Adaptif inovatif dalam kerja keras

Adaptif inovatif dalam kerja keras

Artikel ini disarikan dari program Motivasi Al-Qur'an yang mengudara setiap Kamis 05.00-06.00 WIB di Suara Muslim Radio Network.

Suaramuslim.net – Perhatikan ayat Allah di surah Alam Nasyrah pada ayat 7-8;

فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ (7) وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ (8

“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”

Ayat ini memotivasi kita untuk selalu kerja keras dan bersungguh-sungguh dalam bekerja.

Kata فرغت /faraghta terambil dari faragha yang berarti kosong yang sebelumnya penuh. Seperti gelas yang awalnya penuh dengan air kemudian setelah diminum menjadi kosong.

Dan itu juga bermakna jika seseorang yang awalnya memenuhi waktunya dengan bekerja, kemudian ia menyelesaikan pekerjaan itu. Maka jarak waktu antara selesainya pekerjaan itu dengan akan dimulainya pekerjaan selanjutnya adalah dinamai faraghta.

Kata fanshob/فانصب, dari kata انصب /inshoba yang berasal dari kata نصب /nashoba yang memiliki arti menegakkan sesusatu dengan mantap dan sungguh-sungguh.

Motivasi ayat ke-7 dari ayat itu adalah setelah selesai (فرغت) pekerjaan Anda maka (فانصب) lanjutkan dengan sungguh-sungguh pekerjaan berikutnya dengan penuh semangat yang maksimal.

Seolah Allah memerintahkan kepada kita untuk terus secara istiqomah bekerja keras tanpa merasa letih sekalipun memang nampaknya sangat meletihkan.

Adapun kerja keras itu akan berhasil meraih kesuksesan dunia dan akhirat (tentunya), jika;

A. Pantang menyerah dengan selalu adaptif inovatif

Lihatlah istri Nabi Ibrahim, Hajar, dalam usahanya untuk survival dan menghidupi putranya yaitu Ismail alaihis salam. Hajar alaihas salam berlari tanpa henti dari bukit Shofa ke Marwah. Setelah sebelumnya kehabisan bekal dan Asi.

Lihatlah Rasulullah sebagai teladan yang baik bagi kita dalam etos bekerja keras.

Ingatlah ketika Rasulullah dalam berdakwah mengembangkan Islam ini, beliau berinovasi mencari peluang. Ketika di Mekkah dirasa kesulitan mengembangkannya, dicarilah peluang ke tempat lain seperti ke Thaif.

Konon Nabi mendatangi Thaif saat embargo kepada beliau terjadi yaitu sekitar tahun ke-8 kenabian. Beliau ditemani maula-nya yang setia Zaid bin Haritsah. Beliau berjalan ke Thaif dengan jalan kaki selama empat hari (jarak sekitar 61 mil) agar tidak diketahui warga Mekkah.

Ketika di Thaif pun terasa sulit, beliau berinovasi ke Madinah. Dan dalam perjalanan ke Madinah inipun ada upaya yang inovatif dilakukan oleh Abu Bakar ketika terkejar kaum musyrik. Abu Bakar dengan kecerdikannya berhasil mengelabui pengejar dengan menyatakan bahwa sosok Nabi yang bersamanya adalah seorang ‘hadi’ yaitu guide.

Ketika di Madinah berhasil, Nabi tidak berhenti berdakwah, beliau terus bergerak dalam dakwah dengan mengirim surat ajakan masuk Islam ke seluruh dunia, ke raja Muqowqis Mesir, raja Chosrhow II Persia, dan Heraklius Romawi Timur Bizantium, Negus Ethiopia dan lainnya.

Ketika di Madinah diserang oleh koalisi pasukan musyrikin Quraisy dan Bani Nadhir dari kalangan Yahudi, Nabi berinovasi atas usul aahabatnya Salman Al Farisi untuk membuat parit yang panjangnya kurang lebih 5 km. Ini sangat signifikan melawan musuh yang jumlahnya berlipat-lipat dari jumlah pasukan muslim.

Bahkan setelah beliau wafat pun, para sahabatnya terus berinovasi untuk mempertahankan eksitensi Islam ini di muka bumi. Di antaranya dapat dilihat dari kodifikasi Mushaf Al Qur’an di zaman Abu Bakar.

