Ayah yang Abai, Akar Masalah pada Anak

Ayah yang Abai, Akar Masalah pada Anak

Ayah yang Abai, Akar Masalah pada Anak
Misbahul Huda (Dok. Pribadi)

Suaramuslim.net- Apakah Anda termasuk ayah yang berkeyakinan seperti ini? Ayah kan sudah keluar seharian sampai kadang pulang malam mencari uang demi anak. Supaya bisa memberikan gizi yang lebih baik, memilihkan sekolah berkualitas yang biayanya mahal, memenuhi fasilitas belajar dan kehidupan anak-anak. Jadi, urusan pendidikan diserahkan sepenuhnya kepada ibunya.

Jika Anda tipe ayah seperti ini, terjemahan dalam konteks pendidikan rumah menjadi begini: ibu yang mengurusi semua semua hal tentang pendidikan, baik ilmu atau pun keteladanan. Efeknya, merasa tidak terlalu penting adanya pertemuan fisik ayah dengan anaknya. Dan akhirnya, bila ada masalah pada anak atau anak bermasalah, ayah menumpahkan kesalahan kepada ibu yang dianggap tidak becus mendidik. Seolah tak ada andil kesalahan ayah.

Apakah Anda tipe ayah seperti ini? Jika iya jawaban Anda, atau mungkin? Atau kayaknya sebagian benar tuh? Maka, sungguh Anda akan kehilangan anak-anak Anda di kemudian hari. Saat anak Anda memasuki pelataran masa depannya dan Anda telah memasuki kamar usia senja. Atau bahkan lebih cepat dari itu. Berbagai tsunami masalah menghantam kenyamanan rumah Anda karena ulah anak Anda yang baru gede.

Para ayah yang yang baik hati, perhatikan nasihat seorang ulama ternama abad 8 H. Ibnu Qoyyim rahimahullah dalam kitab Tuhfatul Maudud 1/242, secara tegas mengatakan bahwa penyebab utama rusaknya generasi hari ini adalah karena ayah.

Beliau mengatakan, “Betapa banyak orang yang menyengsarakan anaknya, buah hatinya di dunia dan akhirat karena ia tidak memperhatikannya, tidak mendidiknya dan memfasilitasi syahwat (keinginannya), sementara dia mengira telah memuliakannya, padahal dia telah merendahkannya. Dia juga mengira telah menyayanginya padahal dia telah menzaliminya. Maka hilanglah bagiannya pada anak itu di dunia dan akhirat”. Jika Anda amati kerusakan pada anak-anak, penyebab utamanya adalah ayah yang abai.

Cermati kalimat paling bawah: Jika Anda amati kerusakan pada anak-anak, penyebab utamanya adalah ayah.

Imam Ibnu Qoyyim ‘menuduh’ Anda semua, para ayah. Jadi, penyebab utama kesengsaraan anak, buah hati ayah di dunia dan akhirat adalah ayah. Hal ini disebabkan ayah abai, terkait 3 hal: tidak memperhatikan, tidak mendidik dan memfasilitasi syahwat.

Pengaruh Ayah pada Anak

Mari kita simak pemaparan hasil penelitian ilmuwan hari ini, tentang betapa besar pengaruh ayah pada anaknya.

Dr Tony Ward dari University of Melbourne, Australia mewawancarai 55 laki-laki yang dipenjara karena penganiayaan terhadap anak-anak dan 30 laki-laki yang dipenjara karena terlibat kasus pemerkosaan. Mereka diminta memberikan persepsinya terhadap hubungan mereka di masa anak-anak dengan ayah dan ibunya. Sebagai perbandingan, para peneliti juga mewawancarai 32 laki-laki yang dipenjara karena kejahatan kriminal dan 30 laki-laki yang dipenjara bukan karena kekerasan atau kejahatan seksual.

Para pemerkosa dan pelaku penganiayaan anak-anak ini, rata-rata menggambarkan ayahnya bersikap “menolak” dan “kurang konsisten” ketimbang ibu mereka.

“Jelas sekali, bahwa sikap dan kebiasaan yang dimiliki para ayah memiliki pengaruh kuat terhadap pertumbuhan anak-anaknya, terutama terhadap para pelaku kejahatan seksual dan penganiayaan anak-anak. Ya, setidaknya begitulah yang terjadi pada para penjahat di penjara,” kata Ward.

Penelitian tentang keayahan juga dilakukan oleh Melanie Mallers, asisten profesor di California State University di Fullerton. Dalam studi tersebut, Mallers dan rekannya meneliti 912 pria dewasa dan wanita usia antara 25-74 melalui telepon tentang tingkat stres mereka selama delapan hari.

Temuan penelitian disajikan pada konvensi tahunan American Psychological Association di San Diego. Pria yang cenderung bereaksi negatif terhadap stres setiap hari melaporkan bahwa sebagai anak-anak: “Mereka sangat sedikit memperolah kehangatan dari ayah mereka, sedikit dukungan dan kasih sayang. Ayah tidak hadir secara fisik maupun psikis bagi mereka dan tidak membuat mereka merasa percaya diri,” kata Mallers. “They weren’t involved in their lives overall (Mereka, para ayah, tidak terlibat dalam kehidupan mereka secara keseluruhan).”

Pelajaran untuk Para Ayah

Dua penelitian itu hanya menguatkan kalimat Ibnu Qoyyim yang sudah dituliskan sejak 7 abad sebelum penelitian ini dihasilkan. Paling tidak ada dua pelajaran penting untuk para ayah dari pembahasan ini:

Pertama, petunjuk para ulama tentang konsep parenting, sungguh luar biasa. Walaupun kalimat tersebut bukan wahyu, tetapi bersumber dari wahyu dan pengalaman mahal orang besar.

Kedua, seriuslah menjadi ayah. Mari kita belajar bersama untuk menjadi ayah. Karena coretan kegagalan dan rusaknya akhlak anak, ternyata penyebab utamanya adalah para ayah yang abai.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment