Anak Kreatif atau Nakal?

Anak Kreatif atau Nakal?

Tips yang bisa kita coba dalam menghadapi pendidikan pasca pandemi di rumah adalah;
Ustazah Hamdiyaturrahmah - Praktisi Pendidikan dan Parenting Sekolah Alam Insan Mulia Surabaya. Foto: suaramuslim.net

Suaramuslim.net – Saya akan memulai dari sudut pandang. Kita terkadang adalah manusia-manusia yang hanya terpola karena sudut pandang. Coba kita letakkan satu gelas yang warna-warni saya melihat dari arah kanan, bunda melihat dari arah kiri kira-kira sama atau tidak? Tentu berbeda.

Karena berbeda itu terkadang tipisnya perbedaan kreatif pada anak. Sehingga yang tidak sabar terlebih dahulu hanya kelihatan sisi kirinya adalah nakal, tapi lupa bahwa sisi kanan dari itu adalah kreatifitas. Jadi ini saya melihat dari sudut pandang terlebih dahulu.

Kreatif biasanya saya plesetkan kepada para guru “kere tapi aktif.” Maksud saya di sini bukan miskin harta. Profesi guru adalah profesi yang tidak akan dijamin, kalau mengandalkan gaji guru kita saya pikir Allah lebih kaya dari itu semua. Sehingga insyaallah kekayaan guru itu tidak saja kepada sisi material, tetapi semakin banyak ilmunya dimanfaatkan para muridnya, kemudian bisa mengantarkan siswa-siswanya menjadi yang terbaik maka itulah kekayaan guru.

Begitu pula orang tua. Jika orang tua ingin investasi seperti anaknya akan disekolahkan di tempat ya luar biasa bagus, terkenal, kemudian berharap anaknya akan kreatif, tapi ternyata sudut pandang yang dilihat hanya satu, seperti saya ungkapkan tadi, pasti yang terlihat oleh orang tua yaitu sudut pandang yang nakal.

Nah, sehingga biasanya dalam psikologi, anak kreatif tandanya sudah terlihat dari dia nakal terlebih dahulu. Nakal bagi kita seperti anak yang susah diajak untuk berdiskusi, susah diatur, usil, tapi di balik itu semua setelah saya lihat lebih dekat lagi ada beberapa pergeseran anak. Jika anak banyak mendapat informasi dari banyaknya sumber maka terkadang pemahaman informasi itu akhirnya delay-nya sedikit terasa. Sehingga memang ketika duduk dengan anak-anak itu, ketika kita berdiskusi, ketika kita menasihati belum dipahami, jangan kemudian langsung men-judge anak nakal.

Lakukan observasi. Jangan hanya sekali observasi. Ayah dan bunda kalau meminta bantuan kepada si anak misalnya untuk mengambilkan gelas, lalu gelasnya dipukul-pukul terlebih dahulu, jangan langsung marah. Observasi terlebih dahulu. Ubah dulu sudut pandang sehingga tidak membuat kita melabelinya sebagai anak nakal. Pahami dulu fitrah anak seperti apa, pendekatannya harus benar supaya kita tidak mudah men-judge anak.

Ustazah Hamdiyaturrahmah – Praktisi Pendidikan dan Parenting Sekolah Alam Insan Mulia Surabaya.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment