Adab dan Etika Berbicara dalam Islam

Adab dan Etika Berbicara dalam Islam

Ilustrasi sekumpulan laki-laki. Foto: pixabay.com

Suaramuslim.net – Orang-orang zaman sekarang makin sembarangan dan serampangan dalam berbicara, karena melupakan adabnya. Ada yang berbicara kotor, makian, umpatan, dengan mudahnya, dan menjadi perkataannya sehari-hari, mereka tidak sadar dampak buruk dari perkataan tersebut.

Rasulullah telah mencontohkan kepada kita. Betapa lembut dan santunnya Rasulullah. Sehingga masing-masing lawan bicaranya merasa dia yang paling di muliakan Rasulullah. Dalam berbicara dengan lawan biacara, kita harus menggunakan tata karma dan tutur kata yang baik. Jangan sampai bahasa kita menyakiti orang lain, ketus, nyelekik dan menimbulkan permusuhan. Akhlak yang baik akan mengeluarkan bahasa yang baik. Islam melarang perkataan batil, dusta, adu domba, ghibah (menggunjing) dan perkataan keji lainnya. Perkataan buruk itu akan membuat Allah murka.

Oleh karena itu adab berbicara dalam  Islam sangatlah perlu. Nah, bagaimana adab berbicara dalam Islam? Simak ulasan adab berbicara dalam Islam di bawah ini.

1. Berbicara yang bermanfaat

Dari Abu Hurairah Radhiyallahuanhu, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda, “Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan suatu perkataan yang tidak ia pikirkan, lalu Allah mengangkat derajatnya disebabkan perkataan itu. Dan ada juga seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang membuat Allah murka dan tidak pernah dipikirkan bahayanya, lalu ia dilemparkan ke dalam Jahannam.” (HR. Ahmad 8635, Bukhari 6478, dan yang lainnya).

Sering kita temukan sekumpulan teman – teman yang menghabiskan waktunya dengan saling bercakap – cakap. Namun, ternyata terkadang pembicaraan menjadi ngelantur dan tidak bisa kita bedakan baik atau pun buruk. Oleh karena itu Rasulullah SAW melarang kita banyak bicara.

2. Berkata yang baik atau diam

Dari Abu Hurairah radiyallahuanhu Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik dan jika tidak, maka diamlah.” (Muttafaqalaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47).

Demikian juga Luqman berkata pada anaknya, “Jika berkata dalam kebaikan adalah perak, maka diam dari berkata yang mengandung dosa adalah emas.”

3. Berdusta

Bahkan pada anak kecil pun kita tidak boleh berbohong, inilah adab yang diajarkan Islam. “Barang siapa yang berkata kepada anak kecil, mari kemari, saya beri ini, kemudian tidak memberi, maka itu bohong.” (HR. Ahmad).

Lagipula berdusta adalah salah satu tanda-tanda orang yang memiliki sifat munafik di hatinya, Oleh sebab itu, pembicaraan yang dusta harus dijauhi oleh siapapun yang mengaku beriman pada Allah. “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, jika dia bicara berdusta, jika dia berjanji mengingkari dan jika diberi amanah dia berkhianat.” (HR. Bukhari).

Dari Abdullâh bin Mas’ud Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahualaihi wa sallam bersabda, ‘Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang jujur.

“Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (pembohong).” (Ahmad (I/384); al-Bukhâri no. 6094 dan dalam kitab al-Adabul Mufrad no. 386).

4. Menjauhi perdebatan

Sekalipun benar, jangan pernah menceburkan diri dalam perdebatan baik secara lisan maupun tulisan (online). Karena yang namanya berdebat, “kalah jadi abu… menang jadi arang”, tidaklah bermanfaat jika perdebatan itu dimaksudkan untuk berdakwah. Justru orang akan menjauh karena sifat ego kita yang tidak mau kalah.

“Aku menjamin rumah di dasar surga untuk orang yang menghindari berdebat walaupun dia benar, dan aku menjamin rumah di tengah surga untuk yang menghindari dusta sekalipun bercanda, dan aku menjamin rumah di puncak surga untuk yang akhlaknya baik.” (HR. Abu Daud).

5. Tidak boleh berdusta hanya untuk membuat orang lain tertawa

Dunia hiburan (entertainment) menjadi dunia yang digemari oleh sebagian besar umat manusia. Salah satu jenis hiburan yang digandrungi orang untuk menghilangkan stres dan beban hidup yang berat adalah lawak. Dengan suguhan lawak ini orang menjadi tertawa terbahak-bahak, padahal di dalamnya campur baur antara kebenaran dan kedustaan, seperti memaksa diri dengan mengarang cerita bohong agar orang tertawa. Mereka inilah yang mendapat ancaman melalui lisan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam dengan sabda beliau:

“Celakalah orang yang berbicara lalu berdusta untuk membuat orang-orang tertawa. Celakalah dia, dan celakalah dia!” (HR. Abu Daud, dihasankan oleh Al-Albani).

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment