Bagaimana tren kuliner bisa jadi racun hati?

Bagaimana tren kuliner bisa jadi racun hati?

Berpuasa untuk Mengubah Perilaku Konsumtif
Ilustrasi makanan yang terbuang. (Foto: fao.org)

Suaramuslim.net – Saat ini tren kuliner menjadi kebutuhan primer, padahal makanan hukum asalnya adalah mubah (boleh) bisa jadi sunnah tapi bisa juga jadi racun bagi hati.

Ulama kita menyebut setidaknya ada empat racun hati: banyak bicara, banyak memandang, banyak bergaul dan banyak makan.

Empat hal itu asalnya adalah boleh namun karena takarannya berlebihan, ia berubah dari mubah jadi polusi lalu jadi racun bagi hati. Sejatinya, Islam tidak mengharamkan yang halal tapi menguji agar kita bisa meletakkan perkara mubah pada takaran yang pas.

Berlebihan pada perkara mubah akan mempengaruhi kondisi hati. Saat ini banyak yang tidak tahu kondisi hatinya karena gak pernah diperhatikan. Sebab utamanya karena tidak punya piranti untuk mengecek atau merawat hati sehingga menyamaratakan semua kata hati. Akhirnya tidak bisa membedakan mana bisikan setan dan mana suara hati nurani.

Jika hati bersih dia akan memberikan perintah kebaikan. Dia bisa menjalankan fungsi sebagai raja sejati dalam diri kita, bukan raja yang lumpuh karena dikudeta hawa nafsu dan bisikan setan.

Setan dan hawa nafsu selalu bekerja sama untuk memisahkan manusia dari hati yang bersih, sehingga poros kehidupan manusia selalu mengarah pada dosa dan melampaui batasan Allah.

Kemaksiatan akan menghilangkan energi untuk berbuat ketaatan. Selemah apa kita melakukan ketaatan, sebesar itu pula kemaksiatan yang kita lakukan. Sesimpel itu.

Semakin kecil kemaksiatan yang kita buat, semakin besar energi yang kita punya untuk berbuat ketaatan.

Empat racun hati di atas, sebenarnya adalah perkara yang mubah kalau dilakukan sesuai porsinya. Tapi jadi racun kalau porsinya terlalu banyak.

Setan meletakkan ranjau pada manusia itu diawali dari dosa yang paling besar sampai urusan yang kita anggap mubah.

Ranjau pertama adalah syirik, jika selamat akan disodori yang bid’ah, lalu dosa besar, jika lolos juga, akan diajak melakukan dosa kecil, kalau gak berhasil, setan akan membuat kita berlebih-lebihan dalam yang mubah.

Akhirnya waktu kita habis pada urusan mubah yang tidak berefek pada kebaikan akhirat. Kemudian ia berubah menjadi racun hati.

Seorang mukmin harus paham kapan melepas rem dan kapan harus menariknya dalam urusan melakukan perkara mubah agar tidak menjadi racun.

Banyak makan

“Pembeda antara orang beriman dan orang kafir, orang mukmin makan pakai satu usus, orang kafir makan dengan tujuh usus.” (Al-Bukhari).

Artinya seorang mukmin itu makan dengan bersahaja, sedangkan orang kafir tidak pernah puas.

Makan itu mubah, bisa jadi pahala dan ketaatan ketika diniati dengan benar. Misalnya makan untuk bertenaga dalam menjalankan ketaatan, ini jadi bernilai ibadah.

Orang yang mampu menjaga perutnya dalam makanan maka dia bisa mudah melakukan ketaatan. Menjaga stamina dalam ketaatan bisa dilakukan dengan mengurangi makan.

Sumber makanan juga berpengaruh pada fisik dan jiwa manusia, sehingga pastikan semua yang kita konsumsi berasal dari makanan halal.

Jangan pernah menyuapi anak dengan harta haram, kalau tidak ingin kesusahan dalam menjelaskan kebaikan kepada anak.

Agar makanan tidak jadi racun hati

  1. Takarannya tidak berlebihan
  2. Sumbernya dari harta/rezeki yang halal
  3. Zat/komposisi makanannya harus halal

Jangan jadikan rasa sebagai tujuan. Rasa itu boleh tapi hanya perantara, tujuannya adalah makanan yang mendapatkan berkah. Supaya hati tidak mendapat efek kerusakan dari makanan haram karean makanan dari bahan haram itu seperti minyak nempel di kain, susah dibersihkan.

Wallahu a’lam.

Catatan Nashir
Surabaya, 6 Jumadil Awwal 1443 H

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment