i yang disampaikan, tidak boleh ngobrol. Allah ta’ala berfirman, “Dan apabila dibacakan Alquran, maka dengarkanlah dan diamlah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. al-A’raaf: 204)
Kesepuluh, mengikat ilmu atau pelajaran dengan tulisan. Ketika belajar, seorang penuntut ilmu harus mencatat pelajaran, poin-poin penting, fawaa-id (faedah dan manfaat) dari ayat, hadis dan perkataan para sahabat serta ulama, atau berbagai dalil bagi suatu permasalahan yang dibawa kan oleh syaikh atau gurunya. Agar ilmu yang disampaikannya tidak hilang dan terus tertancap dalam ingatannya setiap kali ia mengulangi pelajarannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ikatlah ilmu dengan tulisan.” (HR. Ibnu ‘Abdil Barr).
Kesebelas, mengamalkan ilmu syar’i yang telah dipelajari. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan seorang alim yang mengajarkan kebaikan kepada manusia, kemudian ia melupakan dirinya (tidak mengamalkan ilmunya) adalah seperti lampu (lilin) yang menerangi manusia, namun membakar dirinya sendiri.” (HR Ath-Thabrani)
Demikianlah pentingnya adab dan poin mengenai adab dalam menuntut ilmu. (muf/smn)