Suaramuslim.net – Akhir-akhir ini, banyak bermunculan ustadz-ustadz muda dengan kualitas yang tidak bisa dianggap enteng. Salah satunya Ustadz Salim A. Fillah. Berikut biografinya.
Ustadz Salim A. Fillah, seorang ustadz muda yang sudah menelurkan karya-karya buku fenomenal dan mempunyai gaya tutur yang lincah menyapa. Selain itu dia adalah seorang penulis buku Islami produktif asal Yogyakarta. Namanya mulai dikenal luas setelah menerbitkan buku berjudul Nikmatnya Pacaran setelah pernikahan (2003).
Sebagaimana dilansir dari hidayatullah.com, dalam seminar kepenulisan di hadapan mahasiswa Indonesia yang berada di Universitas Islam Madinah, pada 2014 silam. Seminar tersebut mengangkat tema “Indahnya Berdakwah dengan Menulis”.
Salim menjelaskan bahwa dakwah itu kewajiban seorang muslim dan banyak caranya, salah satunya adalah dengan menulis. Menurutnya, menulis adalah sarana dakwah yang memiliki nilai lebih.
“Menulis itu bukan satu-satunya cara untuk berdakwah, dia hanya salah satu cara berdakwah, tapi memiliki nilai lebih dibandingkan dengan yang lainnya,” kata penulis buku best seller “Dalam Dekapan Ukhuwah” ini.
Sejak kecil, Salim sudah menggemari buku. Membaca serta menulis adalah bagian dari hidupnya serta hobinya saat menempuh pendidikan di SMA Teladan Yogyakarta. Buku pertamanya yang sempat mendapatkan apresiasi yang biasa dari masyarakat dan membuatnya semakin dikenal banyak orang adalah Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan (2003) diterbikan oleh Pro-U Media.
Salim A. Fillah Berbagi Tips Menulis
Menurutnya, menulis itu sama halnya dengan menyaring susu yang harus benar-benar bersih dari kotoran agar bisa diminum dengan enak dan mudah, dan di sinilah fungsi hati seorang penulis yang harus bersih dan terjaga dari segala kotoran hati (sumber: hidayatullah.com)
Sebagai seorang penulis buku, Salim A. Fillah menghimbau kepada seorang penulis agar memiliki daya ketuk, dan daya ketuk itu diperoleh dengan dekatnya hubungan seseorang dengan Allah subhanahu wa ta’ala dalam ibadah. Salim juga mengingatkan bahwa seorang penulis juga dituntut untuk memiliki daya isi yang ilmiah dalam tulisannya, karena setiap huruf akan dipertanggungjawabkan.
Beberapa karya bukunya adalah Agar Bidadari Cemburu Padamu (2004), Barakallahu Laka: Bahagianya Merayakan Cinta (2005), Gue Never Die (2006), Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim (2007), Jalan Cinta Para Pejuang (2008), Dalam Dekapan Ukhuwah (2010), dan Lapis-lapis Keberkahan (2014).
Sebagaimana dilansir dari blog pribadinya salimafillah.com dia banyak mengambil hikmah dari perjalanannya sebagai seorang penulis, yaitu makin tahu, tak ada kendala berarti kecuali apa yang ada di dalam jiwa kita. Meski berbagai kendala yang banyak ia alami, namun mampu menyadarkannya bahwa kita harus senantiasa berlindung kepada Allah dari jiwa yang lemah untuk menyampaikan kebenaran, dari hati yang bungkam untuk mencegah kejahatan.
Salim juga bertutur bahwa menulis itu mendatangkan keberkahan, karena dengan menulislah dia bisa menyapa ribuan manusia. Bukan hanya sekedar menyapa, tapi sapaan dakwah. Dengan menulis, Salim merasa dapat bersilahturahmi ke pelosok negeri yang begitu kaya karena banyak saudara yang kemudian menunjukkan kepedulian dengan saran, masukan, kritik, bahkan cerca, dan kecaman. Semuanya memperkaya jiwa; mereka menunjukkan kelebihan maupun kekurangan diri yang takkan bisa disadari tanpa respons mereka.
Selain menulis buku, Salim A. Fillah juga aktif dalam kepengurusan Masjid Jogokariyan Yogyakarta. Di masjid ini, Salim A. Fillah berlaku sebagai pengasuh pengajian Majelis Jejak Nabi.
Kontributor: Yetty
Editor: Muhammad Nashir