Penulis: Washil Bahalwan
Suaramuslim.net – Seperti kita ketahui bersama, sebentar lagi Idul Adha 1439 H tiba. Idul Adha merupakan dua kegiatan yaitu sholat Idul Adha dan dilanjutkan dengan penyembelihan hewan kurban. Kedua kegiatan tersebut merupakan bagian tak terpisahkan dari syiar Islam dan merupakan kewajiban bagi setiap muslim untuk menghidupkan dan mensyiarkannya.
Pembahasan kali ini, kami hanya fokus pada pelaksanaan penyembelihan hewan kurban. Seperti yang kami sampaikan beberapa waktu yang lalu, bahwasanya penyembelihan hewan kurban bukanlah acara seremonial belaka, melainkan salah satu bentuk ibadah. Banyak pelajaran yang dapat kita ambil, salah satunya adalah bagaimana ketabahan, keikhlasan dan ketaatan Nabi Ibrahim ‘Alaihissallam dalam menerima dan melaksanakan perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menyembelih putranya yang bernama Ismail.
Seperti kita ketahui bersama, pelaksanaan penyembelihan hewan kurban, merupakan kegiatan yang dimulai dari sebelum, proses dan pasca penyembelihan hewan kurban. Ketiga tahapan tersebut merupakan satu rangkaian yang harus dilaksanakan oleh lembaga/panitia yang mengadakan acara penyembelihan hewan kurban.
Nah, tahapan yang sering dilupakan atau dianggap tidak perlu adalah tahapan pasca pelaksanaan. Padahal pada tahap pasca pelaksanaan yang berbentuk evaluasi . Dalam evaluasi tersebut tiap bagian menginventaris persoalan/hambatan yang terjadi termasuk menyampaikan solusi (jalan keluar), sebagai bahan perbaikan dan penyempurnaan pada pelaksanaan penyembelihan hewan kurban tahun berikutnya.
Atas dasar itulah, kami yang kebetulan sudah banyak makan asam garam, malang melintang dalam pelaksanaan penyembelihan hewan kurban (sekitar mulai tahun 90-an sampai sekarang), memandang perlu untuk berbagi pengalaman dan informasi kepada semua pihak, dengan harapan agar pelaksanaan penyembelihan hewan kurban yang kita adakan lebih baik lagi dan yang terpenting tidak keluar dari kontek ibadah yang telah diatur dalam Al Quran dan Hadits Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Kami sangat berterima kasih kepada para senior yang telah membimbing dan mengarahkan, termasuk kepada Bapak Ir. Abdurrahman Baraja (sekarang Ta’mir Masjid Al-Irsyad Surabaya) yang menguasai betul teknik perhitungan hewan kurban. Dan berikut ini adalah hal-hal yang dapat dijadikan acuan/referensi yang harus dilakukan oleh panitia menjelang pemotongan hewan kurban, termasuk hasil diskusi dengan para pihak dan petugas pemotongan hewan kurban (jagal). Dan inilah tahapan-tahapannya:
- Pada H-1, panitia, khususnya bagian perhitungan harus mendata jumlah hewan kurban yang sudah masuk baik sapi maupun kambing.
- Setelah itu mendata lebih detail, sapi dan kambing nomor berapa yang ada permintaan (permintaan maksimal tidak lebih dari sepertiga bagian).
- Termasuk berdasarkan pengalaman, panitia harus yakin bahwa akan ada penambahan hewan kurban khususnya kambing sampai pada saat pelaksanaaan, diperkirakan antara 1-5 ekor kambing dan itu sudah ikut dalam perhitungan (Tempat lain dapat menyesuaiakan sesuai dengan pengalaman dan kondisi masing-masing, tidak harus sama).
- Setelah data semuanya terkumpul, maka langkah berikutnya adalah melakukan perhitungan, dengan teknik sebagai berikut:
- Kita harus mengetahui berat sapi kotor (berat sapi hidup).
- Rendemen sapi adalah daging sapi bersih setelah dipotong kulit, kepala, tulang, jeroan, kaki . Dengan estimasi sebagai berikut: Berat sapi hidup:
– Di bawah 300 kg, rendemennya = 25 %
– Berat antara 300 – 400 Kg, rendemennya = 30 %
– Berat antara 500 – 600 kg, rendemennya = 35 %
– Berat antara 700 – 800 kg, rendemennya = 40 %
– Berat antara 900 – 1000 Kg, rendemennya = 50 %
– Berat di atas 1,2 ton ( 1200 kg ), rendemennya = 60 % - Menghitung berapa banyak permintaan (dapat diprediksi) sebesar 30 % dari total penerimaan hewan kurban
- Menghitung berapa banyak orang (KK) yang harus mendapatkan daging kurban.
- Menghitung kebutuhan daging yang harus disiapkan untuk dikorelasikan dengan kebutuhan orang (KK) yang harus mendapatkan daging kurban.
*Penulis adalah praktisi kepanitiaan kurban