Ashabul Kahfi dan Kecenderungan Pemimpin Kafir

Ashabul Kahfi dan Kecenderungan Pemimpin Kafir

Ashabul Kahfi dan Kecenderungan Pemimpin Kafir

Suaramuslim.net – Tahun lalu, ketika menjadi korektor USBN di MAN 3 Malang (kini Man 2 kota Malang), saya berhalangan mengajar Aqidah akhlak di MTs Muhammadiyah 2 Malang (kelas VII). Materi mata pelajaran ini topik “Ashabul Kahfi”. Entahlah, apakah murid kelas 7 mempelajari profil Ashabul kahfi ataukah lebih suka tidur-tiduran dan ngerumpi di dalam kelas.

Sejarah Ashabul Kahfi tercantum dalam surah al-Kahfi ayat 9-22. Sedikit mengulas fadhilah surah ini, Rasul bersabda,”siapa yang menghafal 10 ayat awal surah al-kahfi maka dia terpelihara dari fitnah Dajjal” (HR. Abu dawud).

Prof. Muhammad Quraish shihab mengutip analisis Thabataba’i, bahwa ada 5 gua yang dijadikan tempat persembunyian mereka :
1) Epsus di Turki
2) Qasium di Damaskus
3) Gua al-barra di palestina
4) Gua di Skandinavia
5) Gua rajib di dekat Amman, yordania.

Pendapat lain dari Dr. Syauqi abu khalil menyatakan di barat laut Tarsus, dekat patra di Yordania. Di Yordania, letak gua Ashabul Kahfi berjarak sekitar 10 km dari ibukota Amman.

Menurut cerita Maryam hakim (indonesiantoday.id, 17 Maret 2017), selain menyediakan masjid yang nyaman dan kamar mandi yang bersih, terdapat lorong-lorong khusus penyangga difabel dibeberapa sudut. Tanaman-tanaman hijau yang dibentuk menyerupai nama-nama Allah juga menjadi objek menarik untuk diabadikan dalam bentuk foto dan menyegarkan mata di tengah-tengah gurun pasir Timur Tengah.

Dikarenakan tanahnya yang cukup terjal, dianjurkan bagi para pengunjung untuk memakai sepatu yang nyaman digunakan saat menempuh perjalanan menuju gua yang penuh dengan bebatuan.

Kembali kepada Ashabul Kahfi. Dalam buku Aqidah akhlaq (kelas VII), nama-nama Ashabul Kahfi diantaranya: Maksalmina, kastunus, martinus, Bairunu, Danimus, Yathbunus dan Thamlika. Anjing yang ikut bersama mereka bernama Qitmir. Saya belum menelusuri nama-nama ini bersumber dari kitab turats, konferensi, ataukah jurnal ilmiah.

Dr. Syauqi abu khalil menyatakan di dalam Atlas al-Quran hal 161, pemuda yang ditidurkan oleh Allah selama 300 tahun ini hidup di zaman raja Romawi bernama Diqyanus. Raja ini memuja berhala dan membunuhi setiap orang Mukmin. Pemuda yang tidur di gua tersebut mengira hanya tidur sehari. Padahal nyatanya tidak begitu.

Singkat cerita, setelah dibangunkan oleh Allah, salah satu dari mereka beli makanan, tapi ternyata uang yang digunakan tidak sama dengan mata uang yang berlaku saat mereka bangun dari tidurnya. Akhirnya Allah swt mewafatkan ashabul Kahfi di dalam gua yang dijadikan tempat berlindung.

Ada 3 hal yang dapat diambil pelajaran dari Ashabul Kahfi diantaranya :

  1. Mudahnya Allah membuat manusia tidur selama ratusan tahun, bahkan membangunkannya dalam kondisi akal dan fisik yang prima.
  2. Idealnya pemuda di negeri Islam meniru Ashabul Kahfi. Teguh menjaga prinsip hidup, keyakinan dan tidak mudah dibeli aqidahnya. Apa jadinya masa depan agama ini bila pemudanya mudah dirayu dan dibeli aqidahnya.
  3. Ada kecenderungan Pemimpin kafir (contoh : Fir’aun, raja Diqyanus) memberi Mukmin rintangan dalam menjalankan keyakinannya. Minimal membuat sekelompok mukmin mengasingkan diri dari negerinya bahkan dibantai tanpa ampun bila menolak memeluk agama resmi.

Pada masa kini, pemimpin kafir yang membantai sekolompok Mukmin masih bisa dijumpai di Myanmar. Selebihnya pemimpin kafir di negara adidaya mengeluarkan pernyataan dan kebijakan politik yang berbau “islamophobia”.

Islamophobia kian parah karena diperbesar media sekuler. Perlu kiranya mukmin yang dalam posisi minoritas meminta bantuan kepada OKI, penggiat HAM dan presiden Muslim yang berpengaruh supaya melobi bahkan menekan mereka. Wallahu’allam.

Kontributor: Fadh Ahmad Arifan
Editor: Oki Aryono

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment