Adakah perasaan diawasi CCTV Allah? (Muhasabah Akhir Tahun)

Adakah perasaan diawasi CCTV Allah? (Muhasabah Akhir Tahun)

Artikel ini disarikan dari program Motivasi Al-Qur'an yang mengudara setiap Kamis 05.00-06.00 WIB di Suara Muslim Radio Network.

Suaramuslim.net – Manusia lebih merasa diawasi manusia dalam gerak-geriknya daripada perasaan diawasi Allah.

Buktinya manusia lebih takut ketahuan polisi ketika melanggar lalu lintas sambil ‘tolah-toleh’ adakah polisi yang ‘nyanggong.’

Manusia yang pejabat (oknum) lebih takut disadap KPK ketika bertransaksi korupsi dengan pengusaha. Pencuri lebih takut dengan CCTV buatan manusia daripada CCTV malaikat.

Padahal ada yang harus lebih ditakuti akan pengawasan-Nya selain mahkluk yaitu Allah. Sungguh tidak ada yang terlepas dari pengawasan Allah. Karena bagi Allah tidak ada satupun kejadian di alam ini yang tersembunyi.

Perhatikan motivasi dan spirit ayat kelima surat Ali Imran:

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَخۡفَىٰ عَلَيۡهِ شَيۡءٞ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَا فِي ٱلسَّمَآءِ

“Bagi Allah tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi di bumi dan di langit.”

Bisakah seseorang bersembunyi dari Allah? Apalagi ada nama Allah yang agung yang menunjukkan pengawasan kepada mahkluk-Nya, yaitu Ar-Raqiib.

Sebagaimana dalam surat An-Nisa ayat 1:

إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيۡكُمۡ رَقِيبٗا

“Sesungguhnya Allah Maha Mengawasi kamu sekalian.”

Di beberapa ayat lainnya juga disebut tentang nama Ar-Raqiib.

وَكَانَ ٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ رَّقِيبٗا

“Dan adalah Allah Maha Mengawasi segala sesuatu.” (Al-Ahzab: 52).

فَلَمَّا تَوَفَّيۡتَنِي كُنتَ أَنتَ ٱلرَّقِيبَ عَلَيۡهِمۡۚ وَأَنتَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ شَهِيدٌ

“Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkau-lah Yang Maha Mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.” (Al-Maidah: 117).

Para ulama (di antaranya; Ibnu Asyir, Ibnu Faris, dll) memaknai Ar-Raqiib dengan; Pengawas, Penjaga, Penunggu yang tidak luput apapun dari pengawasan-Nya.

Para pakar tafsir memahami ayat-ayat di atas, bahwa Allah mengawasi apapun dan siapapun. Baik yang lahir maupun yang batin. Baik yang nampak atau yang tersembunyi. Semua tidak luput dari pengawasan-Nya.

Bentuk pengawasan Allah

  1. Pengawasan langsung

Karena Allah dekat, bersama kita. Kita tidak mungkin sendirian. Dalam kesendirian ada Allah, bahkan lebih dekat dari urat leher kita. “Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (Q.S. Qaaf: 16).

  1. Melalui malaikat-Nya

“Ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.” (Q.S. Qaaf: 17).

Kedua malaikat ini akan mencatat segala amal perbuatan kita yang baik maupun yang buruk; yang besar maupun yang kecil. Tidak ada yang tertinggal. Catatan tersebut kemudian dibukukan dan diserahkan kepada kita.

“Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang juapun.” (Q.S. Al Kahfi: 49).

  1. Badan kita pun menjadi intel-Nya

“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (Q.S. Yasin: 65).

Bahkan kalau ada orang tidak punya kaki dan tanganpun, kulit nanti akan berbicara, dan itu membuat kita kaget lho.

“Dan mereka berkata kepada kulit mereka: “Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?” Kulit mereka menjawab, “Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dialah yang menciptakan kamu pada kali pertama dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan.” (Q.S. Fushilat: 21).

So… apa bisa kita lepas dari-Nya?

Begitu ketatnya CCTV Allah, adakah yang luput dari pengawasannya? Inilah CCTV Yang Maha Canggih milik Allah dan Maha ketat pengawasannya.

Tidak ada yang bisa dilakukan seorang hamba kecuali menanamkan pada diri ini muraqabatulloh (pengawasan Allah) padanya, dengan cara sebagai berikut.

Menanamkan rasa malu

Malu dalam bahasa Arab disebut dengan haya’ dan itu memiliki akar yang sama dengan hayat yang berarti hidup atau kehidupan. Orang yang tidak punya rasa malu, bagaikan dia memiliki jiwa yang mati, alias tidak punya hayat (kehidupan).

Coba perhatikan hadis di bawah ini.

“Sesungguhnya salah satu perkara yang telah diketahui oleh manusia dari kalimat kenabian terdahulu adalah, ‘Jika engkau tidak malu, berbuatlah sesukamu.” (Al-Bukhari).

Rasa malu yang tertanam akan membuat seseorang tidak berbuat yang memalukan di mata Allah atau masyarakat.

Menanamkan rasa takut azab Allah berupa risiko di dunia dan di akhirat

Khauf, rasa takut akan azab Allah membuat seseorang berpikir untuk berbuat durhaka kepada-Nya.

Terus menanamkan semangat ihsan

Beramal saleh terus menerus akan menggeser perbuatan buruk. Sungguh, patut direnungkan ayat 108 surat An-Nisa ini.

يَسۡتَخۡفُونَ مِنَ ٱلنَّاسِ وَلَا يَسۡتَخۡفُونَ مِنَ ٱلنَّاسِ وَلَا يَسۡتَخۡفُونَ مِنَ ٱللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمۡ إِذۡ يُبَيِّتُونَ مَا وَكَانَ ٱللَّهُ بِمَا يَعۡمَلُونَ مُحِيطًا

“Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan.”

Seringkali kita bersembunyi dari CCTV manusia yang penuh kelemahan dan kekurangan. Sering pula kita tidak peduli dengan CCTV Allah. Padahal CCTV Allah lebih canggih dan ketat. Mikirlah!!

Ya Allah … Ampuni hamba-Mu ini.

Wallahu A’lam

M. Junaidi Sahal
Disampaikan di Radio Suara Muslim Surabaya
23 Desember 2021/19 Jumadil Awwal 1443

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment