Bangladesh “Padamkan” Ponsel di Kamp-Kamp Pengungsi Rohingya

Bangladesh “Padamkan” Ponsel di Kamp-Kamp Pengungsi Rohingya

Bangladesh “Padamkan” Ponsel di Kamp-Kamp Pengungsi Rohingya
Bangladesh “Padamkan” Ponsel di Kamp-Kamp Pengungsi Rohingya (Foto: The Guardian)

COX’S BAZAR (Suaramuslim.net) – Ratusan ribu Muslim Rohingya yang tinggal di kamp-kamp pengungsi di Bangladesh menghadapi pemadaman komunikasi setelah pemerintah memerintahkan larangan layanan ponsel dan kartu sim.

Badan pengawas telekomunikasi negara itu mengutip kekhawatiran keamanan dan penggunaan ponsel secara ilegal ketika memerintahkan operator untuk menutup layanan di kamp-kamp yang penuh sesak di distrik perbatasan tenggara Cox’s Bazar.

Kartu sim lokal sudah secara efektif dilarang untuk pengungsi Rohingya, karena hanya orang Bangladesh yang memiliki kartu identitas nasional yang boleh menggunakannya. Namun, pasar gelap kamp dalam kartu membuat penggunaannya tersebar luas.

Kelompok-kelompok hak asasi menyerukan pemerintah Bangladesh untuk tidak lagi mengisolasi Rohingya, yang melarikan diri ke Bangladesh untuk menghindari pembersihan etnis di Myanmar, dengan meneruskan rencana tersebut.

“Akses ke kartu sim telah menjadi layanan vital bagi Rohingya selama bertahun-tahun, dan mereka telah menggunakannya dengan sangat efektif untuk meningkatkan kesadaran akan keadaan buruk mereka kepada dunia,” kata Kyaw Win, direktur eksekutif Burma Human Rights Network, seperti yang dikutip The Guardian, Kamis (5/9).

Layanan internet seluler sudah terganggu di kamp-kamp, dengan sinyal berkurang pada waktu-waktu tertentu dalam sehari.

Perintah itu, dari Komisi Regulasi Telekomunikasi Bangladesh, meminta operator untuk menyerahkan laporan kepada pemerintah tentang tindakan yang diambil untuk mematikan jaringan di kamp.

“Banyak pengungsi menggunakan ponsel di kamp,” Zakir Hossain Khan, juru bicara komisi itu, mengatakan kepada kantor berita AFP. “Kami sudah meminta operator untuk menghentikannya.”

Sampai layanan telepon seluler dihentikan, operator diminta untuk menangguhkan layanan data dan internet antara jam 5 sore dan 5 pagi setiap hari, kata Khan.

Dalam beberapa bulan terakhir, lebih dari 40 Rohingya telah terbunuh, di tengah kekhawatiran beberapa pengungsi terlibat dalam penyelundupan obat-obatan terlarang ke Myanmar.

Bulan lalu, ada protes keras anti-pengungsi oleh penduduk setempat setelah polisi menyalahkan pengungsi Rohingya atas pembunuhan Omar Faruk, seorang pejabat partai yang berkuasa.

Akhir pekan lalu, polisi mengatakan seorang pengungsi Rohingya yang keempat ditembak mati akibat pembunuhan Faruk.

Reporter: Ali Hasibuan
Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment