KARANGANYAR (Suaramuslim.net) – Usaha mengembalikan perdamaian sejati di Baitul Maqdis, hanya bisa dicapai jika menggunakan ilmu dan langkah-langkah yang seprinsip dengan apa yang pernah dilakukan Rasulullah, Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Khalifah ‘Umar bin Khattab, dan panglima Shalahuddin Al-Ayyubi. Demikian di antara intisari atau cream of the cream dari Baitul Maqdis Peace Camp (BMPC).
Perkemahan ilmiah ini diselenggarakan ISA (Institut Al-Aqsa untuk Riset Perdamaian) bulan Juli 2018 di Kampung Bahasa Pakel Karanganyar Jawa Tengah. Bertemakan “Peace in Baitul Maqdis: The Prophet’s Way” (Perdamaian di Baitul Maqdis: Jalan Sang Nabi), perkemahan ini menggunakan tiga bahasa pengantar: Inggris, Arab, Indonesia.
“Jika ilmu dan makrifah landasannya keliru, bisa saja perdamaian seakan-akan tercapai, tapi perdamaian palsu,” tegas Prof. Abd Al-Fattah El-Awaisi, narasumber utama di perkemahan ilmiah itu.
Selama lima hari lima malam, 50 orang peserta BMPC asal Malaysia dan Indonesia tekun menyimak, merenungi, mendiskusikan, meriset, berlatih presentasi tentang berbagai tema kunci tentang Baitul Maqdis.
Mereka juga khusyuk menikmati suasana sejuk dan asri Kampung Bahasa Pakel yang digagas dan dikelola Pesantren Tahfizhul Quran Isy Karima di kaki Gunung Lawu.
Prof. El-Awaisi adalah pengasas bidang studi Baitul Maqdis di Universitas Stirling, Skotlandia, pada tahun 1990-an sekaligus pendiri ISRA (Islamic Jerusalem Research Academy) yang berpusat di Istanbul.
“Perkemahan ilmiah tentang Baitul Maqdis ini adalah yang pertama saya lakukan di Asia Tenggara,” tegas Prof. Abd Al-Fattah, yang juga Guru Besar Ilmu Hubungan Internasional di Ankara University for Social Sciences, Turki.
Sejak Desember 2016, ISRA dan ISA sepakat melaksanakan kerja sama ilmiah dalam berbagai kegiatan. Di antaranya dalam bentuk perkemahan ilmiah.
“Camp ini bertujuan menghasilkan tiga jenis alumni,” jelas Santi Soekanto, MSc, Direktur Eksekutif ISA. “Pertama, calon-calon mahasiswa S2 dan S3 bidang studi Baitul Maqdis; Kedua, peneliti-peneliti baru yang akan berkarya ilmiah melalui ISA; Ketiga, para da’i yang akan mempresentasikan hasil-hasil karya ilmiah yang shahih tentang Baitul Maqdis seluas mungkin ke tengah masyarakat”, kata Santi.
Para peserta merasa mendapatkan banyak ilmu dan makrifah yang sangat berharga.
“Alhamdulillah. Terima kasih kepada ISA dan professor yang telah memberikan kami kesempatan mendapatkan ilmu-ilmu penting ini,” ucap Lilik salah seorang peserta asal Samarinda sambil terharu.
“Subhanallah. Wawasan kami terbuka semakin lebar dan kami bertekad meneruskannya dengan kerja-kerja ilmiah sampai Baitul Maqdis merdeka,” kata Imam peserta asal Garut.
Selain Prof. El-Awaisi, hadir juga Dr. Muinudinillah Basri, pengajar di Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta, dan Dr. Tiar Anwar Bachtiar, pengajar di Jurusan Ekonomi Syariah Universitas Padjadjaran, Bandung menghadirkan materi.
Santi menyatakan Baitul Maqdis Peace Tour (BMPT) atau Safari Perdamaian Baitul Maqdis yang tahun lalu juga menghadirkan Prof. El-Awaisi, mulai tahun depan akan digabungkan dengan bentuk perkemahan seperti ini.
Sumber: ISA (Institut Al-Aqsa untuk Riset Perdamaian)