Di abad ke-15 M di zaman Sultan Muhammad al Fatih, telah berinovasi dalam proses perebutan Konstatinopel dengan;

  1. Sebanyak 250.000 pasukan yang terdiri dengan pasukan ‘azab (عزب) yaitu non reguler (sukarelawan), kemudian pasulan reguler Siphei dan elitnya yang bernama Yanisary.
  2. Guna merobohkan tembok Theodesius di bagian barat, atas inisiatif pencipta senjata nasrani yang bernama Orban dari Hungaria dibuatlah senjata meriam raksasa yang bernama Bassilica.
  3. Karena selama berminggu-minggu tembok sisi barat itu belum bisa runtuh, maka Al Fatih mengambil inisiatif yang hampir tidak masuk akal. Yaitu memindahkan kapal untuk masuk ke teluk Golden Horn (tanduk emas), agar dapat menyerang dari sisi tembok utara yang penjagaannya lemah.
  4. Pemindahan kapal itu untuk menghindari rantai besi. Dan pemindahan kapal itu hanya dilakukan semalam, sebanyak 70 kapal sudah berada di sisi utara teluk Tanduk Emas itu. Ini amazing!!!

Di zaman ulama setelah sahabat pun sangat berinovasi terkait dalam urusan umum agama, seperti ilmu bahasa, ilmu Fiqh, ilmu Al Qur’an, dan lainnya, karena itulah lahir ilmu nahwu, ilmu shorf, ilmu bayan, badi’, ilmu jarh wa ta’dil, ilmu tajwid, istilah haram, wajib, makruh, sunnah dan mubah dan lainnya yang tidak pernah ada sebelumnya.

Karena itulah ada istilah ulama yang sangat populer yang itu sebagai wujud inovatif dalam kehidupan ini yaitu bid’ah hasanah yang juga berarti inovasi yang baik dan halal.

Maka demikian pula dalam era modern ini dengan perkembangan teknologi dan media sosial, inovasi sangat diperlukan. Karena jika tidak adaptif inovatif maka akan jumud yang ujungnya akan punah dimakan zaman.

B. Kerja keras tidak akan menghasilkan kesuksesan jika tidak ada kolaborasi

Rasulullah ketika membangun peradaban kota Madinah ke arah lebih sejahtera dan damai dimulainya dengan:

  1. Mempersaudarakan sahabat pribumi (Anshor) dengan pendatang (Muhajirin). Seperti Abdurrahman bin Auf dengan Sa’ad bin Rabi’, Ja’far bin Abi Thalib dengan Mu’az bin Jabal dan lainnya.
  2. Piagam Madinah yang dibuat Nabi Muhammad, adalah wujud dari usaha membangun kolaborasi antar anasir yang ada di masyarakat Madinah yaitu (Muslim (Anshor dan Muhajirin), musyrik (Aus dan Khazraj), Yahudi (Nadhir, Qoinuqo’ dan Quraidzhah). Kesepakatan ini berhasil membuat Madinah menjadi kota yang damai. Kecuali saat ketika ada yang berkhianat dari perjanjian itu, yaitu dari Yahudi.

C. Kerja keras sudah tentu akan mengantarkan kepada kesuksesan akhirat jika dibarengi dengan kekuatan doa

Itulah ayat ke-8 dari surah Alam Nasyrah di atas ditutup dengan kalimat:

وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ (8)

Didahulukan Ila Rabbika (الي ربك) sebagai sinyal bagi kita orang mukmin untuk semua aktivitas kerja yang dilakukan harapannya ditujukan semata kepada Allah. Dalam hal ini adalah akhirat menjadi orientasi utama dalam kita bekerja.

Farghab..(فارغب) dari kata raghiba yang berarti kecenderungan yang mendalam kepada sesuatu dan ketika disambung dengan ila (الي), ini menunjukkan kecenderungan yang dibalut dengan cinta.

Seolah Allah berkata kepada kita, ”Teruslah bekerja dengan sungguh-sungguh jangan berhenti untuk menggapai hasil yang diharap, namun tetap harapan utama adalah Allah.”

Inilah bekerja dan sambil berdoa, agar pekerjaan dan kesuksesan yang didapat menjadi berkah.

Karena itu kerja keras bersama Allah meraih berkah itu bisa terwujud dengan;

  1. Awali pekerjaan dengan doa dan basmalah.
  2. Bekerja dalam koridor syariat yaitu halal haram jangan sampai bekerja dengan cara yang haram atau bekerja dengan menghasilkan sesuatu yang haram.

Dan inilah yang membedakan kerja kaum Kapitalis dengan kaum mukmin. Wallahu A’lam.

M Junaidi Sahal
Kajian Fajar Motivasi Al Qur’an
Radio Suara Muslim Surabaya
8 Desember 2022/14 Jumadil Ula 1444

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment