SURABAYA (Suaramuslim.net) – Sisa makanan yang dihasilkan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) memiliki potensi besar untuk mendukung implementasi circular economy di Indonesia. Efisiensi penggunaan sumber daya alam secara maksimal akan menciptakan nilai tambah dari sektor lingkungan maupun ekonomi.
Hal ini disampaikan oleh Wakil Rektor Unair Bidang Riset Inovasi dan Community Development, Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, M.Si. dalam talkshow Ranah Publik, Suara Muslim Radio Network bersama Badan Pengembangan Bisnis Rintisan dan Inkubasi (BPBRIN) Unair, Jumat (24/01/2025).
Ni Nyoman menekankan bahwa produk samping yang dihasilkan dari MBG harus dipandang sebagai peluang bukan limbah.
Menurutnya, sisa makanan yang tidak habis atau produk samping seperti sayur, kulit buah, cangkang dan tulang sebenarnya masih mengandung energi yang tinggi.
“Sisa-sisa makanan ini istilahnya bisa difilter gitu ya, misal ada sisa sayur, ada kulit buah dibuat pupuk, kemudian tulang. Anak-anak itu diharapkan mampu untuk memilah dan memilih sampah agar bisa membangun sebuah sirkulasi,” ujar Dosen Fakultas Sains dan Teknologi Unair tersebut.
Nyoman menambahkan informasi, bahwa Universitas Airlangga telah menyediakan sistem pengolahan teaching industry yang dikelola oleh BPBRIN untuk mengolah produk samping hasil konsumsi manusia menjadi produk berstandar tinggi yang dibutuhkan masyarakat.
Terkait kesiapan dalam mendukung proses circular economy pada program makan bergizi gratis, BPBRIN Universitas Airlangga sebelumnya telah melakukan berbagai inovasi dalam mengelola produk samping tersebut. Seperti pengolahan tulang hewan menjadi Bufin Hydroxyapatite (BHA) dan cangkang udang sebagai Glukosamin.
Prof. Dr. M. Nafik Hadi Ryandono, SE., M.Si selaku Ketua BPBRIN Unair Surabaya mengungkapkan bahwa sistem makan bergizi gratis mampu memperpendek rantai pasok, mengurangi ketergantungan pada impor, serta meningkatkan kemandirian pangan.
“Ini adalah sebuah gerakan yang akan berpengaruh kepada swasembada ketahanan pangan, karena selama ini, kadang-kadang, hasil dari petani itu rantainya panjang. Biasanya yang mendapatkan nilai lebih besar itu yang di tengah. Sebagai perantara, bahkan ada cukong-cukong dan tengkulak. Nah ini nanti bisa langsung saja,” ujar Nafik.
Menurutnya MBG dapat menciptakan peluang manfaat sirkulasi ekonomi yang menjangkau seluruh kalangan pemangku kepentingan. Seperti halnya petani, petambak, peternak, dan pedagang lokal secara langsung.
Wakil Direktur III Sekolah Pascasarjana Unair Surabaya Prof. Dr. H. Suparto Wijoyo, S.H., M.Hum selaku pensyarah talkshow Ranah Publik menyebut, masalah bukanlah hambatan, melainkan peluang untuk inovasi.
“Dengan circular economy, kita dapat memastikan program MBG tidak hanya memberikan gizi bagi manusia, tetapi juga gizi bagi alam,” jelas guru besar hukum lingkungan Unair.
Pewarta: Aisyah Nurjulita
Editor: Muhammad Nashir